News
Terjawab Dalang yang Bikin Rusia Selama Ini Berdarah Dingin pada Ukraina hingga AS Naik Pitam, Iran?
Usai 4,5 bulan lamanya, Rusia melakukan invasi di Ukraina. Terjawab siapa dalang yang bikin Rusia berdarah dingin hingga AS naik pitam, betulkah Iran?
TRIBUNKALTIM.CO - Sudah lama konflik Rusia dan Ukraina bergulir dan tidak terasa sudah memakan kurang lebih 4,5 bulan lamanya.
Belum ada alasan pasti kenapa konflik Rusia dan Ukraina ini makin memanas bahkan menurut kabar terkini, Putin telah berhasil merebut sebagian besar daerah timur Ukraina.
Oleh karenanya, publik penasaran siapa dalang yang membuat Rusia memiliki darah dingin pada Ukraina hingga Amerika Serikat naik pitam. Benarkah dalang dari kekuatan Rusia itu merupakan negara Iran?
Dilansir dari washingtonpost, saat ini Iran sedang bersiap untuk memasok Rusia dengan ratusan pesawat tak berawak, termasuk model canggih yang mampu menembakkan rudal.
Baca juga: Roket Rusia Hantam Apartemen Tewaskan 15 Orang, Daftar 6 Serangan Rusia ke Bangunan Sipil Ukraina
Hal itu diungkapkan oleh Presiden Amerika Serikat, Joe Biden.
Pada Senin (11/7/2022), Biden mengatakan bahwa ada upaya rahasia Teheran, ibu kota Iran untuk memberikan bantuan militer bagi invasi Rusia ke Ukraina.
Rencana pengiriman kendaraan udara tak berawak, atau UAV juga diungkapkan oleh Penasihat Keamanan Amerika Serikat, Jake Sullivan.
Jake Sullivan menyatakan bahwa adanya dorongan yang signifikan bagi upaya Moskow untuk menemukan dan menghancurkan artileri yang dipasok Barat dan sistem senjata lainnya yang telah memperlambat kemajuan Rusia.
Baca juga: Perang Besar-besaran dengan Rusia Bakal Segera Terjadi, Ukraina Perintahkan Warganya Mengungsi
Sullivan mengatakan Iran lah yang bersiap untuk melatih Rusia tentang cara menggunakan senjata, dengan sesi pelatihan awal yang akan dimulai segera pada bulan ini.
"Informasi kami menunjukkan bahwa Pemerintah Iran sedang bersiap untuk menyediakan Rusia hingga beberapa ratus UAV, termasuk UAV berkemampuan senjata dalam waktu yang dipercepat," kata Sullivan dikutip dari washingtonpost, Senin (11/7/2022).
Pengungkapan itu datang ketika Presiden Biden bersiap untuk berangkat ke Timur Tengah, di mana ia diharapkan untuk berunding dengan sekutu-sekutu kuncinya tentang kebijakan regional terpadu terhadap Iran.
Ketegangan antara Washington dan Teheran semakin tegang dalam beberapa pekan terakhir, di tengah pembicaraan nuklir yang goyah dan peningkatan serangan roket dan pesawat tak berawak terhadap instalasi militer AS di Timur Tengah, yang dilakukan oleh kelompok-kelompok milisi yang dipersenjatai dan didanai oleh Iran.
Sementara Rusia memiliki persenjataan drone yang luas, kedatangan pesawat Iran dapat membantu Moskow mengisi kembali sistem senjata utama yang menderita kerugian besar selama konflik empat bulan.
UAV pengawasan memainkan peran penting dalam penargetan pasukan musuh dengan artileri, dan drone yang dipersenjatai dapat melayang di atas medan perang selama berjam-jam, meluncurkan rudal yang dapat menghancurkan tank dan kendaraan lapis baja lainnya.
Iran telah muncul dalam beberapa tahun terakhir sebagai produsen utama pesawat tak berawak.
Di antara model militernya adalah Shahed-129, yang sangat mirip dengan Predator UAV buatan AS yang digunakan dalam operasi militer dan kontraterorisme di luar negeri.
Beberapa ahli militer percaya Shahed-129 adalah tiruan Predator, rekayasa balik dari pesawat mata-mata AS yang jatuh di Iran beberapa tahun lalu.
(TribunKaltim.co/Hartina Mahardhika)
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.