Berita Kutim Terkini
Kisah Suroto, Pemilik Wisata Rumah Kelinci di Kutai Timur, Bangkit dari Pandemi dan Terus Berinovasi
Memiliki usaha di bidang wisata memang bergantung pada kedatangan pengunjung untuk menikmati hiburan yang ditawarkan.
Penulis: Syifaul Mirfaqo |
TRIBUNKALTIM.CO, SANGATTA - Memiliki usaha di bidang wisata memang bergantung pada kedatangan pengunjung untuk menikmati hiburan yang ditawarkan.
Oleh karenanya, pengusaha wisata perlu disertai hobi, kerajinan, ketekunan, dan yang paling penting adalah inovasi agar wisata yang ditawarkan tetap diminati pengunjung.
Ini yang diyakini oleh Suroto, pemilik Wisata Edukasi Buatan Rumah Kelinci di Kecamatan Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur (Kutim).
"Harus selalu berinovasi supaya mempunyai daya tarik, sehingga orang-orang bisa berkunjung ke sini. Kalau kita tidak berinovasi terus, kita akan ditinggalkan," ujarnya pada TribunKaltim.co.
Selama tahun pertama tempat wisata Rumah Kelinci dibuka pada 2017 lalu, Suroto menarik minat pengunjung dengan menggratiskan biaya masuk kawasan wisata.
Baca juga: Wisata Edukasi di Sangatta Kutim, Rumah Kelinci dari Gratis hingga Raup Rp 100 Juta per Bulan
Hal tersebut merupakan salah satu cara untuk memperkenalkan Rumah Kelinci ke masyarakat Kutim secara lebih luas.
Pengunjungnya pun tidak hanya dari seputar Kecamatan Sangatta Utara saja, tetapi meluas ke berbagai kecamatan lain seperti Bengalon, Rantau Pulung, bahkan Sangkulirang.
"Alhamdulillah, antusiasme masyarakat juga sudah mulai percaya kepada usaha saya," ujarnya.
Kemudian di tahun 2018, biaya tiket masuk mulai dikenakan kepada pengunjung dengan tarif Rp 10 ribu untuk dewasa dan Rp 5 ribu untuk anak-anak.
Kendati biaya tiket masuk sudah diberlakukan, pengunjung tetap membanjiri tempat wisatanya yang didominasi oleh kegiatan outing class anak-anak TK dan SD.
Namun di puncak ketenaran Rumah Kelinci pada akhir tahun 2019, pandemi Covid-19 merebak dan melumpuhkan total tempat usahanya.
Baca juga: Menengok Ratusan Pohon Jambu Kristal di Taman Agro Wisata Rumah Kelinci Sangatta Kutim
"Ternyata begitu Covid-19 merebak di Tahun 2020, penurunan terjadi secara drastis sampai saya tutup selama enam bulan," ujarnya.
Selama enam bulan itu, Rumah Kelinci sama sekali tidak memberikan penghasilan sehingga beberapa karyawannya terpaksa dirumahkan.
Sisa karyawan yang memiliki keahlian di bidang pertukangan masih dipekerjakan olehnya untuk membangun beberapa sarana dan prasarana di kawasan wisata Rumah Kelinci.
"Karyawan yang bisa nukang ya saya suruh membuat infrastruktur untuk persiapan kalau pandemi Covid-19 nanti mereda waktu itu," ujarnya.