Berita Balikpapan Terkini

Penyebab Stunting di Balikpapan karena Pola Asuh dan Ekonomi, Solusi Alwiati: Budidaya Lele

Namun, Alwi mengatakan, bahwa kondisi ini sejatinya bisa diatasi oleh masing-masing keluarga dengan beberapa cara

Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO/BUDI SUSILO
Ilustrasi ibu hamil cegah stunting. Prosesnya yang mudah dan manfaat ikan lele sangat baik untuk ibu hamil agar mencegah kelahiran anak stunting. 

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN – Salah satu faktor yang menyebabkan ibu melahirkan anak stunting adalah pola asuh dan faktor ekonomi.

Demikian dibeberkan oleh Kepala DP3AKB Balikpapan, Alwiati saat dihubungi Kompas.com, pada Jumat (31/3/2023).

Namun, Alwi mengatakan, bahwa kondisi ini sejatinya bisa diatasi oleh masing-masing keluarga dengan beberapa cara.

Salah satunya program budidaya ikan lele di ember bisa menjadi opsi yang cukup efektif.

Baca juga: Pemkot Balikpapan Alirkan DAK Rp 1,9 Miliar untuk Atasi Kasus Stunting

Sebab, prosesnya yang mudah dan manfaat ikan lele sangat baik untuk ibu hamil agar mencegah kelahiran anak stunting.

Dulu ada program yang bagus dari Kapolresta Balikpapan yakni budidaya lele di ember.

"Itu kan gampang, di rumah saja bisa dan saat itu angka stunting bisa ditekan. Karena protein ikan lele ini kan tinggi, sangat bagus untuk mencegah stunting. Tapi, sekarang sejak sudah tidak Covid lagi program itu sepertinya sudah tidak jalan,” ungkap dia.

Sumber makanan protein hewani dan nabati bagus untuk ibu hamil demi cegah stunting.
Sumber makanan protein hewani dan nabati bagus untuk ibu hamil demi cegah stunting. (TRIBUNKALTIM.CO/BUDI SUSILO)

Meski begitu, pihaknya terus berupaya melakukan penekanan kasus stunting di Balikpapan. Tahun ini, ia ditarget untuk bisa menurunkan kasus stunting sebesar 5 persen.

Baca juga: Kemiskinan di Balikpapan Turun, Nurlena Heran Kasus Stunting Naik: Imbas Pola Asuh Salah

“Di tahun 2024 itu kami ditarget bisa menurunkan stunting secara nasional 14 persen. Artinya kami harus menurunkan sekitar 5 persen lagi dari angka sekarang,” pungkas dia.

Berpotensi Meningkat

Kasus stunting di Balikpapan, Kalimantan Timu, turut menjadi perhatian. Tahun 2022, angka stunting meningkat menjadi 19 persen dibanding tahun 2021 yakni 17 persen.

Tahun ini berpotensi meningkat, lantaran pola makan dan pola asuh dari orangtua yang dapat mengakibatkan kelahiran anak stunting.

Baru-baru ini, Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Balikpapan menyebut, sebanyak 700 ibu hamil di Balikpapan berpotensi tinggi melahirkan anak stunting.

Hal ini berdasarkan pemeriksaan rutin di Puskesmas mengenai kondisi kehamilan ibu hamil di beberapa wilayah Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.

Ada sekitar 700 ibu hamil dengan kekurangan energi kronis. Nah, kekurangan energi kronis ini ibu hamil yang berpotensi memiliki anak stunting.

Baca juga: IIDI Balikpapan Gelontorkan Paket Program 1 Telur 1 Hari Senilai Rp 30 juta Pada Balita Stunting

Kata dia, kondisi ini yang didapati bahwa ibu hamil dengan lingkar lengan di bawah 23 sentimeter hasil pengukuran di puskesmas, kondisi hamilnya kurang bagus, bayinya juga kurang bagus.

"Nah, ini harus betul-betul diintervensi supaya pemerintah bisa mencukupi gizinya,” kata Kepala DP3AKB Balikpapan, Alwiati saat dihubungi Kompas.com, pada Jumat (31/3/2023).

Alwi menuturkan, kondisi tersebut dipicu oleh pola asuh orangtua serta pemahaman yang kurang untuk melahirkan anak yang sehat dan terbebas dari stunting.

Pemerintah pun terus berupaya melakukan penekanan angka stunting mulai dari hulu ke hilir. Salah satunya memantau kondisi calon pengantin hingga kehamilannya.

Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Balikpapan meluncurkan program Kader Bergerak Melawan Stunting (Karamunting), dalam rangka mendukung percepatan penurunan angka stunting. (TRIBUNKALTIM.CO/DWI ARDIANTO)
Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Balikpapan meluncurkan program Kader Bergerak Melawan Stunting (Karamunting), dalam rangka mendukung percepatan penurunan angka stunting. (TRIBUNKALTIM.CO/DWI ARDIANTO)

“Kami harus mulai dari hulunya, mulai dia dari remaja, jadi calon pengantin dan dia hamil. Namun, hamil itu kan 9 bulan, nah pemerintah enggak mungkin bisa memberikan makanan selama 9 bulan,” tutur dia.

Alwi mengatakan, pihaknya memang memiliki program satu butir telur untuk ibu hamil dan balita. 

Namun, ia berharap ibu hamil tidak terlalu bergantung pada bantuan pemerintah, harus memiliki kesadaran diri dalam menjalani pola hidup yang sehat serta asupan makanan yang bergizi.

“Tapi, kalau mau dikasih makan telur terus kan susah, mau sampai kapan pemerintah itu punya duit. Harus dari yang bersangkutan untuk dirinya sendiri. Jangan sampai ada ketergantungan,” ujar dia. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "700 Ibu Hamil di Balikpapan Berpotensi Tinggi Melahirkan Anak Stunting." 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved