Konflik Rusia Ukraina

Paus Fransiskus Bakal ke Moskwa dan Bertemu Putin, Upaya Akhiri Perang di Ukraina

Korban masih berjatuhan. Upaya menciptakan perdamaian terus dilakukan, namun hasilnya masih jauh dari harapan.

Editor: Mathias Masan Ola
Viacheslav Ratynskyi
Terlihat sebuah mobil dan bangunan yang hancur di Irpin, dekat Kyiv, Ukraina, pada Selasa (19/4/2022). Viacheslav Ratynskyi 

TRIBUNNEWS.COM - Konflik Rusia-Ukraina belum surut. Pertempuran masih terus berlangsung.

Korban masih berjatuhan. Upaya menciptakan perdamaian terus dilakukan, namun hasilnya masih jauh dari harapan.

Berbagai negara di belahan bumi yang cinta perdamaian dan netral, menghendaki diakhiri perang yang sudah memakan banyak  korban.

Namun ada sejumlah negara yang punya kepentingan atas konflik itu mendorong agar perang segera dimaklumkan.

Akibat invasi Rusia ini, Ukraina mengalami kehancuran yang luar biasa, dari sisi kemanusiaan banyak arga sipil yang ikut terbunuh, juga kehancuran infrastruktur, sarana dan fasilitas publik.

Baca juga: Ukraina Bukanlah Lawan yang Sepadan, Sejarah Mencatat Negara Inilah yang Nyaris Mengalahkan Rusia

Baca juga: CARA Putin Kirim Jari Tengah ke Barat, Tengok Bom Rusia Saat PBB & Zelenskyy Evakuasi Warga Ukraina

Baca juga: Dikecam Amerika Serikat, Turki Tetap Lanjutkan Impor Rudal Rusia Batch Kedua, Ini Alasannya

Pemimpin umat Katolik sedunia, Paus Fransiskus mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin berencana mengakhiri invasi ke Ukraina pada 9 Mei atau Hari Kemenangan Rusia.

Kabar tersebut diterima Paus dari Perdana Menteri Hongaria, Victor Orban yang mengatakan kepadanya.

Paus, yang mengaku diberitahu informasi ini pada akhir April lalu, menyatakan hal ini kepada surat kabar Italia, Corriere della Sera dalam sebuah wawancara yang diterbitkan Selasa (3/5/2022).

"Orban, ketika saya bertemu dengannya, dia mengatakan kepada saya bahwa Rusia punya rencana, bahwa semuanya akan berakhir pada 9 Mei," kata Paus Fransiskus, dikutip dari CNN.

"Ini juga akan menjelaskan kecepatan eskalasi hari ini. Karena sekarang bukan hanya Donbas, ini Krimea, ini Odesa, itu mengambil pelabuhan Laut Hitam dari Ukraina, itu segalanya."

Baca juga: Dibombardir Sanksi dari Barat, Rusia Malah Menangguk Untung Rp 958 Triliun dari Penjualan Minyak

"Tidak ada cukup keinginan untuk perdamaian," kata Paus. "Saya pesimis, tetapi kita harus membuat setiap gerakan yang mungkin untuk menghentikan perang," imbuhnya.

Paus Fransiskus juga kembali menyatakan bahwa ia siap berkunjung ke Moskow untuk bertemu dengan Putin. Ia membandingkan perang di Ukraina dengan genosida di Rwanda.

Dewi Praswida, perempuan asal Indonesia bersalaman dan berdialog dengan Paus Fransiskus di Vatikan, Roma, 26 Juni 2019.
Dewi Praswida, perempuan asal Indonesia bersalaman dan berdialog dengan Paus Fransiskus di Vatikan, Roma, 26 Juni 2019. (HO via Kompas.com)

"Kami belum menerima jawaban dan kami masih bersikeras, bahkan jika saya khawatir Putin tidak dapat dan tidak ingin mengadakan pertemuan ini sekarang. Tetapi begitu banyak kebrutalan, bagaimana Anda tidak bisa menghentikannya? Dua puluh lima tahun yang lalu kami mengalami hal yang sama dengan Rwanda," kata Paus Fransiskus.

Paus mengaku tidak akan melakukan perjalanan ke Kyiv untuk saat ini, namun berencana mengirim perwakilan.

"Pertama saya harus pergi ke Moskow, pertama saya harus bertemu Putin. Tapi saya juga seorang pendeta, apa yang bisa saya lakukan? Saya akan melakukan apa pun yang saya bisa. Jika Putin membuka pintu," katanya.

Baca juga: PBB tak Menyangka Rusia Lancarkan Serangan Saat Mereka Kunjungi Ukraina, Guterres: Ini Sangat Dekat

Sumber: Tribunnews
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved