IKN Nusantara
Pakar Bicara Potensi Bencana di IKN Nusantara, Bandingkan dengan Jawa dan Sumatera
Pakar bicara potensi bencana di IKN Nusantara, bandingkan dengan Jawa dan Sumatera
Penulis: Rafan Arif Dwinanto | Editor: Djohan Nur
TRIBUNKALTIM.CO - Relatif aman dari bencana, termasuk gempa bumi, hal inilah yang melatari Pemerintah Pusat memilih Kalimantan Timur sebagai lokasi Ibu Kota Nusantara atau IKN Nusantara.
Meski demikian, Mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono menuturkan, tidak ada daerah di Indonesia yang nyaris sempurna untuk lepas dari bencana.
Namun, menurut Mbah Rono, sapaan akrabnya, Kalimantan relatif lebih aman dari gempa bumi dibandingkan Jawa dan Sumatera.
Menurut Mbah Rono seluruh daerah di Indonesia ini mempunyai potensi bencana yang sama.
Bahkan tidak ada yang nyaris sempurna aman dari bencana.
"Saya cari mana yang 100 persen sempurna daya dukungnya bagus, air tanah banyak, dibuat bangunan tidak ambles, ya tidak ada di Indonesia ini," ujarnya.
"Paling nggak, IKN tidak dikeroyok gempa seperti di Jawa, tidak dihajar gempa gede-gede seperti di Sumatera, itu satu hal poin sudah positif," sambung Mbah Rono.
Jika bicara dimana daratan di Indonesia yang betul-betul stabil, 100 persen stabil, dijamin semua bagus dan sesuai keinginan tentunya akan tidak menemukan.
Alam bukan manusia yang membuat, jadi memang ada plus minusnya.
Jika melihat risiko bencana tentu saja dibanding Ibu Kota lama, Jakarta, IKN jauh lebih baik.
"Tetapi kalau dihitung dari risiko tingkat kebencanaan, tinggi Jakarta lah, bahwa disitu (IKN) ada Delta Mahakam, labil. Itu iya, tetapi kan ini belum sepenuhnya dibangun ya. Nanti kalau dibangun disesuaikan daya dukung yang ada, jangan kebablasan," jelas Mbah Rono.
Jika melihat letak geografis sendiri, Penajam Paser Utara (PPU) sangat minim dalam sumber air dan tanah, menyinggung ini, Mbah Rono memberi pendapatnya.
Menurutnya, jika di kawasan IKN, tidak ada daya dukung air tanah yang melimpah, pembangunan IKN justru bisa menggunakan saja sumber air permukaan.
"Kita justru buruk, kita itu bangsa yang buruk ketika tidak bisa mengelola air permukaan menjadi air yang berguna. Menjadi tangisan mungkin banyak, banjir itu (bencana)," katanya.
"Ya ini mungkin IKN bisa jadi berkah, bahwa kita bisa me-manage air permukaan untuk kebutuhan sehari-hari, kan begitu saja," imbuhnya.
Dilanjutkan Mbah Rono, bahwa alam IKN itu ibarat yang punya rumah, yang akan datang kesana membangun itu ialah tamu. Plus minus yang punya rumah tentu kan tidak bisa diubah apa pun.
"Yang ada ialah bagaimana teknologi ini bisa menyesuaikan diri dengan kondisi IKN yang tidak bisa dirubah," tegasnya.
IKN lahannya adalah yang punya rumah, yang membangun merupakan tamu. Hanya satu hukum orang bertamu, lanjut Mbah Rono, memiliki respect kepada yang punya rumah.
"Kita tidak bisa mengubah yang punya rumah, kita yang harus bisa merubah diri agar bisa diterima oleh yang punya rumah," pesannya. (*)