IKN Nusantara

Keren, Istana Presiden di IKN Nusantara Dilengkapi Botanical Garden Seluas 50 Ha

Keren, Istana Presiden di IKN Nusantara dilengkapi botanical garden Seluas 50 hektare

Penulis: Rafan Arif Dwinanto | Editor: Robin Ono Saputra

TRIBUNKALTIM.CO - Pemerintah bakal bangun botanical garden seluas 50 hektar di Kawasan Istana Presiden, Ibu Kota Nusantara atau IKN Nusantara, Kalimantan Timur.

Dilansir dari Kompas.com, Ketua Satuan Tugas (Satgas) Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur IKN Danis H Sumadilaga mengatakan, luasan Kawasan Istana Presiden di IKN juga mencapai 50 hektar.

"Kawasan Istana Presiden itu luasnya 50 hektar, di baliknya ada botanical garden 50 hektar.

Nanti kalau tersambung jadi 100 hektar," jelas Danis, Jumat (13/1/2023).

Baca juga: Sandiaga Uno Beber Nasib Perhotelan di Jakarta Saat IKN Nusantara Jadi Ibu Kota

Jelasnya, setiap proyek yang dibangun di ibu kota negara baru tersebut harus menyediakan 75 persen lahan untuk area hijau.

Pada rancangan awal, area hijau yang bakal disediakan hanya sebesar 40 persen dari total luas lahan proyek.

"Dari kondisi 40 persen ke 75 persen itu reforestation bukan deforestation, menghutankan kembali.

Itu menjadi acuan kita dalam setiap mengembangkan," imbuh Danis.

Selain itu, area hijau yang dibangun tidak selalu dalam bentuk hamparan pepohonan, tetapi juga bisa berupa taman.

Di sisi lain, konstruksi Kawasan Istana Presiden yang mencakup Kantor Presiden berbentuk burung garuda, Istana Presiden dan Lapangan Upacara dimulai pada akhir Januari 2023.

Danis mengatakan, mulai November 2022-Februari 2023 pihaknya tengah menyiapkan lahan seluas 50 hektar tersebut.

Proses land development dikerjakan secara paralel dengan pembangunan fondasi.

Disebutkan bahwa material dan alat yang dibutuhkan sudah siap digunakan.

"Kita menyiapkan fondasi bore pile 60-80 ada juga 60-80, bervariasi," tambah Danis.

Sebagai informasi, Kawasan Istana Presiden ditarget bisa rampung dan siap digunakan pada Upacara Kemerdekaan 17 Agustus 2024.

Sebelumnya, Desainer Istana Presiden di IKN Nusantara, Nyoman Nuarta mengeklaim basic design dibuat dengan mempertimbangkan unsur ekologis yang hemat energi.

Menurutnya, bilah-bilah tembaga yang disusun secara vertikal pada bagian luar gedung istana akan menjadi sun louvre yang menghalangi sinar matahari menerobos langsung ke dalam gedung.

Konsep gesain ini dirancang untuk menghemat penggunaan energi listrik, terutama air conditioner.

“AC bisa dimatikan, karena ruangan akan tetap terasa sejuk,” kata Nyoman dalam keterangannya Kamis (06/01/2022).

Nyoman menjelaskan penggunaan logam seperti tembaga sebagai kulit luar gedung, sepintas memberi kesan keras dan kaku.

Padahal, menurut pengamatan dan pengetahuannya, tembaga memiliki sifat yang lentur, mudah dibentuk, tidak korosif, dan konduktor yang baik untuk aliran listrik dari petir.

Dari sisi pemeliharaan, tembaga juga sangat mudah dirawat. Pemanfaatannya sebagai kulit gedung, kata Nyoman, akan diperlakukan sama seperti kulit patung.

Perpaduan dengan unsur seperti patina, membuat tembaga mengalami oksidasi dan berubah warna menjadi hijau tosca.

“Jadi dari sisi perawatan akan sangat mudah dan efisien dalam biaya,” ujarnya. (*)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved