Virus Corona

Ogah Bernasib Seperti China & Hongkong, Taiwan Tinggalkan Zero Covid dan Pilh Berdamai dengan Corona

Model pembalikan narasi sebagai bentuk kesiapan hidup dengan covid akan diterapkan oleh Taiwan. Siapkah Taiwan ?

Editor: Doan Pardede
Brennan O'Connor/ZUMA Press Wire/REX/Shutterstock/theguardian
Sejak pertengahan April, Taiwan telah mencatat rekor jumlah kasus virus corona karena transisi dari kebijakan nol-Covid. 

TRIBUNKALTIM.CO - Tak mau bernasib sama seperti China dan Hongkong, Taiwan memilih meninggalkan zero Covid-19 dan beralih ke koeksistensi alias keadaan hidup berdampingan secara damai dengan covid-19 secara bertahap.

Model pembalikan narasi sebagai bentuk kesiapan hidup dengan covid akan diterapkan oleh Taiwan

Sebagaimana dilansir dalam berita theguardian, Taiwan telah menutup diri sejak awal 2020.

Taiwan pun juga telah menerapkan aturan social distancing, pembatasan sosial dan penerapan protocol kesehatan yang ketat.

Baca juga: Ada Apa dengan China? Saat Dunia Mulai Berdamai dengan Corona, 340 juta Warganya Masih Kena Lockdown

Namun, aturan yang telah diterapkan di Taiwan tak akan mampu menangani lonjakan kasus virus Omicron yang dinilai terlalu ganas.

Oleh karenanya, Taiwan kini memutuskan bahwa nol-covid tidak tepat untuk diterapkan dalam negaranya.

Taiwan akan beralih bersiap hidup dengan covid.

Mantan Wakil Presiden sekaligus Profesor Epidemilogi Taiwan Dr Chen Chien-jen mendukung kebijakan baru yang diterapkan di Taiwan.

 “Ini adalah keputusan yang tepat, dan juga keputusan yang harus kami buat.” ungkap Jen dikutip TribunKaltim.co dalam berita theguardian.

Taiwan pun menerapkan model terbaru dalam menangani lonjakan kasus Omicron yang terjadi.

Taiwan akan membalik narasi dari komitmen nol-covid yang dipenuhi ketakutan menjadi koeksistensi alias keadaan hidup berdampingan secara damai dengan covid-19 secara bertahap.

Hal itu dilakukannya, setelah Negara tetangga seperti Korea Selatan, Jepang, Amerika Serikat dan Eropa sudah memberlakukan model berdamai dengan Omicron.

Dalam pemberlakuan kebijakan terbaru tersebut, Taiwan pun melakukan jajak pendapat.

Jajak pendapat yang dilakukan oleh Taiwan Public Opinion Foundation menemukan bahwa hampir 45persen masyarakat Taiwan mendukung kebijakan koeksistensi dibandingkan dengan 46,3persen yang tidak mendukung.

Pada Juli 2021 58,8persen orang khawatir pemerintah mencabut pembatasan terlalu cepat. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved