Wawancara Eksklusif
Strategi Kepala BKKBN Kejar Terget 14 Persen Angka Stunting di 2024, Pakai Aplikasi dan Ubah Mindset
BKKBN telah membangun infrastruktur dari tingkat pusat hingga daerah untuk menurunkan angka stunting sejak tahun 2022 lalu.
Ya kita tahu stunting ini banyak dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya faktor yang mempengaruhi adalah faktor sensitif. Faktor sensitif itu ada lingkungan, tempat tinggalnya, air bersih, jambannya. Sedangkan kalau faktor spesifiknya itu gizinya, sehatnya badan sakit atau tidak.
Nah, daerah-daerah katakanlah Bali, Yogyakarta, DKI ini kan stuntingnya cenderung rendah. Karena memang secara umum lingkungannya Bali, lingkungannya mayoritas sarana air bersihnya ada, kemudian rumahnya kumuh praktis tidak banyak, kemudian juga katakanlah jamban di Bali di daerah turis sudah hampir tidak ada.
Bisa dibayangkan jika dibandingkan dengan daerah tertentu di luar Jawa yang masih BAB di sungai. Di Jawa saja masih ada daerah yang BAB di sungai. Ini kan beda sekali. Sehingga faktor penyebabnya seperti itu.
Pak Hasto, sebenarnya apakah benar pemantauan angka stunting itu bisa dilakukan lewat aplikasi tertentu?
Iya saya kira aplikasi itu bisa macam-macam intinya kan. Kita ini mau memantau harus ada datanya yang masuk, apa saja kan bisa dipantau dengan aplikasi. Jadi itu hanya bagaimana sistem penyelenggaraan pemerintahan secara elektronik, ada istilah SPBE, misalkan kita ingin memantau rumah tangga.
Kalau BKKBN ini memantau rumah tangga, siapa anaknya, berapa jaraknya, berapa umurnya, berapa kan semuanya bisa terpantau. Sehingga ketika penimbangan di Posyandu itu dijalankan dengan baik tertib.
Kemudian diukur dengan benar, kemudian yang datang banyak dan datanya diinput di dalam aplikasi tentu itu menjadi potret, sehingga kita bisa tahu, siapa, di mana, yang berat badannya tidak naik, panjang badannya tidak naik.
Kalau misalkan saya memantau satu wilayah hari ini, bulan ini dikasih penimbangan semua kan secara otomatis, secara saya sebagai kepala wilayah bisa melihat dong ini saya punya warga di desa A ternyata beratnya naik atau tidak naik, saya rasa sangat bisa.
Pak, apa benar yang sudah menerapkan menggunakan aplikasi itu baru Kabupaten Sumedang, atau memang ada di daerah-daerah lain. Sepengetahuan dari Pak Hasto?
Kan secara nasional sudah ada namanya E-PPGBM, jadi E-PPGBM itu aplikasi Elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat. Nah ini secara nasional sudah ada, dan Kemenkes setiap tahun mengumpulkan data lewat E-PPGBM. Karena, Posyandu diharapkan berjalan tiap bulan ada penimbangan. Hasil penimbangan di input ke E-PPGBM ini. Kemudian data E-PPGBM ini secara nasional tesentralisasi juga. Sehingga menjadi evaluasi.
Sebetulnya sudah ada aplikasi secara nasional ada sistemnya. Kemudian daerah-daerah juga banyak yang sudah punya aplikasi sendiri-sendiri. Saya kira Sumedang serius dengan satu aplikasi dan barangkali dikerjakan betul dalam arti tertib aplikasinya, ada kadernya, dilatih mengisi aplikasi input datanya dan dikontrol betul-betul.
Sumedang ceritanya Bupati, angka stunting turun, harus disertai dengan SDM yang juga dilatih dan juga disiplin untuk input data.
Pak, kalau kita mau mencapai target 14 persen, krusial poinnya sebenarnya di mana untuk mencapai itu. Apa yang paling krusial?
Sebetulnya yang paling krusial itu perubahan perilaku. Karena, masyarakat ini kan punya pola makan yang kadang-kadang tidak sesuai dengan pola makannya yang benar menurut kesehatan. Sehingga ada yang makan itu karbohidrat semua, beli mie, kemudian mienya dipakai untuk lauk makan nasi, ditambah kerupuk lagi, semua karbohidrat, itu contohnya.
Mereka juga ada di daerah-daerah yang banyak menghasilkan ikan, malah ikannya dijual untuk beli mie. Kan salah juga. Kemudian lingkungan sangat berpengaruh jadi maksud saya misalkan ada orang yang lingkungannya BAB nya sungai. Orang BAB di sungai ini kan mengeluarkan bakteri namanya ecoli nah bakteri ini membuat diare. Anak kecil balita ini kalau dikasih makanan dan sebaik apapun kalau diare kan otomatis berat badannya tidak naik-naik, panjangnya tidak naik-naik.
Penantang Baru di Pilkada Balikpapan 2024, Muhammad Sa'bani: Saya Tak Muluk-muluk, 5 Tahun Selesai |
![]() |
---|
Bincang Pembangunan Gedung di IKN Bersama Robby Dwikojuliari, 'Awalnya Saya juga Sempat Pesimistis' |
![]() |
---|
Wawancara Eksklusif: PKN Sebut Isran Noor dan Rudy Mas'ud, Tokoh yang Cocok Pimpin Kaltim |
![]() |
---|
Wawancara Eksklusif: PKN tak Hanya 'Menjual' Anas Urbaningrum di Pemilu 2024 |
![]() |
---|
Persiapan PKN Kaltim Hadapi Pemilu 2024, Ikhsan Hattu: Loyalis Anas Urbaningrum jadi Modal Besar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.