Berita Internasional Terkini

Perang Rusia dengan Ukraina Makin Meluas, Kini Hubungan Amerika dan China Memanas

Amerika Serikat terus menebar ancaman kepada negara-negara yang membantu Rusia, hal ini membuat hubungannya dengan China memanas.

MIGUEL MEDINA / AFP
Tentara Ukraina berjalan melewati barikade di Kyiv, pada 30 Juni 2022 di tengah invasi Rusia ke Ukraina. Perang membuat hubungan banyak negara memanas, salah satunya Amerika Serikat dengan China. 

Selain itu, Joe Biden juga mengumumkan pada awal pekan ini bahwa AS akan meningkatkan kehadiran militernya di Eropa untuk mendukung NATO.

Washington akan membuat pangkalan militer di Polandia, mengirim 5.000 tentara tambahan ke Rumania, mengerahkan dua skuadron F-45, dan meningkatkan jumlah kapal perang yang dimiliki oleh angkatan laut AS di Spanyol.

Joe Biden memuji KTT NATO sebagai langkah menggalang aliansi untuk menghadapi ancaman langsung yang diajukan Rusia ke Eropa dan tantangan sistemik yang ditimbulkan China terhadap tatanan dunia.

Baca juga: Makin Mesra dengan Putin, Akankah Cina Membantu Rusia dan Polemik Apa yang Ditimbulkan bagi Dunia?

Joe Biden kemudian mengapresiasi undangan resmi Swedia dan Finlandia untuk bergabung dengan NATO, yang akan meningkatkan perbatasan blok itu dengan Rusia sejauh 1.287 km (800 mil) melalui Finlandia.

Selama KTT NATO, Joe Biden juga mengadakan pertemuan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk membicarakan penjualan jet tempur F-16 ke Ankara.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, mengatakan bahwa 'Tirai Besi' baru sedang turun di antara Moskow dan Barat.

Lavrov berujar, hal ini terjadi di tengah invasi Rusia ke Ukraina.

"Sejauh menyangkut Tirai Besi, pada dasarnya itu sudah turun," kata Lavrov kepada wartawan selama konferensi pers di ibukota Belarusia, Minsk, pada Kamis (30/6/2022).

"Prosesnya sudah dimulai," imbuhnya, dikutip dari The Moscow Times.

Lavrov juga mengklaim bahwa hubungan antara Rusia dan Uni Eropa telah berakhir.

"(Uni Eropa) telah menghancurkan hubungan yang telah dibangun selama beberapa dekade antara kami dan UE," kata Menlu Rusia ini.

Namun ia menambahkan bahwa Moskow masih terbuka untuk negosiasi.

Lavrov juga mengatakan bahwa Kremlin sudah tidak mempercayai Barat.

Baca juga: Bertemu Vladimir Putin, Jokowi Soroti Gandum Ukraina, Pupuk Rusia, dan Sanksi G7 untuk Rusia

"Saya hanya bisa mengatakan bahwa mulai sekarang, kami tidak akan mempercayai baik Amerika maupun UE."

"Kami akan melakukan semua yang diperlukan agar tidak bergantung pada mereka di sektor-sektor kritis," kata Lavrov.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved