News
Hilang Sebagian Kilau Hijau, Swedia Tetap Jadi Tuan Rumah Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2022
Swedia dipilih menjadi tuan rumah dalam konferensi "World Environment Day 2022", Hari Lingkungan Hidup sedunia oleh PBB.
TRIBUNKALTIM.CO - Swedia dipilih menjadi tuan rumah dalam konferensi "World Environment Day 2022", Hari Lingkungan Hidup sedunia oleh PBB.
Namun Swedia sendiri telah kehilangan kredensial hijaunya sendiri.
Pemerintah dan pihak lain diharapkan untuk mempercepat implementasi komitmen iklim yang berkelanjutan dan peningkatan keanekaragaman hayati.
Tujuan lainnya dalam mendukung pemulihan hijau pasca covid-19.
Tuan rumah yang terpilih dalam konferensi international "World Environment Day 2022" pasti diharapkan merupakan tempat yang sempurna.
Di mana mampu menampilkan negaranya kepada dunia sebagai juara iklim dan keberlanjutan.
Baca juga: 30 Mei Memperingati Hari Apa dan Siapa Saja yang Lahir? Ini Sejarah Hari Multiple Sclerosis Sedunia
Swedia tentu saja tidak terkecuali, dan akan melakukan yang terbaik untuk menunjukkan rekam jejak penting tentang isu-isu iklim dan lingkungan dalam beberapa dekade terakhir.
Tetapi terdapat fakta yang cukup mencengangkan tentang situasi yang terjadi di Swedia.
Khususnya tentang iklim dan politik lingkungan di Swedia itu sendiri.
Swedia telah kehilangan citra resmi juara keberlanjutan global.
Karena akhir-akhir ini, negara tersebut telah kehilangan sebagian 'kilau hijaunya'.
Beberapa faktor penyebab hal itu terjadi di antaranya, adanya peningkatan tekanan domestik yang terjadi pada tahun lalu tepat sebelum negara itu menjadi tuan rumah dalam "World Environment Day 2022".
Pada saat yang sama terjadi pula ketegangan politik dalam negeri yang secara serius melemahkan negara Swedia.
Untuk mengetahui secara detail penyebab Swedia telah kehilangan sebagian 'kilau hijaunya', mari kita simak tiga faktor mendasar.
Baca juga: Tanggal 5 Juni Memperingati Hari Apa? Cek Ulasan Sejarah dan Link Twibbon Hari Lingkungan Hidup 2022
1. Berfokus pada Hal Lain
Salah satu ketegangan ini sangat terkait dengan adanya program dunia untuk membantu negara-negara menghijaukan rencana pemulihan pasca covid-19.
Hal ini dimanfaatkan sebagai peluang untuk membangun kembali dengan lebih baik melalui investasi dalam inovasi iklim dan pengembangan sisi “hijau” bagi tiap negara.
Namun sebagaimana dilansir dalam the conversation, kenyataan dari program dunia dalam rangka program menghijaukan negara tidak berjalan baik di Swedia.
Berdasarkan penilaian Independent, hanya sekitar 10 % saja adanya investasi Swedia pada sektor lingkungan.
Terus terang, Swedia belum berhasil memberikan investasi pada lingkungan.
Hal itu dikarenakan Swedia lebih memilih untuk berfokus pada hal lain.
Adanya perang Rusia di Ukraina dan akibatnya kenaikan harga energi pada bulan Maret tahun ini memicu reaksi politik Swedia.
Baca juga: Tanggal 27 Mei Memperingati Hari Apa? Cek Ulasan Apa Itu Hari Tabir Surya Nasional dan Sejarahnya
2. Pemotongan Bantuan Asing
Perang di Ukraina telah menyebabkan ketegangan politik tambahan, setidaknya antara pemerintah minoritas Sosial Demokrat Swedia dan masyarakat sipil Swedia.
Biaya migrasi Swedia akibat perang di Ukraina telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir.
Pemerintah memilih untuk mengalihkan sekitar 1 miliar dollar Amerika dari bantuan internasional untuk tahun 2022 dalam membantu menutupi peningkatan biaya domestik di negara Swedia.
Hal ini mengakibatkan pemotongan besar dalam program kerja sama pembangunan yang memajukan tujuan pembangunan berkelanjutan dan ketahanan iklim untuk negara yang membutuhkan peningkatan dalam sektor lingkungan.
Rupanya, baik Norwegia dan Inggris telah mengumumkan pemotongan serupa.
Ini semua menjadi preseden berbahaya untuk masa depan.
Negara-negara kaya akan menghadapi diskusi yang lebih keras dengan negara-negara selatan global dalam negosiasi iklim di masa depan jika mereka terus mengikis rezim keuangan iklim internasional yang sudah gagal.
Baca juga: 28 Mei Memperingati Hari Apa dan Siapa Saja yang Lahir? Simak Sejarah Hari Amnesti Internasional
3. Perubahan Politik di Swedia
Ada perubahan politik yang jauh lebih dalam yang mendasari dilema Swedia.
Seperti yang telah dicatat oleh para ilmuwan politik Swedia, keberhasilan elektoral partai kanan radikal populis Sverigedemokraterna (SD) selama dekade terakhir merupakan indikasi nyata dari pergeseran tektonik dalam opini publik Swedia.
Dan munculnya dimensi tambahan konflik politik.
Dimensi ini sering ditangkap dengan akronim GAL/TAN : hijau/alternatif/libertarian versus tradisional/otoriter/nasionalis.
Sementara partai-partai kanan radikal menjadi semakin berpengaruh di Eropa barat selama beberapa dekade terakhir.
Secara umum, pergeseran ini memiliki setidaknya dua dampak penting pada peran Swedia sebagai tuan rumah.
Pertama, ia telah menciptakan konteks parlementer yang semakin menantang di mana pemerintahan mayoritas yang stabil menjadi semakin sulit untuk dibentuk.
Hasilnya adalah krisis anggaran pemerintah dan nasional menjelang akhir tahun 2021.
Kedua, fokus Swedia dalam politik dan media yang berkembang pada isu-isu yang dekat dengan nilai-nilai tradisional/otoriter/nasionalis, seperti imigrasi, hukum dan ketertiban, dan keamanan nasional.
(TribunKaltim.co/Hartina Mahardhika)
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.