Renungan Paskah 2022

Via Dolorosa adalah Jalan Menuju Kemuliaan

Salib adalah ujung tergelap dari anak tangga yang menuju maut, dan Kristus telah turun ke sana untuk memindahkan kita yang percaya kepadaNya.

Editor: Fransina Luhukay
HO
Pdt DR Samuel Kusuma M.Th, Rektor Institut Kristen Borneo 

3. Ketiga, sebagai manusia Ia telah menjadi taat. Renungkanlah sejenak, Dia adalah Allah yang perlu ditaati, yang setiap perintahNya tidak bisa tidak, wajib dituruti oleh manusia. Sekarang sebagai manusia Ia sendiri telah menjadi taat. Saya kehilangan ide untuk menuliskan bagian ini dan hanya bisa membandingkan dengan diri saya atau kebanyakan manusia yang sangat sukar untuk menjadi taat kepada perintah Allah.
Manusia taat kalau ada "maunya". Manusia taat kalau itu dirasa masih dalam "kesanggupannya", tetapi ia akan mulai berdalih ketika ketaatan akan memperhadapkan dirinya kepada situasi yang sulit. Bukankah begitu kita? .Yesus sebagai manusia telah taat setaat-taatnya kepada BapaNya, sekalipun ketaatan itu membawa Dia kepada kesengsaraan dan kematian.

4. Keempat, Ia taat sampai mati. KetaatanNya sempurna, sampai kepada batas akhirnya, yakni sampai mati. KematianNya adalah kematian karena taat. Banyak orang yang taat sampai mati, tetapi itu berbeda dengan Kristus yang mati karena ketaatan-Nya. Alangkah bodohnya menurut penilaian dunia. Dunia sekarang lebih memilih mati dalam kenikmatan dan kesenangan sekalipun itu kenikmatan dan kesenangan dalam dosa. Sangat sedikit orang yang mati karena ketaatanNya kepada kebenaran.

Mereka adalah para syahid, dan mereka adalah orang-orang yang telah ditetapkan oleh Allah. Mati karena taat kepada Allah sesungguhnya adalah sebuah kehormatan, sebuah kemuliaan. Kristus dalam kematianNya menggenapkan kebenaran bahwa hari kematian lebih baik dari hari kelahiran. KematianNya dalam kehendak Allah adalah teladan dan warisan bagi semua pengikutNya.

5. Kelima, Ia taat sampai mati dan mati di kayu salib. Bukan hanya taat sampai mati, tetapi sampai mati di kayu salib. Mati di kayu salib sangat ditekankan di sini. Kayu salib di Golgota adalah tempat yang paling hina bahkan terkutuk. Siapakah di antara kita pernah memimpikan cara mati yang enak? Ketika sedang tidur mungkin? Atau yang kedengaran sangat rohani, misalnya sedang berdoa atau menyembah Tuhan?.

Tidak ada orang yang memilih mati dengan cara yang paling nista di tempat yang paling hina. Kristus telah menetapkan pilihanNya untuk membiarkan diri mati dengan cara yang paling hina dan ditempatkan dalam kumpulan orang yang paling tidak diingini lagi dalam masyarakat. Di kayu salib Ia mati di antara para penjahat yang dihukum mati seperti diriNya. Mungkinkah masih ada cara mati yang lebih hina lagi dari cara mati Anak Allah yang tidak pernah berbuat salah? Mungkinkah ada proses "turun" yang begitu dalam yang pernah di alami oleh manusia yang sudah jatuh dalam dosa seperti Kristus yang sama sekali tidak pernah berbuat dosa?

Namun ini belum berakhir, sebab langkah menurun yang begitu dalam ini adalah dalam rencana Bapa yang kekal dan hanya AnakNya sendiri yang sanggup melaksanakannya dan layak untuk melakukannya. Misi untuk turun dan turun lebih dalam telah membuat Bapa sangat meninggikan Dia.

(Filipi 2:9) Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, 2:10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, 2:11 dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!

Salib adalah ujung tergelap dari anak tangga yang menuju maut, dan Kristus telah turun ke sana untuk memindahkan kita yang percaya kepadaNya. Memindahkan kita dari maut ke dalam hidup, dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib. Di mata Allah salib Kristus adalah kuasa dan hikmatNya, yang mampu menyelamatkan manusia dari ancaman kebinasaan kekal. Salib Kristus dengan tetesan darah Anak Domba Allah adalah korban persembahan yang berbau harum di hadapan Bapa.

Maukah kita meneladani Dia, memikul salib kita sendiri sebagai konsekuensi dari ketaatan kita kepada Dia? Memikul salib kita sendiri bisa merupakan jalan menurun bagi kita, yakni jalan untuk merendahkan diri dengan kemuliaan menanti di ujungnya. Karena sebagaimana Kristus telah merendahkan diri-Nya serendah-rendahnya, maka Allah telah meninggikan Dia setinggi-tingginya. Allah mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama. Nama yang layak untuk disembah yang setiap lutut harus bertelut dan setiap lidah harus mengaku bahwa Kristuslah Tuhan.

Via Dolorosa adalah jalan penderitaan yang berujung kepada kemuliaan. Kemuliaan bagi Dia, kemuliaan bagi Bapa dan kelak kemuliaan bagi kita yang percaya! Selamat Paskah Tahun 2022, Kebangkitan Kristus memberi jaminan "Kemuliaan Sorgawi dan Kehidupan Kekal" bersama Kristus Yesus Tuhan, Amin! (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved