Virus Corona
Bisa 20.000 Kasus per Hari, Menkes Prediksi Puncak Penularan Virus Corona BA.4 dan BA.5 Akhir Juli
Menteri Kesehatan (Menkes) memprediksi puncak penularan Virus Corona Subvarian BA.4 dan BA.5 akhir Juli 2022 ini.
TRIBUNKALTIM.CO - Menteri Kesehatan (Menkes) memprediksi puncak penularan Virus Corona Subvarian BA.4 dan BA.5 akhir Juli 2022 ini.
Masuknya subvarian BA.4 dan BA.5 di wilayah Bali sudah mulai terdeteksi sejak akhir Mei lalu.
Pemerintah terus berupaya untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 subvarian BA.4 dan BA.5.
Berdasarkan analisis dari pemerintah, puncak penularan Covid-19 subvarian BA.4 dan BA.5 bisa mencapai 20.000 kasus per hari.
Baca juga: Update Kasus Covid-19 di Indonesia, WHO: Terlalu Dini Nyatakan Kemenangan atas Virus Corona
Baca juga: Termasuk Indonesia, Arab Saudi Larang Penerbangan ke 16 Negara Gara-gara Virus Corona Merebak Lagi
Baca juga: Saat Negara Lain Mulai Turun, Kasus Virus Corona di Korea Utara Makin Merajalela, Inikah Sebabnya?
Analisa tersebut melihat dari kasus yang terjadi di Afrika Selatan dimana puncak kasus BA.4 dan BA.5 sebanyak sepertiga dari puncak Delta dan Omicron.
Dikutip dari Kompas.com, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan puncak kasus Delta dan Omicron di Indonesia beberapa waktu yang lalu menembus angka 60.000 orang per hari.
Dengan jumlah itu, maka prediksi puncak kasus BA.4 dan BA.5 di Indonesia bisa mencapai 20.000 kasus per hari.
"Jadi kalau kita Delta dan omicron puncaknya di 60.000 kasus sehari, kira-kira nanti ya estimasi berdasarkan data di Afrika Selatan mungkin puncaknya kita di 20.000 per hari karena kita pernah sampai 60.000 per hari paling tinggi," ujar Budi di Istana Kepresidenan Bogor, Kamis (16/6/2022).
"Jadi kita amati di Afrika Selatan sebagai negara pertama yang BA.4 dan BA.5 masuk puncaknya itu sepertiga dari puncaknya Omicron atau Delta sebelumnya," kata dia.
Namun, Budi mengungkapkan, perlu dilihat fatality rate atau tingkat kematian akibat penularan dua subvarian baru ini.
Menurut dia, fatality rate akibat BA.5 dan BA.4 jauh lebih rendah dibandingkan kematian akibat varian Delta dan varian Omicron.
"Mungkin 1/12 atau 1/10 dari Delta dan Omicron, jadi kita percaya bahwa nanti akan ada kenaikan kira-kira maksimalnya mungkin 20.000 per hari gitu," ujar Budi.
"Yakni 1 bulan sesudah diidentifikasi jadi sekitar minggu ketiga, minggu ke-4 Juli dan kemudian nanti akan turun kembali," kata dia.
Kasus Covid-19 di Indonesia kembali merangkak naik
Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 melaporkan, per Rabu (15/6/2022) tercatat 1.242 penambahan kasus baru Covid-19.
Kasus baru Covid-19 kembali menembus 1.000 sejak 12 April 2022.
Saat itu, kasus baru corona mencapai 1.455 kasus.
Baca juga: Kasus Virus Corona di Indonesia pada Lokasi Tujuan Mudik Menurun, Terdapat 8 Provinsi
Dengan demikian, total kasus Covid-19 di Indonesia saat ini mencapai 6.063.251.
Adapun perkembangan kasus Covid-19 dalam satu pekan terakhir meningkat cepat, yaitu pada 9 Juni penambahan kasus baru tercatat 556, kemudian meningkat menjadi 627 kasus pada 10 Juni.
Dua hari kemudian, kasus baru Covid-19 menurun menjadi 574 dan 551 pada 11-12 Juni.
Kemudian, kasus baru kembali merangkak naik di angka 591 pada 13 Juni dan 930 kasus pada 14 Juni dan melewati 1.000 kasus tepatnya 1.242 pada 15 Juni.
WHO: Terlalu Dini Nyatakan Kemenangan atas Virus Corona
Sejumlah pelonggaran terkait dengan protokol kesehatan Covid-19 hampir dilakukan seluruh negara di dunia.
Hal ini tak terlepas dari jumlah kasus dan kematian akibat Covid-19 terus mengalami penurunan.
Hal ini diungkapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, yang mengatakan tren kasus positif dan kematian terus alami penurunan.
Kendati demikian, Tedros Adhanom Ghebreyesus dari WHO mengatakan, terlalu dini untuk menyatakan kemenangan atas perjuangan melawan Covid-19 dalam beberapa tahun terakhir ini.
"Tapi, masih terlalu dini untuk menyatakan kemenangan," kata Tedros dalam pidato pembukaan IX Baku Forum, Kamis (16/6), yang salinan sambutannya Kontan.co.id terima.
Dia menegaskan, peningkatan penularan, ditambah tingkat pengujian dan pengurutan yang lebih rendah, adalah lahan subur bagi kemunculan varian baru dan lebih mematikan yang bisa menghindari kekebalan.
Dan, Tedros mengungkapkan, satu miliar orang di dunia hingga kini tetap belum divaksinasi, sebagian besar di negara-negara berpenghasilan rendah di Afrika dan tempat lain.
"Kita harus mengakhiri pandemi," tegasnya, dilansir TribunKaltim.co dari Kontan.id.
Baca juga: Virus Corona di Kaltim, Bertambah Satu Kasus, Warga Taat Prokes Saat Arus Balik
"Kami meminta semua negara untuk tetap waspada. Kami meminta semua negara untuk mempertahankan pengujian dan pengurutan (Covid-19)".
Dan, dia menambahkan, WHO meminta semua negara untuk terus melakukan vaksinasi Covid-19, dengan fokus pada petugas kesehatan, orangtua, dan kelompok berisiko lainnya.
Abad lalu, Tedros menyebutkan, kengerian dua perang dunia melahirkan kesadaran bahwa satu-satunya jawaban atas konflik global adalah kerja sama global.
Pandemi Covid-19, menurut dia, lebih dari krisis apa pun sejak Perang Dunia Kedua, telah menunjukkan mengapa hal itu tetap terjadi.
"Di dunia kita yang semakin terpolarisasi, kita semua harus bekerja untuk menemukan cara untuk membangun jembatan, bukan pagar, dan untuk mempelajari pelajaran menyakitkan yang telah diajarkan pandemi kepada kita, untuk masa depan yang lebih sehat, lebih aman, dan lebih adil," imbuhnya.
Update Kasus Covid-19 di Indonesia
Melansir data Satgas Covid-19, hingga Kamis (16/6) ada tambahan 1.173 kasus baru Virus Corona.
Sehingga total menjadi 6.064.424 kasus positif Virus Corona.
Sementara itu, jumlah yang sembuh dari kasus Virus Corona bertambah 509 orang sehingga menjadi sebanyak 5.901.083 orang.
Sedangkan jumlah orang yang meninggal akibat Virus Corona di Indonesia bertambah 3 orang menjadi sebanyak 156.673 orang.
Jumlah kasus aktif Covid-19 di Indonesia mencapai 6.668 kasus, bertambah 661 dari sehari sebelumnya.
Pemerintah meminta masyarakat memiliki tanggung jawab yang tinggi dan kolektif untuk mematuhi protokol kesehatan.
Karena untuk menekan wabah Virus Corona, dimulai dari menekan angka penularan.
Untuk itu, pemerintah menekankan pentingnya perilaku 5M yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan membatasi mobilitas.
Berdasarkan banyak penelitian, rajin mencuci tangan bisa menurunkan risiko penularan virus, termasuk virus Virus Corona sebesar 35 persen.
Sementara memakai masker bisa mengurangi risiko penularan Virus Corona hingga 45 persen kalau memakai masker kain.
Sementara kalau menggunakan masker medis, risiko penularan berkurang hingga 75 persen
Kasus harian Covid-19 di Indonesia kembali ke angka 1.000.
Hal ini menandakan bahwa Indonesia masih berada di kondisi pandemi meski terkendali, maka kehati-hatian tetap diutamakan terlebih adanya subvarian omicron BA.4 dan BA.5.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menuturkan, dua varian ini diprediksi akan mencapai puncaknya hingga 20.000 kasus.
Puncak ini lebih rendah atau sepertiga dari varian delta dan omicron sebelumnya.
"Jadi kalau kita Delta dan Omicron puncaknya di 60.000 kasus sehari, kira-kira nanti ya estimasi berdasarkan data di Afrika Selatan mungkin puncaknya kita di 20.000 per hari karena kita pernah sampai 60.000 per hari paling tinggi," kata Budi di Kanal YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (16/6).
Meski demikian, Budi mengungkapkan, fatality rate atau tingkat kematian yang disebabkan dua varian ini, jauh lebih rendah dari Delta dan Omicron yakni seperduabelas atau sepersepuluh.
"Jadi kita percaya bahwa nanti akan ada kenaikan kira-kira maksimalnya mungkin 20.000 per hari gitu, satu bulan sesudah diidentifikasi jadi sekitar minggu ketiga, minggu keempat Juli dan kemudian nanti akan turun kembali," ungkapnya.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril mengatakan, pihaknya sudah menyampaikan surat edaran kepada seluruh dinas kesehatan dan rumah sakit untuk mewaspadai adanya lonjakan kasus.
Utamanya menyiapkan seluruh sumber daya untuk berikan layanan bagi pasien saat lonjakan kasus nantinya.
Dari hulu dan hilir sistem sudah terbentuk mulai dari testing dan tracing.
Selain itu, Syahril juga menyebut dengan pengalaman menangani pandemi selam hampir 2,5 tahun, rumah sakit tentu menyiapkan dari SDM, sarana prasarana kemudian dari alat medis alat pelindung diri dan sistemnya.
Pun demikian masyarakat juga dinilai sudah tahu kapan dia hanya perlu ke Puskesmas atau klinik dan kapan harus ke rumah sakit. Begitu juga rumah sakit dia sudah tahu kapan harus menangani dan kapan harus merujuk.
"Mudah-mudahan kita jauh lebih siap apabila terjadi lonjakan kasus lagi karena kita sudah memiliki pengalaman dan sistem yang sudah terbentuk selama 2,5 tahun ini," kata Syahril dalam Forum Merdeka Barat, Kamis (16/6).
Sejauh ini per tanggal 12 lalu ada tambahan 12 orang terinfeksi subvarian BA.5 dari daerah Jawa Barat.
Namun saat ini semua pasien sudah selesai isolasi mandiri dan dinyatakan sembuh.
Rata-rata pasien bergejala ringan.
Sebelumnya Menkes mengatakan ditemukan delapan kasus BA.4 dan BA.5 di Jakarta dan Bali. (*)
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.