Berita Internasional Terkini
Tak akan Tunduk pada Amerika, Rusia Sebut Operasi Militer di Ukraina untuk Akhiri Ekspansi AS
Rusia menegaskan negaranya tidak akan pernah tunduk pada Amerika Serikat (AS) dan negara barat.
TRIBUNKALTIM.CO - Rusia menegaskan negaranya tidak akan pernah tunduk pada Amerika Serikat (AS) dan negara barat.
Moskwa menyebut negaranya menjadi bagian dari komunitas internasional yang setara.
Bahkan, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, menjelaskan aksi militer Rusia di Ukraina dimaksudkan untuk mengakhiri tatanan dunia yang didominasi Amerika Serikat.
Baca juga: Rusia Siapkan Puluhan Ribu Tentara Serang Ukraina Timur, Austria Pesimis Perang Segera Berakhir
Baca juga: Rusia Dituding Pakai Senjata Kimia di Mariupol Ukraina, Inggris Mulai Selidiki
"Washington telah mencari supremasi dengan memberlakukan aturan ad-hoc dan melanggar hukum internasional," kata dia dalam sebuah wawancara yang disiarkan oleh televisi Rusia pada Senin (11/4/2022).
Dia mengacu pada upaya Amerika Serikat untuk memaksakan apa yang disebut mereka sebagai "tatanan internasional berbasis aturan" yang telah mendapat perlawanan keras dari Moskwa dan China.
"Operasi militer khusus kami dimaksudkan untuk mengakhiri ekspansi (NATO) yang tak tahu malu dan dorongan tak tahu malu menuju dominasi penuh oleh AS dan rakyat Baratnya di panggung dunia," kata Lavrov kepada saluran berita Rossiya 24, dilansir dari Russia Today (RT).
“Dominasi ini dibangun di atas pelanggaran berat hukum internasional dan di bawah beberapa aturan, yang sekarang sangat mereka sukai dan yang mereka buat berdasarkan kasus per kasus,” tambah dia.
Menurut Lavrov, Rusia termasuk di antara negara-negara yang tidak akan tunduk pada kehendak AS.
Baca juga: Rusia Bombardir Ukraina: Hancurkan Sistem Rudal Sumbangan NATO, Ledakkan 2 Pesawat & Gudang Amunisi
"Rusia hanya akan menjadi bagian dari komunitas internasional yang setara dan tidak akan membiarkan negara-negara Barat mengabaikan masalah keamanan (Rusia) yang sah," ungkap dia.
Lavrov mengecam kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa (UE) Josep Borrell karena muncul untuk mendorong lebih banyak pertempuran di Ukraina.
Menurut dia, Borrell telah mengatakan bahwa konflik tersebut akan dimenangkan di medan perang saat dirinya mengumumkan lebih banyak bantuan militer ke Kyiv pada Sabtu (9/4/2022) lalu.

Lavrov menyebut pernyataan itu "keterlaluan".
“Ketika seorang kepala diplomatik mengatakan konflik tertentu hanya dapat diselesaikan melalui aksi militer. Yah, itu pasti sesuatu yang pribadi. Dia salah bicara atau berbicara tanpa berpikir, membuat pernyataan yang tidak diminta oleh siapa pun. Tapi itu komentar yang keterlaluan,” ujar dia.
Lavrov menilai peran Uni Eropa telah bergeser selama krisis keamanan Ukraina.
Menurut dia, Uni Eropa sebelumnya tidak bertindak sebagai organisasi militer yang berjuang secara kolektif melawan ancaman yang diciptakan.