Terbaru! Terjawab Sudah Apa itu Badai Matahari? Simak ulasan dan dampaknya bagi Indonesia

Sudah tahu apa itu badai Matahari? simak ulasan serta dampaknya bagi Indonesia di sini

Editor: Doan Pardede
AFP Photo/Sakkmesterke/Science Photo Library
ILUSTRASI - Badai Matahari. Sudah tahu apa itu badai Matahari? simak ulasan serta dampaknya di sini 

TRIBUNKALTIM.CO - Teman-teman sudah tahu apa itu badai Matahari? simak ulasan serta dampaknya di sini

Belakangan, badai Matahari menjadi perbincangan setelah National Oceanic And Atmospheric Administration (NOAA) mengeluarkan peringatan bahwa badai Matahari muncul dan menjadi peristiwa kategori G2 yang cukup kuat.

Badai Matahari diperkirakan akan menghantam Bumi, Kamis 14 April 2022.

Peringatan pun dikeluarkan menyusul model proyeksi Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), serta Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA).

Baca juga: Badai Matahari akan Menghantam Bumi Besok 14 April 2022 Setelah Terjadi 2 Letusan, Apa Dampaknya?

Dalam laporan kedua badan antariksa itu, menunjukkan bahwa badai Matahari akan menuju medan magnet Bumi.

Sebenarnya, apa itu badai Matahari dan bagaimana dampaknya untuk Indonesia? simak ulasannya seperti dilansir Kompas.com:

Pengertian badai Matahari

Peneliti Cuaca Antariksa di Pusat Riset Antariksa Lapan-BRIN Tiar Dani menjelaskan, badai Matahari adalah terjadinya peristiwa ledakan di Matahari yang berasal dari sunspot (bintik yang muncul di piringan Matahari).

“Ledakan tersebut biasanya disebut Flare dan kadang disertai dengan lontaran massa korona atau Coronal Mass Ejection (CME),” ujar Tiar, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (14/10/2021).

Menurut Tiar, dampak ledakan (flare) akan terasa di Bumi 9 menit kemudian, terutama di sisi Bumi yang sedang menghadap Matahari (atau sisi siang).

Sementara, dampak CME akan terasa sekitar 1-3 hari tergantung kecepatan partikel CME yang dilontarkan.

Tiar memaparkan, ketika partikel tersebut telah mencapai Bumi, maka biasanya ditandai dengan munculnya aurora di kutub-kutub Bumi.

Selain itu, akan timbul badai geomagnet yakni terganggunya lapisan magnetosfer Bumi dan beberapa satelit.

Muncul pula badai ionosfer yakni terganggunya komunikasi radio dan satelit. Tiar mengatakan, badai pada 12 Oktober 2021 disebabkan flare kelas M1,6 yang terjadi pada 9 Oktober 2021.

Ledakan tersebut disertai dengan HALO CME yakni lontaran partikel berbentuk lingkaran.

Flare dan CME tersebut disebabkan oleh bintik Matahari yang posisinya sedang berada di piringan Matahari sehingga lintasan partikelnya dapat mengenai bumi.

“Saat ini kita sedang berada di siklus Matahari ke-25 (sejak Desember 2019) dan sedang menuju puncaknya yang diperkirakan terjadi di tahun 2024,” ujar Tiar.

Saat mencapai puncak, maka akan banyak bintik Matahari yang ada di piringan matahari dan semuanya memiliki potensi menyebabkan badai matahari.

Ia menjelaskan, siklus Matahari adalah berubahnya polaritas magnetik di kutub-kutub Matahari, yang tadinya utara menjadi selatan begitu pula sebaliknya.

Adapun siklus matahari biasanya memiliki periode 11 tahunan.

Baca juga: Badai Matahari akan Menghantam Bumi Besok 14 April 2022 Setelah Terjadi 2 Letusan, Apa Dampaknya?

Saat siklus Matahari maksimum, maka akan muncul banyak sunspot dan semakin besar peluang badai matahari.

Namun, saat siklus Matahari minimum maka sunspot sedikit dan peluang terjadinya badai Matahari kecil.

Dampak badai Matahari Tiar menjelaskan, dampak Badai Matahari di antaranya adanya gangguan terhadap satelit yang ada di orbit Bumi, komunikasi radio HF, radiasi untuk penerbangan di lintang tinggi.

Selain itu, terjadi gangguan navigasi berbasis satelit, serta jaringan pipa minyak dan listrik di lintang tinggi.

Di Indonesia, pada 12 Oktober 2021 lalu terjadi badai geomagnet akibat dampak dari badai Matahari yang terjadi 9 Oktober 2021.

“Badai geomagnet tanggal 12 Oktober kemarin telah diprediksikan oleh kami dan terpantau oleh kami.

Untuk wilayah Indonesia, terjadi badai geomagnet hingga skala Moderat (Menengah),” ujar Tiar.

Menurut dia, dampak yang timbul untuk manusia, di Indonesia cenderung aman.

“Dampaknya terhadap manusia relatif aman karena partikel-partikel dari CME tadi akan dibelokkan menuju kutub-kutub bumi,” kata Tiar.

Gangguan yang terjadi di wilayah Indonesia adalah pada komunikasi radio HF dan gangguan navigasi serta komunikasi yang berbasis satelit.

Saat ini, Lapan memantau badai Matahari dan dampaknya di wilayah Indonesia yang bisa diakses di situs swifts.sains.lapan.go.id

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

 

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved