Berita Paser Terkini

Pengamat Politik dan Hukum Paser Nilai Krisis Moralitas Runtuhkan Integritas Institusi Polri

Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Listyo Sigit Prabowo sedang mendapat beberapa ujian berat terhadap institusi Polri.

Penulis: Syaifullah Ibrahim |
TRIBUNKALTIM.CO/SYAIFULLAH IBRAHIM
Pemerhati Politik dan Hukum Paser Muchtar Amar menyampaikan, persoalan dari segala penjuru negeri terus bermunculan, krisis moralitas dan krisis loyalitas inklusif oknum bukan hanya pada institusi Polri, tapi juga harus diingatkan pada setiap institusi. TRIBUNKALTIM.CO/SYAIFULLAH IBRAHIM 

TRIBUNKALTIM.CO, TANA PASER - Kepala Kepolisian Republik Indonesia atau Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo sedang mendapat beberapa ujian berat terhadap institusi Polri.

Seolah ujian itu tak akan berujung, Listyo bak sebuah 'bola' bulu tangkis yang kemudian dipukul ke atas net, lalu bola itu pun di-smash kembali ke bawah, kanan, kiri, depan maupun belakang.

Pemerhati Politik dan Hukum (Patih) Paser Muchtar Amar menyampaikan, persoalan dari segala penjuru negeri terus bermunculan, krisis moralitas dan krisis loyalitas inklusif oknum bukan hanya pada institusi Polri, tapi juga harus diingatkan pada setiap institusi.

"Tak menjadi soal kalau oknum-oknum institusi itu asalnya sudah kaya, namun yang menjadi soal kekayaan itu diraih dengan cara yang tak wajar menyalahgunakan kewenangan yang merugikan publik," kata Amar saat ditemui di salah satu cafe di Tanah Grogot, Paser, Minggu (23/10/2022).

Ia beranggapan, jika kekayaan yang diperoleh sudah tidak wajar, bagaimana nanti dengan pertanggungjawabannya ke publik secara duniawi dan di akhirat kelak kepada Sang Khalik.

Baca juga: Figur Capres Mulai Bermunculan, Patih Paser Nilai Antar Parpol Saling Sindir Bentuk Opini Publik

Menurutnya, fenomena yang ada saat ini telah kian parah dan masif terjadi di negara Indonesia.

"Penyebabnya, krisis moralitas dan krisis loyalitas inklusif oknum yang menghalalkan beragam cara peroleh harta, tahta dan wanita, semua kalangan latah ingin cepat kaya, hidup enak bergelimang harta melawan takdirnya," ungkapnya.

Fenomena tersebut, kata Amar, kian parah dan masif secara global. Keseimbangan memelihara 'nature of god', yaitu fitrah sebagai manusia semakin terkikis dengan ambisi duniawi, padahal tidak ada krisis, selain krisis moralitas.

Ia menilai, karena sifat manusia lemah, berkeluh kesah dan tergesa-gesa, sehingga wajar ketika publik menyuarakan keluhannya ke pemerintah yang memerintah.

"Suara rakyat kan suara Tuhan, jika yang disuarakan publik itu secara moralitas inklusif patut diperjuangkan, tidak wajar jika kepala pemerintahan diam saja. Respon Jokowi itu harus disikapi Kapolri dengan bijaksana pula bersama jajarannya, demikian pula oleh institusi lainnya," singgungnya.

Baca juga: PATIH Paser Sebut Pembagian Baksos Bukan Tugas Utama Polri

Jangan sampai, lanjut Amar, publik menyuarakan kepada Sang Khalik, yang  akan sangat berbahaya dampaknya.

Regulasi pemerintah partisipatif sebagai norma-norma untuk mengatur tatanan ke arah yang lebih baik, nilai-nilai tamak, serakah saja dianggap tidak baik oleh publik karena timpang.

Partisipatif itu bisa saja berdasar moralitas yang telah tumbuh berkembang di masyarakat yang menilai baik buruk dalam berbuat sesuatu yang percayainya.

"Karena manusia sebagai makhluk sosial, saling membutuhkan antara satu dengan lainnya. Maka janganlah loyalitas ekslusif itu dibudayakan, ini akan terus memberi pengaruh buruk buat bangsa dan negara," imbuhnya.

Amar juga tak menampik harta, tahta dan wanita secara ekslusivitas berdampak buruk bukan hanya terhadap diri sendiri, namun juga berdampak luas ke masyarakat.

"Kalau sekelas pejabat tinggi dengan mudahnya terlibat pembunuhan, narkotika, perjudian, kekerasan seksual dan lain sebagainya, kan tidak menutup kemungkinan bisa terjadi juga di jajaran bawahannya," tuturnya.

Baca juga: Tanggapi Naiknya Harga BBM, Patih Paser Sebut Pemerintah Dilema Pertahankan Kepercayaan Publik

Dengan begitu, ia mengingatkan agar praktik seperti itu harus terus diperangi karena jika tidak, negara ini dipertaruhkan keberadaannya.

"Itu karena menyangkut integritas moral anak cucu kita di masa mendatang, cukup di era kolonial, dulu kan semua potensi alam melimpah ruah, perbedaan kaya miskin, kuat lemah jangan dieksploitasi, harus bijak diharmonisasi," ucapnya. (*)

Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved