Virus Corona di Kubar

Dampak Pandemi Covid-19 di Kutai Barat, Usaha Travel Beralih Angkut Sayur dan Barang Pasar

Sejumlah Supir mobil travel angkutan penumpang di Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur harus berpikir keras

Penulis: Zainul | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO/ZAINUL
Sejumlah Supir mobil travel angkutan penumpang di Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur harus berpikir keras. Lantaran jumlah penumpang saat ini semakin sepi sejak pandemi Covid-19 datang menyerang. 

TRIBUNKALTIM.CO, SENDAWAR - Sejumlah Supir mobil travel angkutan penumpang di Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur harus berpikir keras.

Lantaran jumlah penumpang saat ini semakin sepi sejak pandemi Covid-19 datang menyerang.

Selain itu, kondisi ruas jalan darat dari wilayah Kutai Barat menuju Kota Samarinda juga banyak yang mengalami kerusakan yang cukup parah.

Hal itu dirasakan secara langsung oleh Alfian, salah satu Supir mobil travel di Barong Tongkok kepada TribunKaltim.co pada Jumat (13/5/2022).

Baca juga: Pulang Dari Jawa, Warga Berau Ini Terkonfirmasi Positif Covid-19

Baca juga: Covid Varian Omicron Belum Usai Kini Muncul Hepatitis Akut, Peneliti Jepang Temukan Adanya Korelasi

Baca juga: Dramatis, 19 Fakta Kisah Amber Heard dan Johnny Depp, dari Awal Jumpa hingga Berseteru di Pengadilan

Sehingga ikut memmengaruhi minat masyarakat untuk menggunakan jasa transportasi darat.

Catatan akhir tahun 2019, ujar dia, sebenarnya sudah mulai terasa ada penurunan jumlah penumpang.

Mungkin pengaruh jalan yang rusak sehingga banyak yang beralih ikut jalur sungai.

"Nah, tambah lagi dengan adanya virus corona ini, ya tambah sepi,” katanya. 

Bahkan selama Arus Mudik dan Balik Lebaran beberapa waktu lalu, jumlah penumpang dirasakan stabil.

Kata dia, tidak ada peningkatan yang signifikan meski pemerintah sudah melonggarkan kegiatan mudik tahun 2022 ini.

“Menurut saya pribadi, sama saja kondisi penumpang tahun sebelumnya yang aturannya ketat dengan sedikit dilonggarkan sekarang. Tidak ada peningkatan yang signifikan,”tambah Alfian.

Alfian menambahkan, untuk menutupi ongkos operasional, Ia bersama teman-teman seprofesinya tidak hanya menerima penumpang. Bahkan Sayur dan Barang juga siap diangkut jika ada yang menitipkan.

“Kalau sayur itu biaya angkutnya Rp 1.000 sampai Rp 1.500 per kilogram, kalau barang atau kargo tergantung besarnya, itu kisaran Rp 50.000 sampai Rp 100.000 per barang,” katanya.

Baca juga: Tetap Jaga Prokes, Indonesia Masih Pandemi Covid-19, Luhut Kembali Perpanjang PPKM

Itulah kondisi yang saat ini, lanjut Alfian harus dijalani. Terkadang tidak enak dengan penumpang karena harus rela berdesakan dengan sayur atau barang orang lain yang dititip di dalam mobil, karena jika tidak demikian tidak bisa mentupi biaya operasinal mereka.

“Mau tidak mau tetap dijalani, banyak sedikitnya ya tetap disyukuri karena sudah tuntutan profesi mas. Kalau tidak seperti itu ya kita tidak bisa jalan,”lanjutnya

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved