Berita Kutim Terkini
Kutim Berhasil Turunkan Penyakit Kaki Gajah, Begini Cara Pemkab Tekan Penularan di bawah 1 Persen
Pemerintah Kabupaten Kutai Timur melalui Dinas Kesehatan berhasil menekan penularan Penyakit Filariasis atau Kaki Gajah di daerahnya.
Penulis: Syifaul Mirfaqo | Editor: Aris
TRIBUNKALTIM.CO, SANGATTA - Pemerintah Kabupaten Kutai Timur melalui Dinas Kesehatan berhasil menekan penularan Penyakit Filariasis atau Kaki Gajah di daerahnya.
Penyakit yang disebabkan oleh caci filaria ini, menular melalui nyamik sehingga pengobatan yang dilakukan harus secara menyeluruh.
Selama lima tahun, Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) dilakukan se-Kabupaten Kutai Timur yakni mulai tahun 2015 hingga tahun 2019 untuk menurunkan terjangkitnya penyakit kaki gajah.
Kepala Dinas Kesehatan Kutim, dr Bahrani Hasanal melalui Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, M Yusuf mengungkap bahwa Kecamatan Muara Ancalong dan Muara Bengkal masih menghadapi penyakit ini.
Baca juga: Rekrutmen Tenaga Kerja untuk Sektor Tambang Kutim, Banyak Gagal di Tes Psikologi dan Kesehatan
"Sebelum Kabupaten Kutai Timur terbentuk, Penyakit Kaki Gajah ini sudah ada dan memang pengobatan sudah dilakukan, walau saat itu belum maksimal," ujarnya pada TribunKaltim.co, Senin (1/8/2022).
Setelah melakukan pengobatan secara rutin, pemerintah akan mengevaluasi perkembangan penyakit Kaki Gajah yang tersebar di daerah tersebut.
Syukurnya, Kabupaten Kutai Timur berhasil melalui tahapan pertama pengobatan Filariasis berupa pengobatan massal ini dan berlanjut kepada tahapan selanjutnya.
"Perkembanyan penyakit ini dievaluasi, apakah masih banyak yang terjangkit. Alhamdulillah, kita berhasil melewati tahapan itu," ujarnya.
Baca juga: Bawa Aspirasi Warga Kutim, Ini yang Disampaikan Wakil Ketua DPD RI Mahyudin ke 2 Perusahan Sawit
Komitmen pemerintah untuk memberantas penularan ini dalam rangka mengeliminasi Penyakit Filariasis di tahun 2030 mendatang.
Berdasarkan hasil survei terakhir, Penyakit Kaki Gajah di Kabupaten Kutai Timur sudah berada di bawah satu persen, yang artinya penyebaran penyakit ini terbukti mampu dikendalikan.
Namun, jika hasil survei ini mengalami kenaikan, maka pengobatan filariasis di kabupaten dinyatakan gagal dan tahapannya harus diulang kembali mulai dari awal yakni pengobatan rutin selama lima tahun.
Baca juga: Open Turnamen AFKAB Kutim Resmi Terselenggara, 16 Tim Futsal Bertanding Memperebutkan Juara
"Resikonya, apabila presentase ini kemudian ditemukan naik, maka kita harus mengulangi seluruh tahapan pengobatan filariasis dari awal," ujarnya.
Saat ini, Kutim sudah melalui survei Pre TAS (Transmission Assessment Survey), yang mana masyarakat umum menjadi target survei ini dengan hasil di bawah satu persen.
Selanjutnya, Kutim akan melalui TAS, yang targetnya adalah anak-anak sekolah guna memastikan penyakit filariasis tidak menjangkiti generasi muda.
Baca juga: Aspirasi Warga Kutai Timur soal Limbah Sawit, Perusahaan Harus Koordinasi dengan DLH Kutim
Agar tidak terkena penyakit Kaki Gajah, tindakan preventif atau pencegahan perlu dilakukan, seperti penggunaan obat nyamuk, dan meminum obat cacing. (*)
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.