Berita Kaltara Terkini

Cabai Sebabkan IHK Turun 0,12 Persen, Inflasi Makanan dan Tembakau di Tarakan Rendah

Penurunan harga cabai rawit sejalan dengan sinergi dan kolaborasi TPID se-Provinsi Kaltara melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan

TRIBUNKALTARA.COM/ANDI PAUSIAH
PANEN TOMAT - Aktivitas panen tomat warga yang dinilai ikut andil sebabkan rendahnya tekanan inflasi di Tarakan. 

TRIBUNKALTIM.CO, TARAKAN - Penurunan harga cabai rawit sejalan dengan sinergi dan kolaborasi TPID se-Provinsi Kaltara melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Melalui gerakan penanaman cabai berdampak pada peningkatan ketersediaan pasokan dan kestabilan harga.
Kondisi ini menyebabkan inflasi gabungan dua wilayah yakni Tarakan dan Tanjung Selor mengalami penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) 0,12 persen di Kaltara Februari 2023.

Angka ini tercatat lebih rendah dibandingkan dengan bulan Januari 2023 sebesar 0,25 persen.
“Capaian tersebut juga lebih rendah dari inflasi nasional yang sebesar 0,16 persen. Dua kota penyumbang IHK Kaltara yaitu Tarakan dan Tanjung Selor masing-masing tercatat mengalami inflasi sebesar 0,09 persen (mtm) dan inflasi sebesar 0,25 persen,” ungkap Kepala KPwBI Provinsi Kaltara, Wahyu Indra Sukma.

Rendahnya inflasi terjadi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Terutama disebabkan oleh komoditas aneka sayur seperti sawi hijau dan tomat, serta cabai rawit.
“Kondisi tersebut seiring dengan kondisi cuaca pada bulan Februari 2023 yang lebih baik dari periode sebelumnya sehingga produktivitas panen mengalami peningkatan,” terang Wahyu Indra Sukma.
Pada komoditas lainnya, daging ayam ras juga mengalami penurunan harga di tengah isu merebaknya flu burung. Lebih lanjut Indra menjelaskan, turunnya tekanan inflasi pada Februari 2023 tertahan oleh komoditas angkutan udara. Seiring dengan berkurangnya beberapa rute penerbangan di tengah rendahnya permintaan penerbangan pada awal tahun.

“Sehingga maskapai mengurangi jumlah penerbangannya sebagai upaya efisiensi operasional maskapai,” paparnya.
Selain itu, naiknya harga beras juga turut menahan penurunan tekanan inflasi. Seiring dengan pemenuhan pasokan nasional yang belum optimal. Sejalan dengan itu, Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya juga menjadi faktor penahan menurunnya tekanan inflasi dengan mengalami peningkatan tekanan inflasi sebesar 0,36 persen.
Tekanan inflasi pada kelompok ini terutama disebabkan oleh komoditas emas perhiasan dengan andil Inflasi 0,05 persen (mtm). Hal ini sejalan dengan meningkatnya emas global.

Kepala KPwBI Provinsi Kaltara, Wahyu Indra Sukma.
Kepala KPwBI Provinsi Kaltara, Wahyu Indra Sukma. (TRIBUNKALTARA.COM/ANDI PAUSIAH)

Dengan perkembangan tersebut, Inflasi gabungan 2 (dua) kota itu menyebabkan IHK Provinsi Kaltara secara tahunan mengalami peningkatan tekanan inflasi menjadi 4,64 persen. Di mana sebelumnya 4,51 persen.
“Inflasi Kaltara tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan inflasi nasional sebesar 5,47 persen. Terjaganya tingkat inflasi gabungan 2 (dua) kota IHK Provinsi Kaltara ini sejalan dengan gencarnya upaya pengendalian Inflasi yang dijalankan Tim Pengendalian Inflasi Daerah baik Provinsi, maupun kabupaten dan kota di Provinsi Kaltara,” terangnya.

Kegiatan pengendalian inflasi yang merupakan sinergitas antara Bank Indonesia, pemerintah daerah, instansi vertikal, dan pelaku usaha di Kaltara. Di antaranya ada kegiatan operasi pasar murah, pemantauan harga, sidak pasar dan pelaksanaan Kerja Sama Antar Daerah (KD). “Serta implementasi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan yang terbukti mampu meredam tekanan inflasi pada tahun 2022 akan dilanjutkan untuk mengendalikan inflasi di tahun 2023,” tukasnya. (zia)

Sumber: Tribun kaltara
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved