Lipsus Masyarakat Adat di IKN

Suara Masyarakat Paser Balik Sepaku yang Khawatir Tergusur IKN, ‘Kami Ingin Perhatian Pemerintah’

Mengandalkan alam di kebun dan sungai masih menjadi pilihan masyarakat Paser Balik di Kelurahan Sepaku yang lokasinya dekat dengan IKN Nusantara.

Penulis: Tribun Kaltim | Editor: Adhinata Kusuma
TRIBUNKALTIM/DWI ARDIANTO
Kepala Adat Paser Balik Sepaku, Sibukdin membuka jendela rumahnya di RT 03 Kelurahan Sepaku, Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara. Lokasi kampung masyarakat adat ini sekira 6 Kilometer dari Titik Nol IKN Nusantara. 

Menurutnya, kebun warga berjarak dua, tiga bahkan 4 kilometer dari Kelurahan Sepaku.

Kebun Sibukdin berada di KM 4, luasnya sekira 3 hektare. Namun kebun seluas itu bukan hanya miliknya sendiri, tetapi bergabung bersama milik anak-anak dan saudaranya.

"Jadi tanah bersama. Di sana ada rumah, anak saya yang jaga," katanya.

Baca juga: Pemindahan IKN ke Sepaku, Belum Terlalu Berdampak pada Pariwisata di Penajam Paser Utara

Baca juga: Sultan Kukar dan Tokoh Adat Imbau Masyarakat Dukung Pembangunan IKN

TribunKaltim.co pun sempat meninjau langsung kebun milik Sibukdin. Dibonceng menggunakan motor, butuh sekira 6 menit. Kondisi jalan terbilang tak mulus alias berlubang-lubang.

"Kalau hujan, saya jalan kaki saja (ke kebun)," katanya.

Dari jalan kampung, TribunKaltim.co mesti berjalan kaki lagi sekira 3 menitan untuk masuk ke kebun Sibukdin.

Kami juga sempat melewati jembatan kayu yang menurut Sibukdin, ia bangun dengan biaya sendiri.

"Hasil panen sawit dari warga dijual di loadingan atau pabrik. Tapi kalau kita lebih banyak dijual di loadingan (pengepul)," kata Sibukdin sambil membersihkan rerumputan di kebunnya.

Di sela-sela sawit, terlihat pohon pisang yang daunnya sudah mengering. Sibukdin pun memotong daun pisang yang sudah berwarna coklat itu.

"Sekarang itu harga (sawit) lagi anjlok. Kalau kemarin sebelum (ada kebijakan pemerintah) dilarang mengekspor sawit, itu masih lumayan masih Rp 3.000, sekarang sekira Rp 1.500. Jadi jauh turunnya. Jadi pendapatan warga ga menentu. Kalau sekarang ini, saya hitung-hitung, untuk makan saja ga cukup," katanya.

Mengandalkan kebun sebagai penopang hidup juga diungkapkan oleh Ketua RT 03 Kelurahan Sepaku, Fandi.

Kebun telah menghidupi keluarganya secara turun-temurun.

Mulai dari menanam buah-buahan, sawit, serta tempat mengambil madu untuk dijual dan uangnya digunakan untuk keperluan sehari-hari serta biaya anak mereka sekolah.

"Sebagian (warga) memang ada yang bekerja di perusahaan. Yang tua-tua ya berkebun membersihkan ladang," katanya.

Ketua RT 03 Kelurahan Sepaku, Fandi menceritakan keseharian warga di daerahnya yang banyak mengandalkan hasil kebun dan dari sungai.
Ketua RT 03 Kelurahan Sepaku, Fandi menceritakan keseharian warga di daerahnya yang banyak mengandalkan hasil kebun dan dari sungai. (TRIBUNKALTIM/DWI ARDIANTO)

Khawatir tergusur

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved