Berita Kutim Terkini

Kadar Amonia Tinggi, Bibit Ikan Nila Merah Milik Rahim di Kutim Pernah Mati Sampai 200 Ekor

Selain menguntungkan, budidaya ikan nila merah juga memiliki hambatan sehingga dapat memberikan sedikit kerugian

Penulis: Nurila Firdaus | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO/NURILA FIRDAUS
Pemilik Budidaya Ikan di Gang Mushola Dalam RT 50 Teluk Lingga, Sangatta, Rahim, Jumat (7/4/2023).TRIBUNKALTIM.CO/NURILA FIRDAUS 

TRIBUNKALTIM.CO,SANGATTA- Salah satu budidaya ikan di Gang Mushola Dalam RT 50, Teluk Lingga, Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Rahim pernah mengalami kerugian lantaran bibit ikan nila merah yang akan di budidaya mati hingga 200 ekor.

Selain menguntungkan, budidaya ikan nila merah juga memiliki hambatan sehingga dapat memberikan sedikit kerugian.

Salah satunya dialami oleh Rahim, yang telah melakukan budidaya ikan selama 1 tahunan.

Dalam perjalanan budidayanya, ia juga mengalami kerugian dengan matinya bibit ikan nila merah secara berangsung-angsur.

Baca juga: Berawal dari Hobi, Kini Rahim Budidaya Ikan Nila di Kutim Hingga 1.600 Ekor

Baca juga: 3 Pilar Kelurahan Gunung Samarinda Balikpapan Kokohkan Ketahanan Pangan Melalui Budidaya Ikan

"Pernah mbak saya bibit ikan nila merah ini mati kalau dihitung kira-kira sampai 200 ekor lah, soalnya kadar amonia di dalam air kolam ini tinggi," ungkap Rahim saat ditemui oleh Tribunkaltim.co, Jumat (7/4/2023).

Ia menilai kerugian yang dialami tidak begitu banyak lantaran usia ikan nila merahnya masih awal alias dalam berbentuk bibit.

Matinya bibit ikan nila merah miliknya disebabkan oleh kadar amonia di dalam air tinggi.

Kadar amonia tinggi disebabkan oleh kebersihan penyaring pada sistem RAS yang masih kurang.

Pasalnya, pembersihan saringan pada sistem RAS ia lakukan setiap 1 bulan sekali, dimana kotoran ikan yang menyangkut di saringan disiram menggunakan air mengalir.

Dalam hitungannya, karena masih berupa bibit, kerugian yang dialami tidak seberapa dan tertutup oleh pendapatan hasil panennya.

"Ruginya gak seberapa sih mbak, soalnya kan masih berbentuk bibit, beda kalau sudah agak besar kan sudah makan bisa jadi rugi lumayan itu, soalnya ditambah biaya makan ikan," ucapnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa bibit ikan nila merah ia peroleh dari Tenggarong, Kutai Kartanegara dengan harga modal Rp 3.000 per bibit.

Baca juga: Warga RT 09 Tanjung Laut Bontang Budidaya Ikan dan Tanaman dengan Skema Aquaponik secara Swadaya

Sementara ini, ia masih menyuplai bibit ikan dari wilayah Tenggarong, Kukar dikarenakan harganya yang cukup terjangkau dibanding bibit lokal.

"Masih ngambil di Tenggarong sih mbak, soalnya harganya Rp 3.000 kalau disini (Kutim) bisa sampai Rp 6.000 mbak," tandasnya. (*)

 

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved