Konflik Rusia Ukraina
Paus Fransiskus Bakal ke Moskwa dan Bertemu Putin, Upaya Akhiri Perang di Ukraina
Korban masih berjatuhan. Upaya menciptakan perdamaian terus dilakukan, namun hasilnya masih jauh dari harapan.
TRIBUNNEWS.COM - Konflik Rusia-Ukraina belum surut. Pertempuran masih terus berlangsung.
Korban masih berjatuhan. Upaya menciptakan perdamaian terus dilakukan, namun hasilnya masih jauh dari harapan.
Berbagai negara di belahan bumi yang cinta perdamaian dan netral, menghendaki diakhiri perang yang sudah memakan banyak korban.
Namun ada sejumlah negara yang punya kepentingan atas konflik itu mendorong agar perang segera dimaklumkan.
Akibat invasi Rusia ini, Ukraina mengalami kehancuran yang luar biasa, dari sisi kemanusiaan banyak arga sipil yang ikut terbunuh, juga kehancuran infrastruktur, sarana dan fasilitas publik.
Baca juga: Ukraina Bukanlah Lawan yang Sepadan, Sejarah Mencatat Negara Inilah yang Nyaris Mengalahkan Rusia
Baca juga: CARA Putin Kirim Jari Tengah ke Barat, Tengok Bom Rusia Saat PBB & Zelenskyy Evakuasi Warga Ukraina
Baca juga: Dikecam Amerika Serikat, Turki Tetap Lanjutkan Impor Rudal Rusia Batch Kedua, Ini Alasannya
Pemimpin umat Katolik sedunia, Paus Fransiskus mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin berencana mengakhiri invasi ke Ukraina pada 9 Mei atau Hari Kemenangan Rusia.
Kabar tersebut diterima Paus dari Perdana Menteri Hongaria, Victor Orban yang mengatakan kepadanya.
Paus, yang mengaku diberitahu informasi ini pada akhir April lalu, menyatakan hal ini kepada surat kabar Italia, Corriere della Sera dalam sebuah wawancara yang diterbitkan Selasa (3/5/2022).
"Orban, ketika saya bertemu dengannya, dia mengatakan kepada saya bahwa Rusia punya rencana, bahwa semuanya akan berakhir pada 9 Mei," kata Paus Fransiskus, dikutip dari CNN.
"Ini juga akan menjelaskan kecepatan eskalasi hari ini. Karena sekarang bukan hanya Donbas, ini Krimea, ini Odesa, itu mengambil pelabuhan Laut Hitam dari Ukraina, itu segalanya."
Baca juga: Dibombardir Sanksi dari Barat, Rusia Malah Menangguk Untung Rp 958 Triliun dari Penjualan Minyak
"Tidak ada cukup keinginan untuk perdamaian," kata Paus. "Saya pesimis, tetapi kita harus membuat setiap gerakan yang mungkin untuk menghentikan perang," imbuhnya.
Paus Fransiskus juga kembali menyatakan bahwa ia siap berkunjung ke Moskow untuk bertemu dengan Putin. Ia membandingkan perang di Ukraina dengan genosida di Rwanda.

"Kami belum menerima jawaban dan kami masih bersikeras, bahkan jika saya khawatir Putin tidak dapat dan tidak ingin mengadakan pertemuan ini sekarang. Tetapi begitu banyak kebrutalan, bagaimana Anda tidak bisa menghentikannya? Dua puluh lima tahun yang lalu kami mengalami hal yang sama dengan Rwanda," kata Paus Fransiskus.
Paus mengaku tidak akan melakukan perjalanan ke Kyiv untuk saat ini, namun berencana mengirim perwakilan.
"Pertama saya harus pergi ke Moskow, pertama saya harus bertemu Putin. Tapi saya juga seorang pendeta, apa yang bisa saya lakukan? Saya akan melakukan apa pun yang saya bisa. Jika Putin membuka pintu," katanya.
Baca juga: PBB tak Menyangka Rusia Lancarkan Serangan Saat Mereka Kunjungi Ukraina, Guterres: Ini Sangat Dekat
Rusia tak buru-buru
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan Moskow tidak akan menetapkan kerangka waktu buatan untuk operasi militernya di Ukraina untuk menyelesaikannya pada Hari Kemenangan, 9 Mei mendatang.
"Pasukan kami tidak akan secara artifisial mendasarkan kegiatan mereka pada tanggal tertentu, termasuk Hari Kemenangan," jawab Lavrov dalam wawancara dengan Mediaset Italia.
"Kami akan merayakan 9 Mei dengan khidmat seperti yang selalu kami lakukan," tambah Lavrov.
Menurut laporan TASS pada Senin (2/5/2022), Lavrov menilai kecepatan operasi militer Rusia di Ukraina bergantung pada kebutuhan untuk mengurangi risiko bagi warga sipil dan pasukan Rusia.
Lavrov mencatat bahwa operasi itu terutama ditujukan untuk memastikan keselamatan warga sipil dan memastikan bahwa tidak ada ancaman dari Ukraina kepada warga sipil.
Ia turut menyinggung penyebaran paham Nazi di Ukraina yang menurutnya diremehkan Barat.
"Saya telah melihat laporan di NBC, saya telah membaca majalah National Interest. Artikel-artikel serius mulai muncul di sana yang memperingatkan agar tidak bermain-main dengan Nazi, seperti yang terjadi pada 1935-1938," diplomat top Rusia itu menekankan.
Invasi Rusia ke Ukraina memasuki hari ke-69, berikut peristiwa yang terjadi menurut laporan CNN:
- Pabrik baja di Mariupol
Sekitar 100 warga sipil, termasuk wanita, orang tua, dan sekitar 20 anak-anak masih terjebak di dalam pabrik baja Azovstal di kota selatan Mariupol yang terkepung, menurut seorang kapten Ukraina yang berada di dalam.
Mereka menghadapi pemboman konstan dari pasukan Rusia, sementara kehabisan makanan dan air.
- Rencana evakuasi
Akan ada evakuasi warga sipil pada Selasa pagi di Mariupol, menurut saluran Telegram dewan kota.
Kesepakatan itu dicapai dengan bantuan dari PBB dan Palang Merah.
- Serangan di Odesa
Sebuah rudal menghantam fasilitas infrastruktur di kota selatan Odesa pada Senin (2/5/2022), termasuk sebuah gereja dan asrama.
Seorang anak laki-laki berusia 14 tahun tewas dan seorang gadis berusia 17 tahun terluka, menurut Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
- Rusia akan menyatakan perang
Pejabat AS dan Barat percaya Presiden Rusia Vladimir Putin akan secara resmi menyatakan perang terhadap Ukraina segera setelah 9 Mei.
9 Mei dikenal sebagai "Hari Kemenangan" Rusia, yang menandai kekalahan Rusia atas Nazi pada tahun 1945.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)
Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.