Berita Internasional Terkini

Sindir Joe Biden yang Tuding Rusia Lakukan Genosida, Presiden Perancis: Tak Bantu Akhiri Perang

Presiden Perancis Emmanuel Macron menolak untuk mengulangi tuduhan Presiden Joe Biden bahwa Rusia melakukan "genosida" terhadap Ukraina.

AFP
Tentara Ukraina mencari mayat di puing-puing di sekolah militer yang terkena roket Rusia sehari sebelumnya, di Mykolaiv, Ukraina selatan, pada 19 Maret 2022. 

TRIBUNKALTIM.CO - Presiden Perancis Emmanuel Macron sindir Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang tuding Rusia melakukan genosida di Ukraina.

Emmanuel Macron memilih untuk berhati-hati dalam berbicara dan menggunakan istilah.

Sebelumnya, Joe Biden menuduh Rusia melakukan genosida di Ukraina.

Pernyataan Joe Biden pun disambut Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Volodymyr Zelensky beberapa kali melontarkan tudingan serupa untuk Rusia.

Baca juga: Akhirnya Vladimir Putin Muncul Lagi, Klaim Invasi Rusia ke Ukraina Tetap Lanjut, Jalan Damai Buntu?

Baca juga: Kekhawatiran NATO Jika Terus Penuhi Permintaan Zelensky untuk Pasok Senjata ke Ukraina: Nuklir Rusia

Sementara Emmanuel Macron menolak untuk mengulangi tuduhan Presiden Joe Biden bahwa Rusia melakukan "genosida" terhadap Ukraina.

Dilansir AFP, dia memperingatkan bahwa eskalasi verbal tidak akan membantu mengakhiri perang.

Sebelumnya, Biden menuduh pasukan Vladimir Putin melakukan genosida di Ukraina.

"Menjadi semakin jelas bahwa Putin hanya mencoba untuk menghapus gagasan, bahkan untuk bisa menjadi seorang Ukraina," ujar Biden.

Tetapi Macron, yang berbicara kepada televisi France 2 saat berkampanye dalam pemilihan ulang melawan pemimpin sayap kanan Marine Le Pen, mengatakan bahwa para pemimpin harus berhati-hati dengan bahasa.

"Saya akan mengatakan bahwa Rusia secara sepihak melancarkan perang paling brutal, bahwa kejahatan perang dilakukan tentara Rusia dan perlu untuk menemukan mereka yang bertanggung jawab dan membuat mereka menghadapi keadilan," kata Macron.

"Sungguh gila apa yang terjadi, ini sangat brutal," tambahnya.

"Tetapi pada saat yang sama saya melihat fakta dan saya ingin mencoba sebanyak mungkin untuk terus dapat menghentikan perang ini dan membangun kembali perdamaian. Saya tidak yakin bahwa eskalasi verbal mendukung tujuan ini," katanya.

Macron mengatakan yang terbaik adalah "berhati-hati" dengan terminologi genosida dalam situasi ini, terutama karena "Ukraina dan Rusia adalah bangsa yang bersaudara".

Meski begitu, komentar Biden disambut Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang telah berulang kali menuduh Moskow melakukan genosida sejak invasi diluncurkan pada 24 Februari.

Baca juga: Dituduh Cegah Warga Sipil ke Rusia, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy: Ini Kebohongan Lain

Komentar Macron, yang terus berdialog dengan Putin selama konflik, menggemakan kekhawatiran yang diungkapkan bulan lalu setelah Biden menyebut Putin sebagai "tukang daging".

Macron menyebut bahwa prioritasnya saat itu adalah mencapai gencatan senjata melalui diplomasi.

"Jika kami ingin melakukan itu, kami tidak dapat meningkatkannya dengan kata-kata atau tindakan," ujarnya, seperti dilansir Kompas.com.

Kekhawatiran NATO

TRIBUNKALTIM.CO - Kekhawatiran NATO jika terus memenuhi permintaan Zelensky untuk pasok senjata ke Ukraina: Nuklir Rusia dan perang meluas.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky terus menerus meminta bantuan senjata dari Barat.

Tak hanya ke Barat, Zelensky juga terang terangan minta bantuan ke Korea Selatan.

Sejumlah negara pun sudah memenuhi permintaan Zelensky dengan mengirim berbagai jenis senjata.

Namun, belum cukup untuk Ukraina. Zelensky masih meminta bantuan senjata dari para sekutunya.

Baca juga: Dituduh Cegah Warga Sipil ke Rusia, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy: Ini Kebohongan Lain

Baca juga: Di Saat Pasukan Ukraina Dikepung Tentara Rusia, Volodymyr Zelensky Justru Olok-olok Vladimir Putin

Anggota NATO pun khawatir jika jor-joran membantu persenjataan Ukraina akan berimbas pada konflik terbuka dengan Rusia.

Dan Rusia dikhawatirkan akan menggunakan nuklir taktisnya.

NATO juga khawatir perang akan meluas di Eropa.

Para menteri NATO telah bertemu di Brussels pekan lalu untuk membahas sejauh mana mereka harus menyuplai peralatan militer ke Ukraina.

Tantangan bagi NATO selama perang di Ukraina ini adalah bagaimana memberikan dukungan militer yang cukup kepada sekutunya itu untuk mempertahankan diri tanpa ikut terseret dalam konflik yang bisa berujung perang antara mereka dengan Rusia.

Pemerintah Ukraina sendiri telah secara eksplisit meminta bantuan kepada Organisasi Pertahanan Atlantik Utara itu.

Apabila Ukraina harus menangkis serangan Rusia di wilayah Donbass--yang berlokasi di timur negara itu--maka Ukraina sangat membutuhkan pasokan senjata-senjata dari Barat seperti Javelin, NLAW (senjata anti-tank ringan generasi baru), Stinger dan Starstreak, serta rudal anti-pesawat yang telah mereka gunakan dalam perang ini.

Bantuan itu akan datang. Tetapi Ukraina menginginkan lebih dari itu.

Seperti dilansir dari Kompas.com, Ukraina juga menginginkan tank, pesawat tempur, pesawat tanpa awak, dan sistem pertahanan udara rudal canggih untuk menghadapi meningkatnya serangan udara dan rudal jarak jauh Rusia yang menargetkan cadangan bahan bakar strategis Ukraina serta logistik penting lainnya.

Baca juga: Buktikan Ancamannya, Rusia Hancurkan Rudal Anti-Pesawat Ukraina Hasil Bantuan dari Eropa

Jadi apa sebetulnya yang menahan NATO untuk segera memberikan keinginan Ukraina itu? Jawabannya adalah eskalasi.

Risiko Rusia menggunakan senjata nuklir taktis (jarak pendek) atau kemungkinan konflik menyebar di luar perbatasan Ukraina menjadi perang Eropa yang lebih luas terus berada di benak para pemimpin Barat.

Dalam hal ini taruhannya sangat tinggi.

Apa yang sudah diberikan Barat sejauh ini?

Lebih dari 30 negara telah memberikan bantuan militer ke Ukraina, termasuk 1 miliar euro (Rp 15,6 triliun) dari Uni Eropa dan 1,7 miliar dollar AS (Rp 26,58 triliun) dari AS.

Pasokan sejauh ini terbatas pada senjata, amunisi, dan peralatan pertahanan seperti sistem rudal anti-tank dan anti-pesawat.

Pasokan itu termasuk Javelin, yang merupakan senjata anti-tank yang digunakan di bahu yang menembakkan roket pencari panas.

Stinger yang merupakan senjata antipesawat portabel yang dulu banyak digunakan di Afghanistan melawan pesawat Uni Soviet.

Baca juga: Buktikan Ancamannya, Rusia Hancurkan Rudal Anti-Pesawat Ukraina Hasil Bantuan dari Eropa

Starstreak, sistem pertahanan udara portabel buatan Inggris.

Anggota NATO khawatir memasok peralatan militer ofensif yang lebih berat seperti tank dan jet tempur yang dapat menyebabkan konflik terbuka langsung dengan Rusia.

Risiko itu tidak mencegah Ceko memberikan tank T72.

Presiden Vladimir Putin mengingatkan dunia sejak awal perang ini bahwa Rusia berkekuatan senjata nuklir dan dia sedang menggerakkan kekuatan pencegah nuklir strategisnya ke tahap kesiapan yang lebih tinggi. (*)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved