Berita Kukar Terkini

Warga di 3 Desa di Kutai Kartanegara Ini Tolak Kegiatan Tambang Batu Bara di Wilayahnya

Ratusan warga dari tiga desa di Kelurahan Loa Kulu, Kutai Kartanegara menggelar aksi menolak aktivitas pertambangan batu bara.

Editor: Aris
TRIBUNKALTIM.CO/MIFTAH AULIA
Ratusan warga dari tiga desa di Kelurahan Loa Kulu, Kutai Kartanegara menggelar aksi menolak aktivitas pertambangan batu bara di Kukar, Kalimantan Timur pada Rabu (3/8/2022). (TRIBUNKALTIM.CO/MIFTAH AULIA) 

Warga dari tiga desa di Loa Kulu itu pun tidak ingin anak cucunya nanti harus menanggung dampak buruk dari pertambangan.

Baca juga: Daftar 10 Parpol yang Raih Bantuan Keuangan dari Kesbangpol Kukar, Bertotal Rp 1,3 Miliar

Diakui Sutarno, pihaknya mendapatkan informasi soal adanya aktivitas tambang di wilayah desanya pada Kamis (28/7/2022) lalu.

Lokasi aktivitas tambang tersebut terletak di wilayah perbatasan antara Desa Sumber Sari dan Desa Loh Sumber.

Sejauh ini, Sutarno juga tidak pernah menerima adanya laporan, koordinasi atau pun permohonan izin atas aktivitas yang terjadi di wilayahnya.

“Tidak ada izin sama kami, kemarin alatnya banyak, sekarang sudah tidak ada. Mungkin kemarin itu ada 10 alat di lokasi. Sekira 5 hektar lahan sudah di buka,” tandasnya.

Baca juga: Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Kukar Bagaikan Fenomena Gunung Es

Bahkan, petani Desa Sumber Sari, Loa Kulu, Kukar mengeluhkan dampak dari adanya aktivitas pertambangan ilegal di wilayahnya.

Seorang petani sayur, Haryono Usman mengaku, sangat merasakan dampak atas aktivitas tambang tersebut.

Menurutnya, kondisi air sungai menjadi keruh dan tidak bisa digunakan untuk menyiram tanaman sayur miliknya.

Mulai dari sawi, bayam, kacang panjang, hingga tomat akan mati jika tidak disiram secara berkala.

Baca juga: Ketahanan Pangan di Kukar, Wabup Rendi Solihin Tinjau Jaringan Irigasi Desa Sidomulyo

Setiap harinya, tanaman jenis tersebut harus disiram sebanyak dua kali, pagi dan sore. Jika tidak, maka tanaman-tanaman itu akan berjamur dan terancam mati.

“Ini kerasa sekali, kami ke kebun mau nyiram, air sudah nggak karuan (keruh). Kalau hujan baru jernih (air sungai). Air itu keperluan kami sebagai petani,” ujarnya kepada TribunKaltim.co, Rabu (3/8/2022).

Diakui Haryono, bertani menjadi satu-satunya sumber mata pencarian warga setempat. Jika sumber mata air yang digunakan tercemar, proses bertani akan sangat terganggu.

"Pasti terasa sekali kalau dipaksa siram dengan air yang keruh pasti rusak dan gagal panen," imbuhnya.

Baca juga: Ulang Tahun ke 15, Alfamidi Salurkan CSR, Ada Pemeriksaan Kesehatan Gratis di 15 Cabang di Indonesia

Sebelumnya, Kepala Desa Sumber Sari, Sutarno mengaku mendapatkan informasi soal adanya aktivitas tambang di wilayah desanya pada Kamis (28/7/2022) lalu.

Lokasi aktivitas tambang yang diyakini ilegal tersebut terletak di wilayah perbatasan antara Desa Sumber Sari dan Desa Loh Sumber.

Halaman
123
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved