Virus Corona
Sekian Lama Ditutup, Kenapa Kim Jong Un Baru Umumkan Kasus Covid-19 di Korea Utara? Ini Kata Pakar
Sekian lama ditutup rapat, kenapa Kim Jong Un baru umumkan kasus Covid-19 di Korea Utara?
TRIBUNKALTIM.CO - Sekian lama ditutup rapat, kenapa Kim Jong Un baru umumkan kasus Covid-19 di Korea Utara?
Pertanyaan tersebut muncul menyusul informasi terbaru yang disiarkan pemerintah Korea Utara.
Seperti diketahui, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un untuk pertama kalinya mengakui kasus Covid-19 di negaranya.
Padahal sebelumnya, pemerintah Korea Utara tidak pernah mempublikasikan kasus Covid-19 yang terjadi di negara tersebut.
Bahkan Korea Utara bersikeras mempertahankan status nol dalam kasus Covid-19.
Baca juga: Covid-19 Meledak di Korea Utara, Kim Jong Un Akhirnya Pakai Masker namun Tolak Bantuan Vaksin
Baca juga: Covid Varian Omicron Belum Usai Kini Muncul Hepatitis Akut, Peneliti Jepang Temukan Adanya Korelasi
Baca juga: Kasus Covid-19 di Australia Meledak, 3 Pakar Beberkan Penyebabnya: Bias Data hingga Abai Prokes
Selain melakukan upaya desinfeksi selama berbulan-bulan, Korea Utara juga melakukan lockdown secara ketat semenjak kasus Covid-19 muncul di belahan dunia sekitar dua tahun lalu.
Namun, pada hari Jumat (13/5/2022), Korea Utara secara mengejutkan melaporkan 21 kematian tambahan akibat Covid-19.
Kantor Berita Negara Korea Utara (KCNA) mengatakan hampir 281.000 orang telah menerima perawatan dan 27 di antaranya telah meninggal dunia.
KCNA pun juga mengatakan bahwa varian Omicron dari Virus Corona telah dikonfirmasi sebagai penyebab satu kematian.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pun terpaksa tampil di hadapan publik dengan menggunakan masker.
Ia mengonfirmasi bahwa pusat penularan kasus Covid-19 di negaranya berasal dari ibu kota negara tersebut, Pyongyang.
Baca juga: Penyebab Hepatitis Akut Diduga dari Adenovirus hingga Covid-19, Ahli dari Inggris Buka Suara
Kim Jong Un menyatakan pada April lalu, Korea Utara telah mengadakan dua peringatan penting — peringatan 110 tahun kelahiran pendiri Korea Utara Kim Il Sung pada 15 April dan diikuti 10 hari kemudian oleh Hari Yayasan Militer ke-90.
Peristiwa itu menciptakan kerumunan besar-besaran.
Yang Moo-jin, seorang profesor di Universitas Studi Korea Utara yang berbasis di Seoul, mengatakan bahwa pengungkapan situasi Pyongyang tentang situasi Covid-19 yang parah oleh Kim Jong Un tampaknya memiliki dua tujuan.
"Korea Utara mempublikasikan situasi Covid-19-nya kemungkinan karena, satu, membutuhkan keterlibatan rakyatnya untuk mengatasi virus tersebut. Dan kedua, itu secara tidak langsung mengirim pesan ke komunitas internasional, bahwa jika itu terjadi, Korea Utara akan membutuhkan bantuan," ungkap Yang Moo-Jin dikutip TribunKaltim.co dari VOA.
Baca juga: Ogah Bernasib Seperti China & Hongkong, Taiwan Tinggalkan Zero Covid dan Pilh Berdamai dengan Corona
Calon menteri unifikasi di kabinet baru Yoon Kwon Young-Se mengonfirmasi bahwa dia akan mendorong bantuan kemanusiaan untuk Korea Utara, termasuk perawatan Covid-19, jarum suntik dan pasokan medis lainnya.
Hal ini pula yang akan menghidupkan kembali dialog antar-Korea khususnya.
Di mana diharapkan akan ada kerja sama potensial antar Korea Utara dengan Korea Selatan terkait Covid-19.
Sebelumnya, Korea Utara belum mengambil langkah praktis untuk mencari bantuan dari luar.
Dan sejauh ini, Korea Utara tampaknya masih berpegang teguh pada ideologi budaya kemandirian yang telah lama diterapkan.
Sebelumnya KCNA pernah melaporkan bahwa Kim Jong Un menyatakan keyakinannya bahwa Korea Utara akan dengan sempurna memblokir dan menghentikan sumber virus dan memimpin kemenangan terobosan dalam kampanye pencegahan epidemi yang hebat.
(TribunKaltim.co/Hartina Mahardhika)
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.