Berita Samarinda Terkini

TRC PPA Sebut Kekerasan terhadap Anak di Kaltim Ibarat Fenomena Gunung Es

Selamat hari anak nasional bagi setiap generasi penerus yang katanya bunga dari surga. Selamat juga bagi Kota Tepian yang konon sebentar lagi dinobat

Penulis: Rita Lavenia |
TRIBUNKALTIM.CO/RITA LAVENIA
Ketua TRC PPA Kaltim Rina Zainun mengemukakan kasus kekerasan terhadap anak di Kaltim bagaikan fenomena gunung es. TRIBUNKALTIM.CO/RITA LAVENIA 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Selamat hari anak nasional bagi setiap generasi penerus yang katanya bunga dari surga.

Selamat juga bagi Kota Samarinda yang konon sebentar lagi dinobatkan sebagai Kota Layak Anak.

Ah, tapi aku melihat langkah kaki kecil berdiri di hampir setiap persimpangan jalan.

Ada yang masih membawa tumpukan berita cetak di tangan, kerupuk, kain lusuh lengkap dengan cairan pembersihnya, okulele yang sepertinya hanya dilengkapi beberapa senar dan ada pula yang sepertinya menahan gerah dari balik kostum badut yang katanya sudah sering ditertibkan.

Kota layak anak itu apa sih? Sedangkan hampir setiap hari telepon selular ini berdering mendapat informasi dari Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC-PPA) Kalimantan Timur (Kaltim) jika telah terjadi kasus pencabulan, rudapaksa, penganiayaan, kekerasan fisik, pembullyan dan ah banyak lagi yang korbannya merupakan anak-anak dan terjadi di setiap sudut Kabupaten dan Kota Benua Etam ini.

Seorang anak menawarkan jasa pembersihan di tengah malam di salah satu perempatan Samarinda. TRIBUNKALTIM.CO/RITA LAVENIA
Seorang anak menawarkan jasa pembersihan di tengah malam di salah satu perempatan Samarinda. TRIBUNKALTIM.CO/RITA LAVENIA (TRIBUNKALTIM.CO/RITA LAVENIA)

Baca juga: TRC PPA Kaltim Angkat Suara soal Banyak Kasus Anak Menghilang

Sejuta kenyataan yang mengernyitkan jidat ini seakan senada dengan penuturan Ketua TRC-PPA Kaltim, Rina Zainun yang mengatakan bahwa beberapa wilayah di provinsi ini terutama Samarinda belum bisa dikatakan sebagai kota layak anak.

Bagaimana tidak sepanjang tahun 2022 saja, sebutnya sudah ada ratusan kasus kekerasan baik fisik, psikis dan verbal yang diterima setiap anak.

"Setiap hari saja hampir 10 kasus kami terima, di antaranya pasti ada kekerasan terhadap anak," ungkapnya dalam perbincangan hangat ditemani secup salad buah, Jumat (22/7/2022) petang ini.

Perempuan 46 tahun ini mengatakan mereka tidak akan pernah lupa dari banyaknya kasus yang ditangani ada anak menjadi korban pelecehan dan kekerasan seksual berujung maut.

Banyak penelantaran dan beberapa anak tidak bisa mendapatkan haknya untuk mengenyam pendidikan karena berada di sudut perekonomian.

Terutama kasus kekerasan seksual. Ia sungguh miris saat mengingat ada seorang anak di Samboja, Kukar yang dibunuh lalu dirudapaksa.

Baca juga: Kasus Kekerasan Anak di Kukar Masih Tinggi, Hingga Agustus Ini Sudah Ada 62 Kasus Anak

Belum lagi yang baru terjadi Samarinda dan Kukar seorang anak disabilitas menjadi korban pemerkosaan oleh orang terdekat.

Ada pula gadis di Kukar sejak usia 13 hingga 21 tahun yang tidak bisa merasakan tidur nyenyak karena selalu menjadi sasaran pelampiasan nafsu bejat sang ayah sambungnya saat malam tiba.

"Terima kasih mulai hari ini aku bisa tidur nyenyak," ucap Rina Zainun menirukan kata-kata sang korban ketika pria bejat tersebut diproses secara hukum.

Cukup kita mengulik kisah-kisah anak yang menjadi korban orang dewasa yang seharusnya melindungi mereka.

Lalu bagaimana dengan anak-anak yang hak mendapatkan pendidikan terenggut? Cukup, teramat banyak bila kita ingin ulas.

Jadi, Kaltim layak anak?

Kita tentu tidak dapat menyalahkan satu pihak.

Rina Zainun selalu mengatakan segala bentuk kekerasan tersebut seperti fenomena gunung es yang nyaris tidak terlihat di permukaan, tetapi sangat banyak yang tersembunyi di bawah.

"Banyak pelaku kekerasan justru dari orang terdekat. Orangtua atau pihak keluarga menganggap itu adalah aib,

Tanpa sadar bahwa anak atau korban mengalami trauma berkepanjangan, psikis terganggu dan seakan tidak bisa menatap masa depan lagi," ucapnya.

Baca juga: Jadi Korban Kekerasan Asusila Ayah Tirinya, Balita di Bontang Alami Kesakitan dan Trauma

Apa yang bisa kita lakukan?

Rina Zainun menekankan bahwa setiap kita harus lebih aware terhadap anak-anak di lingkungan sekitar.

Master Mentor Kemenaker Kalimantan ini berharap setiap orang di lingkungan masing-masing bisa menjadi pemerhati anak.

Jangan diam saat tahu ada anak mengalami kekerasan.

Jangan merasa itu adalah cara orangtua mendidik.

Tidak, sekali lagi Rina Zainun mengatakan tidak ada kekerasan fisik ataupun verbal yang pantas dikatakan sebagai cara mendidik.

"Kita membanding-bandingkan anak saja itu tidak boleh. Karena setiap anak memiliki kecerdasannya masing-masing," tegasnya.

Lalu dari pemerintahan melalui instansi yang membidangi anak-anak, ia mengajak untuk lebih aktif lagi memberikan sosialisasi bagi masyarakat.

Mulai dari sosialisasi tentang pentingnya sex education dari orangtua untuk anak-anaknya.

Pemahaman bagi masyarakat bahwa ada bantuan hukum bagi yang tidak mampu.

"Karena selain menganggap itu aib, banyak yang tidak mau melapor karena takut harus membayar. Karena kebanyakan yang mengalami adalah masyarakat kalangan menengah ke bawah," paparnya.

"Jangan pernah berhenti untuk bermimpi dan tertawa. Karena momen dari masa kecil kamu tak akan terulang. Selamat Hari Anak Nasional 2022," pesan Rina Zainun kepada seluruh anak hebat yang membaca. (*)

Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved