Berita Internasional Terkini
Emmanuel Macron Unggul di Pilpres Perancis, Pengamat Sebut Ini Kemenangan Ukraina
Peran negara Perancis dalam NATO tak terbantahkan karena merupakan satu dari sejumlah negara pendiri yang meneken perjanjian pakta NATO
TRIBUNKALTIM.CO, PRANCIS - Peran negara Perancis dalam NATO tak terbantahkan karena merupakan satu dari sejumlah negara pendiri yang meneken perjanjian pakta NATO pada 4 April 1949.
NATO dibentuk karena adanya kekhawatiran negara-negara Eropa Barat dan Amerika terhadap ancaman keamanan dari dominasi Uni Soviet di wilayah Eropa.
Selaku petahana, Emmanuel Macron unggul dari Le Pen di Pemilihan Presiden Perancis.
Ia menang secara meyakinkan dengan meraup 58,5 persen.
Baca juga: Efek Perang dengan Ukraina, Anggaran Rusia Mengalami Defisit Sekitar 1,6 Rubel
Baca juga: Sindir Joe Biden yang Tuding Rusia Lakukan Genosida, Presiden Perancis: Tak Bantu Akhiri Perang
Baca juga: NATO Terpecah 2 Kubu, Perancis-Jerman Ingin Rusia-Ukraina Damai, Polandia cs Tak Percaya Putin
Algooth Putranto, pengamat Ilmu Komunikasi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sahid, melihat kemenangan Emmanuel Macron di Pilpres Perancis juga sebagai kemenangan Ukraina.
“Kemenangan petahana Presiden Macron dalam pemilu Prancis sangat penting karena menentukan konsistensi sikap Eropa Barat dan pakta pertahanan NATO secara umum terhadap invasi Rusia ke Ukraina,” tutur Algooth Putranto.
Menurut dia, posisi Prancis sangat vital mengingat beberapa hal terkait invasi Rusia ke Ukraina.
Pertama, secara geografi Prancis merupakan sebagai negara Eropa terbesar ketiga setelah Rusia dan Ukraina.
Kedua, secara ekonomi, Prancis adalah salah satu negara yang menginisiasi terbentuknya lembaga Uni Eropa sebagai solusi pasca perang panjang di Eropa
Prancis, lanjut dia, juga bukan hanya bagian dari ekonomi ‘regional’ Eropa dan struktur politik, tetapi juga telah diintegrasikan ke dalam sistem ‘global’.
Baca juga: Melihat Cuan Bisnis Rumput Laut, Berjaya dalam Ekspor ke Korea hingga Perancis
“Hasil pemilu Perancis memastikan dukungan Eropa Barat bagi Ukraina,” ucap Algooth.
Sebelum hasil pemilu diumumkan, Emmanuel Macron mengatakan secara terbuka dialognya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin telah terhenti setelah pembunuhan massal ditemukan di Ukraina.
Artinya, kata Algooth, Macron memiliki sikap yang lebih jelas dan tegas.
"Meski demikian, patut dicatat di antara pemimpin Eropa, Macron adalah pemimpin yang tetap membuka kemungkinan dialog dengan Moskow meski terbukti berkali tidak jujur dan ngawur,” ucap Algooth.
Menurut dia, sikap Perancis yang tetap membuka pintu dialog namun memberikan bantuan militer kepada Ukraina tidak lepas dari sejarah Prancis yang unik dalam pakta pertahanan NATO.