IKN Nusantara
Daerah dengan Tarif Ojek Termahal di Indonesia Jadi Pemasok Daging ke IKN Nusantara
Daerah dengan tarif ojek termahal di Indonesia jadi pemasok daging ke IKN Nusantara
Penulis: Rafan Arif Dwinanto | Editor: Faizal Amir
TRIBUNKALTIM.CO - Kehadiran Ibu Kota Nusantara atau IKN Nusantara di Kalimantan Timur menjadi berkah bagi daerah sekitarnya.
Tak hanya sesama daerah di Kalimantan, provinsi lain di Pulau Sulawesi pun kebagian dampak positifnya.
Satu diantaranya yakni Kabupaten Luwu Utara.
Kehadiran IKN Nusantara di Kalimantan Timur bakal mengubah kecamatan terisolir di Luwu Utara menjadi penyuplai daging merah ke IKN Nusantara.
Dilansir dari Kompas.com, Luwu Utara juga memiliki surplus daging.
Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani mengatakan daerahnya bisa jadi pemasok ikan, dan juga daging merah seperti sapi dan kerbau bagi IKN.
Kecamatan yang potensial untuk mendukung pemasok daging bagi IKN adalah Kecamatan Seko.
"Salah satu kecamatan kami dalam RPJMD Provinsi 2018-2023 yaitu Kecamatan Seko yang selama ini dikenal sebagai kecamatan terisolir, kecamatan dengan tarif ojek termahal di Indonesia, nah itu akan kami ubah image-nya menjadi kecamatan penyuplai daging ke IKN," ujar dia.
Luwu Utara juga memiliki sumber daya pasir yang bisa dikirimkan ke IKN untuk material pembangunan.
Namun, untuk mendapat manfaat dari IKN, Luwu Utara memerlukan pembangunan infrastruktur jalan.
Daerah Kecamatan Seko, di Luwu Utara berjarak 200 kilometer dengan Pelabuhan Belang-Belang di Mamuju, Sulawesi Barat.
Pelabuhan Belang-Belang berhadapan langsung dengan IKN di Kecamatan Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
Jika infrastruktur jalan dibangun dari Seko hingga ke Mamuju, ini akan memudahkan mendistribusikan hasil pangan dan peternakan, serta lainnya dari Luwu Utara ke IKN.
"Nah, dari Seko ke Mamuju, Pelabuhan Belang-Belang enggak sampai 200 kilometer, lebih singkat. Pelabuhan Belang-Belang langsung ke mulut PPU.
Jadi strategis banget," ujar dia.
Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani mengatakan, rata-rata daerahnya surplus 80.000 ton beras per tahun.
Rata-rata, kabupaten di Sulawesi Selatan itu memproduksi 5,7 ton beras per hektare, dengan sekitar 28.000 hektar lahan, dan memiliki indeks pertanaman (IP) 2 kali.
"Bayangan saya ke depan, Luwu Utara bisa menjadi salah satu pemasok utama di IKN, terutama kebutuhan penyangga pangannya," kata Indah, saat berkunjung ke kantor Kompas.com di Jakarta, Jumat (30/9/2022).
Surplus beras di Luwu Utara diperkirakan mengalami peningkatan jika Bendung Baliase dan Bendung Rongkong selesai dibangun.
Bendung Baliase ditargetkan selesai fisiknya di tahun 2023.
Bendung ini bakal mengairi 21.982 hektar sawah di Luwu Utara.
Sedangkan Bendung Rongkong saat ini sedang proses studi amdal.
"Nah, kalau irigasi ini tuntas, IP-nya kan diharapkan 5 dalam 2 tahun, artinya dia bisa meningkat 2 setengah kali lipat," ujar Indah. (*)