Ramadhan 2023

Kumpulan Teks Kultum Bulan Ramadhan 2023 Tentang Keutamaan Malam Lailatul Qadar

Kumpulan Kultum Bulan Ramadhan 2023 Tentang Keutamaan Malam Lailatul Qadar

Editor: Nur Pratama
TRIBUNKALTIM.CO/NURILA FIRDAUS
Masjid Agung Al-Faruq Sangatta sebagai Islamic Center Sangatta di Kawasan Bukit Pelangi 

Dari ayat diatas menjelaskan dengan singkat betapa pentingnya bersyukur kepada Allah, atas keberkahan kita di bulan suci Ramadhan.

“Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin, semua urusan adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin.

Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya jika tertimpa kesusahan, dia bersabar maka itu pula yang menjadikan kebaikan baginya.” (HR Muslim).

Dari surat An-Nisa Allah berfirman yang artinya:  “Allah tidak akan menyiksamu jika kamu bersyukur dan beriman. Dan Allah maha mensyukuri dan maha mengetahui.”

Dari beberapa dalil di atas dapat dipetik pelajaran bahwa kita harus selalu bersyukur dalam berbagai keadaan, jangan sampai mengingkari nikmat-Nya.

Ceramah singkat tentang bulan Ramadhan penuh berkah tentang bersyukur saya akhiri, Jazakumullah Khairan Katsiran Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Contoh 4 Keistimewaan Bulan Ramadhan

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum wa rohmatullahi wa barakatuhu

Bapak dan Ibu kaum Muslimin dan Muslimah rahimani wa rahimakumullah..

Satu hal yang tidak kita ragukan bahwasannya berjumpa dengan bulan Ramadhan adalah nikmat yang besar, nikmat yang sangat mulia yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada kita. Dan kita tidak tahu, boleh jadi Ramadhan ini adalah Ramadhan terakhir kita.

Oleh karena itu maka menjadi keharusan kita, menjadi kewajiban kita seorang Muslim yang menyadari hal ini untuk meningkatkan kesungguhan kita dalam mengisi bulan Ramadhan dengan berbagai macam ibadah dan amal shalih.

Dan diantara hal yang menunjukkan istimewanya bulan Ramadhan dan bahwasannya dia adalah tamu yang agung, tamu yang mulia dan nikmat yang besar dari Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah mengisi Ramadhan dengan baik, dengan puasa yang berkualitas, itu bisa menyebabkan seseorang mendapatkan pahala yang bisa menyaingi pahala yang didapatkan oleh orang yang mati syahid.

Tentu satu hal yang tidaklah kita ragukan bahwasannya orang yang gugur di medan jihad adalah orang yang sangat besar ganjarannya, seorang yang sangat mulia kedudukannya disisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun orang yang matinya tidak mati syahid bisa mendapatkan pahala yang menyayangi atau bahkan lebih unggul daripada pahalanya orang yang mati syahid dan diantara sebabnya adalah ketika dia mengisi Ramadhan dengan baik. Ramadhannya adalah Ramadhan yang berkualitas.

Sebagaimana dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Baihaqi dan hadits ini dinilai shahih oleh Al-Albani, di riwayat tersebut diceritakan bahwa dimasa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terdapat tiga orang yang berkawan. Dua diantaranya gugur sebagai syahid di medan jihad. Kemudian setahun setelah itu yang ketiga meninggal dunia.

Ternyata setelah kemudian tiga orang tadi meninggal dunia, ada salah satu Sahabat yang melihat dalam mimpi bahwasanya orang yang ketiga, yang matinya di atas kasur, tidak mati sebagai syahid, kedudukannya di akhirat malah lebih dulu masuk surga dibandingkan dua kawannya yang gugur sebagai syahid. Satu hal yang mengherankan. Dan ini pun juga telah mengharamkan para Sahabat. Maka para Sahabat pun datang menemui Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan menceritakan hal ini. Maka lihat apa komentar Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Nabi katakan:

أَلَيْسَ قَدْ مَكَثَ هَذَا بَعْدَهُ سَنَةً

“Bukankah orang yang ketiga itu umurnya lebih panjang satu tahun?”

وَأَدْرَكَ رَمَضَانَ

“dengan tambahan umur satu tahun itu dia berjumpa Ramadhan tahun selanjutnya”

فَصَامَهُ

“dan dia berpuasa dengan baik dengan puasa yang berkualitas di Ramadhan tersebut,”

وَصَلَّى كَذَا وَكَذَا مِنْ سَجْدَةٍ فِى السَّنَةِ

“dan dia telah selama satu tahun mengerjakan shalat sekian ribu rakaat jumlahnya”

فَمَا بَيْنَهُمَا أَبْعَدُ مِمَّا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ

“Maka diantara keduanya (antara yang mati belakangan yang meninggal belakang dengan yang duluan) terdapat jarak yang lebih jauh daripada antara langit dan bumi.”

Allahu Akbar.. Satu fadhilah yang sangat luar biasa..

Ada satu Sahabat yang meninggal dunia di atas kasur, di atas tempat tidurnya, namun dia mendapatkan kedudukan yang jauh lebih tinggi daripada dua kawannya yang mati sebagai syahid dengan jarak antara langit dan bumi.

Apa sebabnya?

Kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam karena dia umurnya lebih panjang satu tahun. Pada saat itu dia berpuasa Ramadhan dan puasanya adalah puasa yang berkualitas dan tentu selama satu tahun tersebut dan mengerjakan sekian banyak shalat fardu dan shalat-shalat sunnah. Karena itulah jarak antara dia dengan dua kawannya adalah jarak antara langit dan bumi.

Hal ini menunjukkan betapa mulianya tamu Ramadhan. Betapa dia adalah nikmat besar yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada kita. Dan sungguh celaka, dan sungguh siallah orang yang ceroboh ketika dia berjumpa dengan Ramadhan dan tidak bisa mengisi Ramadhan secara baik, tidak bisa mengisi Ramadhan dengan maksimal. Sungguh ini adalah keteledoran yang sangat memalukan. Sungguh ini adalah keteledoran yang sangat tragis dan menyedihkan.

Maka mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberikan kepada kita hidayahNya dan menuntun langkah-langkah kaki kita sehingga kita menjadi orang-orang yang sukses di bulan Ramadhan dan kita keluar dari bulan Ramadhan dalam keadaan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni dosa-dosa kita.

Contoh 5 Mega Bisnis Ramadhan

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum wa rohmatullahi wa barakatuhu

Innalhamdalillah wa sholatu wa shalamu ‘alaa rosulillah wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wama walaah wa laa haula wa laa quwwata illaa billah. amma ba’du..

Para pemirsa yang dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala,

Bulan  Ramadhan, saat yang tepat bagi kita untuk melipatgandakan keuntungan sebagai seorang Mukmin. Sesungguhnya setiap pedagang, dia memiliki saat-saat meraup keuntungan yang banyak. Demikian juga kita, seorang Mukmin sesungguhnya adalah pedagang, seperti ungkapan yang disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَباَئِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَاأَوْمُوبِقُهَا

“Setiap manusia melakukan perbuatan: ada yang menjual dirinya kemudian memerdekakannya atau membinasakannya.” (HR.Muslim)
 
Setiap manusia, mereka pagi-pagi menggelar barang dagangannya dan dagangannya itu adalah dirinya.
 
فَباَئِعٌ نَفْسَهُ

“dia menjual dirinya.”
 
فَمُعْتِقُهَاأَوْمُوبِقُهَا

“Ada orang dimana mereka berjual beli dengan untung besar, dengan itu ia bebaskan dirinya dari kesengsaraan abadi, tapi ada pula orang dimana mereka berjual beli dan bangkrut total sehingga dia sengsara selama-lamanya.”

Jual beli dengan siapakah yang bisa mendapatkan untung besar dan mendapatkan kebahagiaan hakiki serta membebaskan dari segala kesengsaraan hidup?

Jawabnya adalah jual beli dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dan jual beli dengan siapakah sehingga dia bangkrut, sehingga rugi total yang menyebabkan sengsara seumur hidup dan bahkan sengsara setelah kematiannya?

Yaitu jual beli dengan syaiton dan hanya berakhir dengan penyesalan, ratapan tangisan, masih ditambah penderitaan, ratapan tangisan, penyesalan dia ketika iblis sang penyesat berpidato di mimbar api setelah Allah Subhanahu wa Ta’ala memutuskan perkara di antara para hamba.

وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الأمْرُ

“dan syaiton/iblis dia akan berbicara, berkhotbah- kata Al-Imam Hasan Basri rahimahullah– iblis akan berkhotbah di mimbar api ketika Allah telah memutuskan di Yaumul Hisab di antara para hamba.”(Tafsiir At-Thobari 16/563)
 
Apa di antara isi khutbah iblis yang diungkapkan Allah Subhanahu wa Ta’ala Allah :

إِنَّ اللهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَالْحَقِّ

“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berjanji pada kalian dan semua janji Allah adalah haq.”

Sebagaimana janji Allah  dalam Al-Quran yang banyak berisi janji-janji Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bahkan Allah menegaskan:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ

“Wahai manusia sesungguhnya janji Allah itu benar.”(QS. Al Fathir:5)

Kemudian yang kedua, kata iblis :

وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ

“Aku juga berjanji pada kalian akan tapi janjiku palsu (aku tipu kalian, aku selisihi kalian dengan janjiku)”. (QS. Ibrahim:22)

Tentu ini pernyataan yang lebih mengenaskan lagi. Dia dengan ucapan yang pertama “gelo (bahasa jawa artinya kecewa)”, ternyata janji Allah benar adanya. Dia pun tampak kecewa berat dengan ucapan iblis yang kedua, ternyata semua janji iblis tipuan belaka.

وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلَّا أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي

“Dan sesungguhnya aku tidak memiliki kemampuan kekuasaan untuk menyesatkan kalian kecuali hanya mengajak saja dan kalian kemudian menyambutnya.” (QS. Ibrahim :22)

Ini tentu perkataan yang mengenaskan, yang menjadikan manusia tambah menderita. Kenapa dia dulu mengikuti iblis? Kenapa dia begitu gampang kepincut dan tertipu oleh rayuan iblis yang menyesatkan? maka iblis dengan segala usaha yang menyesatkan siang malam pagi sore setiap hari tanpa ada lelahnya sudah begitu iblis menambahi dengan kalimat berikutnya

فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ

“Jangan kalian cela diriku, celalah diri-diri kalian sendiri.” (QS. Ibrahim :22)

Iblis berlepas diri dan tidak mau disalahkan dengan usahanya setiap hari menyesatkan manusia bahkan agar mereka meratapi dirinya, mengapa menerima dan mengapa menyambut seruan iblis. Celalah diri kalian sendiri!

مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ

“(Sekarang ini, dalam suasana kesengsaraan yang kita alami), aku (iblis) tidak bisa menolong anda dan anda pula tidak bisa menolong diriku.” (QS. Ibrahim:22)

Penegasan yang memutuskan harapan manusia untuk keluar dari suasana yang sangat menyiksa dirinya. Sudah begitu, kata iblis:

إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِ مِنْ قَبْلُ

“dan aku mengingkari terhadap kesyirikan kalian kepadaku bahkan semenjak dulu.” (QS. Ibrahim:22)

Iblis tahu bahwasanya hanya Allah yang pantas disembah dan dirinya tidak pantas disembah akan tetapi iblis telah menipu manusia dan menyesatkan dengan segala cara dan ternyata iblis melepas diri dari apa yang dia lakukan tersebut, bahkan lebih mengenaskan lagi iblis mengatakan :

إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Sesungguhnya orang-orang  yang dzolim seperti kalian mendapat azab yang pedih.” (QS. Ibrahim:22)

sudah begitu ditambah lagi perkataan iblis;

وَأُدْخِلَ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ ۖ

“Adapun orang Mukmin dan beramal shalih, mereka dimasukkan ke surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan mereka kekal di dalamnya dengan izin Rabnya.” (QS. Ibrahim:23)

Betapa kecewanya para penyembah setan yaitu orang yang bertransaksi dengan syaiton sehingga dia rugi dan bangkrut, senyatanya dan karena sesungguhnya kerugian hakiki kerugian ketika dia mulai kiamat kelak.

إِنَّ الْخَاسِرِينَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Sesungguhnya hakikat kerugian adalah orang yang mereka merugikan dirinya dan keluarganya di hari kiamat kelak.” (QS. Az-Zumar:15)

Adapun yang berjual beli dengan untung besar adalah jual beli dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan ini adalah mega bisnis. Ini merupakan proyek yang sangat besar karena akan memberikan keuntungan yang sangat luar biasa. Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menawarkan kepada kita jual beli, bertransaksi agar kita mendapatkan keuntungan besar, keuntungan yang mutlak tanpa ada kerugiannya sama sekali. Dengarkan apa yang disampaikan Allah Subhanahu wa Ta’ala :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا

“Wahai orang-orang yang beriman,…”

هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ

“Maukah aku tunjukkan pada kalian sebuah perdagangan (tijaroh) yang kalau anda bertransaksi, (kalau anda berdagang dengan dagangan itu, maka anda akan untung mutlak), anda selamat dari azab yang sangat pedih.” (QS. ash-Shaf :10)

Ini penegasan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah mengajak kita bertransaksi dan yang diajak Allah bukan sembarang orang. Karena manusia itu ada yang kafir, ada yang munafik, ada yang Mukmin.

Adapun yang kafir dan munafik, Allah tidak ajak untuk bertransaksi karena mata mereka buta, karena telinga mereka tuli, karena hati mereka mati. Sehingga mereka tidak bisa merasakan dan tidak mungkin mendengar dan menyambut apa yang diinginkan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Yang Allah seru adalah orang yang hatinya ada keimanan. Karena dia yang akan siap pasang telinga, mendengarkan seruan Allah, dia yang siap untuk melaksanakan sami’na wa ato’na, yang siap untuk bisa menikmati ajakan-ajakan Allah. Sehingga hanya kelompok ini yang diajak oleh Allah bertransaksi untuk mengadakan transaksi tijariyah (perdagangan) yang menjanjikan keuntungan yang mutlak, keuntungan yang sangat besar.

Para pemirsa yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala

Barang dagangan apa yang bisa kita jual kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kemudian kita mendapatkan keuntungan yang sangat besar dan dengan apa Allah akan membeli barang dagangan kita? Allah Subhanahu wa Ta’ala jelaskan kepada kita kaum Mukminin bahwa barang dagangan yang mesti kita jual jawabnya secara singkat adalah iman dan amal shalih, sebagaimana lanjutan ayat tadi;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ. تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ

Hendaklah anda menjadi seorang Mukmin yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan beriman kepada RasulNya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Anda berkecimpung dalam kehidupannya dengan amal-amal shalih. Anda tegakkan jihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa kita, menjadikan jiwa kita dan harta kita semuanya fii sabilillah. Dengan begitu kita telah bertransaksi dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌعِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا

Amal-amal shalih pahalanya lebih baik di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala demikian pula harapannya adalah harapan yang lebih baik (ketika kelak manusia menghadap Allah Ta’ala).” (QS. Al-Kahfi:46)

Sehingga seluruh amal shalih adalah harta dagangan dimana Allah akan membeli amal shaleh kita. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan pula rincian amal-amal shalih. Contoh di antara amal shalih yang merupakan perdagangan yang orang apabila bertransaksi tidak akan pernah rugi

إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ

“Sesungguhnya orang-orang yang membaca kitab Allah (membaca huruf-huruf atau membaca) dengan cara tadabbur, memahami dan menegakkan shalat dan menginfakkan rizkinya (hartanya di jalan Allah) baik dengan sembunyi-sembunyi dan dengan terang-terangan, dia benar-benar telah berharap perdagangan yang tidak akan pernah ada ruginya.’ (QS. Al-Fathir:29)
Mengapa tidak merugi? Karena dia bertransaksi dengan Dzat Yang Maha kaya yang siap membeli dengan harga yang berlipat-lipat.
 
Para pemirsa yg dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala,

Ini dagangan yang Allah inginkan dari kita dan apabila kta menjual dagangan kita yang seperti ini kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, niscaya Allah akan beli dengan harga yang sangat mahal.

إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ

“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membeli jiwa dan harta seorang Mukmin dengan surga.” (QS. at-Taubah:111)

Surga ini mahal, surga ini sangat mahal sehingga Nabi kita mengatakan :

أَلاَ إِنَّ سِلْعَةَ اللهِ غَالِيَةٌ، أَلاَ إِنَّ سِلْعَةَ اللهِ الجَنَّةُ

“Ketahuilah sesungguhnya barang dagangan Allah adalah mahal dan ketahuilah sesungguhnya barang dagangan Allah adalah jannah.” (HR. at-Tirmidzi (no. 2450) dan al-Hakim (4/343), dinyatakan shahih oleh Imam al-Hakim dan disepakati oleh Imam adz-Dzahabi, serta dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albani dalam Ash-Shahiihah, no. 954 dan 2335).

Sehingga “jannah” adalah harga yang sangat mahal dimana Allah membeli seorang Mukmin dengan jannah ini. Ini namanya karunia Allah yang berlipat-lipat. Bukankah ketika kita menjadi seorang Mukmin karena karunia Allah? Bukankah ketika kita melakukan amal shalih, memiliki kemampuan dan dimudahkan melakukan amal shalih itu juga dengan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala? Kemudian Allah menamai apa yang kita lakukan ini dengan perdagangan Allah beli lagi dengan surga.

Subhanallah..!

Sebuah keuntungan, kebahagiaan yang luar biasa menjadi seorang Mukmin dan tahukah kita seandainya kita tidak selamat dari adzab, maka tidak akan bisa kita membayar dengan apapun dari perkara dunia yang kita miliki. Bukankah sudah sering kita dengar ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu :

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِمْ مِلْءُ الْأَرْضِ ذَهَبًا وَلَوِ افْتَدَىٰ بِهِ

“Sesungguhnya orang kafir yang sampai matinya dalam kekafiran, sekali-kali Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan pernah mau menerima upaya mereka menebus azab walaupun dia ingin menebus azab dengan emas yg besarnya sebumi.” (QS. Ali ‘Imron:91).

وَلَوْ أَنَّ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا وَمِثْلَهُ مَعَهُ لَافْتَدَوْا بِهِ

“Seandainya orang-orang zalim memiliki bumi seisinya (dilipatkan dua kali lipat), niscaya dia akan pakai untuk menebus azab Allah.”(QS. Az Zumar:47)

Akan tetapi tidak akan diterima oleh Allah, bahkan seandainya manusia sanggup menjadikan seluruh manusia tumbal untuk keselamatan dirinya maka akan dia berikan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, namun Allah tolak.

يُّبَصَّرُوْنَهُمْ يَوَدُّ الْمُجْرِمُ لَوْ يَفْتَدِىْ مِنْ عَذَابِ يَوْمِٮِٕذٍۢ بِبَنِيْهِۙ‏

11. sedang mereka saling melihat. Pada hari itu, orang yang berdosa ingin sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari azab dengan anak-anaknya,

وَ صَاحِبَتِهٖ وَاَخِيْهِۙ

12. dan istrinya dan saudaranya
 
وَفَصِيْلَتِهِ الَّتِىْ تُــْٔوِيْهِۙ‏

13. dan keluarga yang melindunginya (di dunia),
 
وَمَنْ فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا ۙ ثُمَّ يُنْجِيْهِۙ

14. dan orang-orang di bumi seluruhnya, kemudian mengharapkan (tebusan) itu dapat menyelamatkannya.
 
كَلَّا ؕ اِنَّهَا لَظٰىۙ

15. Sama sekali tidak! Sungguh, neraka itu api yang bergejolak,

نَزَّاعَةً لِّلشَّوٰى‌

16. yang mengelupaskan kulit kepala.

تَدْعُوْا مَنْ اَدْبَرَ وَتَوَلّٰىۙ‏

17. Yang memanggil orang yang membelakangi dan yang berpaling (dari agama),
 
وَجَمَعَ فَاَوْعٰى

18. dan orang yang mengumpulkan (harta benda) lalu menyimpannya. (QS. Ma’arij:11-18)

Orang Mujrim yang durhaka, yang kafir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dia sangat ingin bisa menyelamatkan diri dari adzab Allah. Sekalipun harus dengan anak kandungnya atau istri dan saudaranya atau dengan keluarga besarnya atau bahkan seluruh manusia yang ada di muka bumi.

Semuanya (ingin dijadikan) untuk tebusan adzab neraka, akan tapi Allah katakan “kalla”, tidak mungkin!

Jahanam, adzab yang menyala-nyala bisa mengelupaskan kulit kepala manusia. Jahanam akan memanggil setiap orang dimana mereka dulu berpaling dari agama dan dia hanya mengumpulkan harta tapi tidak mereka keluarkan di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ma’asyirol mu’minin,

Sungguh hari-hari kita adalah hari untuk berdagang, waktu kita adalah untuk berdagang dan sungguh waktu yang sangat utama adalah bulan Ramadhan.

Ramadhan, saat kita untuk berdagang dan melipatkan keuntungan kita. Maka gunakan sebaik-baiknya. Jadikan Ramadhan ini mega bisnis bersama Allah Subhanahu wa Ta’ala. In syaallah kita akan lanjutkan perbahasan kita pada pertemuan yang akan datang, bi idznillah.

Wa shallallahu ‘alaa nabiyyina muhammadin wa ‘alaa alihi wa shahbihi wa sallam

Wassalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

6. Kultum Tentang Malam Lailatul Qadar

Para pemirsa yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Malam seribu bulan, itulah yang dikenal dengan malam Lailatul Qadar. Malam yang super istimewa, yang diburu oleh setiap Muslim, khususnya mereka yang sangat mencari keuntungan akhirat.

Tahukah kita apa itu malam Lailatul Qadar?

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan dalam sebuah surat yang sangat mulia, surat Al-Qodar yang menjelaskan sekaligus tentang kemuliaan malam tersebut.

إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ ﴿١﴾ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ ﴿٢﴾ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ ﴿٣﴾ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ ﴿٤﴾ سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ ﴿٥﴾

“Sesungguhnya Kami turunkan Al-Qur’an pada malam Al-Qadar. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam yang penuh dengan kesejahteraan hingga terbit fajar.” (QS. Al-Qadr[97]: 5)

Dalam satu surat ini, penjelasan yang sangat ringkas tentang Lailatul Qadar yang diawali oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwa Lailatul Qadar adalah malam diturunkannya Al-Qur’anul Karim.

Allah Subhanahu wa Ta’ala menggunakan dzomir (kata ganti) “Kami” bukan menunjukkan bahwasanya Allah banyak sebagaimana sebagian orang memberikan syubhat, khususnya orang Nasrani. Penggunaan kalimat “نحن (nahnu)”, mereka katakan bahwasanya ini menunjukkan bahwasannya Allah banyak dan bukan satu. Maka para ulama menjelaskan penggunaan kalimat “نحن (nahnu)”, yakni penggunaan dalam bentuk jamak seperti ini memiliki faidah dalam rangka untuk mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga Allah yang Maha Agung yang menurunkan Al-Qur’an yang sangat Agung.

Lailatul Qadar adalah dua kalimat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikannya pada malam hari dan menunjukkan ada keutamaan secara khusus tentang malam tersebut. Sebagaimana Allah terangkan dalam beberapa ayat:

وَمِنَ اللَّيْلِ فَسَبِّحْهُ وَأَدْبَارَ السُّجُودِ ﴿٤٠﴾

“Dan diantara malam, maka bertasbihlah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan pada setiap ini selesai shalat.” (QS. Qaf[50]: 40)

Demikian pula ketika Allah meng-isyra’kan NabiNya pada malam hari:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلً

Demikian pula Allah turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang terakhir, malam hari. Sehingga malam memiliki keutamaan.

Adapun Qadar, para ulama menjelaskan bahwa memiliki dua makna yang penting. Yang pertama bermakna kemuliaan, dan yang kedua bermakna penetapan. Dikatakan kemuliaan karena memang malam itu adalah malam kemuliaan. Diantara kemuliaan malam itu adalah Allah turunkan Al-Qur’anul Karim. Dan diantara kemuliaan malam itu adalah Allah menetapkan takdir-takdir. Para Malaikat sibuk mencatat takdir-takdir setahun yang akan datang. Dan malam itu sangat mulia sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala mengulangi dalam bentuk pertanyaan:

وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ ﴿٢﴾

“Tahukah Anda apa itu Lailatul Qadar?”

Disampaikan dalam bentuk pertanyaan, diantaranya memiliki faidah untuk menunjukkan tentang agung dan dahsyatnya malam tersebut dan istimewanya malam tersebut. Hal ini sebagaimana ketika Allah mengatakan:

الْقَارِعَةُ ﴿١﴾ مَا الْقَارِعَةُ ﴿٢﴾

Maka diantaranya memiliki faidah untuk menunjukkan dahsyatnya, luar biasanya Al-Qoriah (hari kiamat).

Demikian pula Ketika datang dalam bentuk pertanyaan:

وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ ﴿٢﴾

“Tahukah Anda apa itu Lailatul Qadar?”

Maka pertanyaan yang datang tersebut untuk menunjukkan tentang agungnya malam tersebut. Dan keagungan malam ini pula ditunjukkan dengan:

تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا

Para Malaikat dan Jibril turun ke bumi sehingga bumi dipenuhi oleh Malaikat-Malaikat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan turunnya para Malaikat ke bumi menunjukkan banyaknya keberkahan-keberkahan, banyaknya Rahmat yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena turunnya Malaikat Allah Subhanahu wa Ta’ala datang dengan membawa barokah dan rahmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dan malam itu menunjukkan kemuliaannya, dikatakan:

سَلَامٌ هِيَ

Malam yang penuh dengan kesejahteraan, malam yang penuh dengan keselamatan, malam yang penuh dengan kesejahteraan, karena di malam itulah banyak kaum Muslimin yang berbuat baik, banyak dari para hamba-hamba Allah yang berbuat baik. Dan juga dikatakan malam keselamatan yakni para setan kesulitan untuk melakukan keburukan, untuk melangsungkan kejahatan, sehingga malam itu adalah malam keselamatan. Selamat dari kejahatan para setan dan selamat dari berbagai macam kesulitan karena para hamba Allah banyak yang melakukan kebaikan-kebaikan, banyak yang dibebaskan Allah Subhanahu wa Ta’ala di malam tersebut.

Ini adalah malam kemuliaan dan malam ini berlangsung:

حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ

“Sampai terbitnya fajar.”

Lebih Baik daripada Seribu Bulan
Malam ini dikatakan Allah:

خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ

Malam yang kemuliaannya lebih baik daripada seribu bulan. Apabila kita hitung dengan hitungan bulan kehidupan kita, maka sekitar 83 tahun lebih. Sehingga orang yang beramal pada malam Lailatul Qadar, dia akan mendapatkan kebaikan senilai dengan beramal 83 tahun lebih. Alangkah sangat luar biasanya.

Dibawakan sebuah riwayat bahwa diantara sebab turunnya surat Al-Qadr adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyampaikan kisah seorang Bani Israil yang beribadah dan berjihad selama seribu bulan. Maka kaum Muslimin terkagum-kagum. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan surat tersebut yang diantaranya keterangan tentang malam yang sangat luar biasa. Yang satu malam nilai ibadahnya bisa lebih baik daripada seribu bulan. Maka ini merupakan keutamaan yang Allah berikan kepada umat Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sehingga ini merupakan kemuliaan yang sangat.

Para pemirsa yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Kapan Malam Lailatul Qadar itu?

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan sebagaimana juga penjelasan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang jelas. Malam Lailatul Qadar ada pada bulan  Ramadhan. Karena malam Lailatul Qadar adalah malam diturunkannya Al-Qur’an. Sedangkan turunnya Al-Qur’an ada pada bulan Ramadhan.

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan petunjuk yang lebih khusus lagi. Apa kata Nabi?

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Carilah Lailatul Qadar pada 10 akhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan keterangan yang lebih khusus lagi:

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Carilah Lailatul Qadar pada malam-malam ganjil pada 10 malam yang terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)

Ini adalah merupakan petunjuk Nabi bagi orang yang mereka menginginkan menggapai malam Lailatul Qadar.

Para pemirsa yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Para ulama memberikan pembahasan pula diantaranya, “Apakah malam ini menetap pada tanggal tertentu? Ataukah malam ini berpindah-pindah pada malam-malam yang berlainan tanggal?”

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin diantaranya memberikan jawaban bahwa malam Lailatul Qadar adalah malam yang berpindah-pindah, bukan pada tanggal tertentu, akan tapi malam yang berpindah-pindah.

Sehingga boleh jadi malam tahun ini tanggal 25, boleh jadi malam tahun depan tahun 27, boleh jadi tahun depannya lagi 29, demikian Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin memberikan penjelasan tentang berpindah-pindahnya malam Lailatul Qadar.

Hikmah Dirahasiakannya Malam Lailatul Qadar
Malam Lailatul Qadar termasuk sesuatu yang dirahasiakan. Tanggal berapa pastinya? Maka para ulama pula menjelaskan kepada kita bahwa ada dua faidah besar dengan dirahasiakannya keberadaan malam Lailatul Qadar:

Pertama, faidahnya adalah dalam rangka untuk memperbanyak kebaikan kaum Muslimin. Karena orang yang mereka mencari malam Lailatul Qadar dan dia tidak tahu kapan jatuhnya malam Lailatul Qadar, maka dia akan bersungguh-sungguh. Bahkan dia anggap setiap malam itulah malam Lailatul Qadar. Khususnya pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan. Sehingga setiap malam dia selalu berusaha untuk benar-benar serius, benar-benar mencari dan menghidupkan malam tersebut.

Kedua, sebagai ujian, siapa diantara para hamba yang mereka yang bersungguh-sungguh mencari Lailatul Qadar dan siapa yang mereka pemalas?

Bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menghidupkan 10 malam yang terakhir?
Diriwayatkan:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَجْتَهِدُ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِى غَيْرِهِ

“Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lebih sangat bersungguh-sungguh dalam menghidupkan 10 malam yang terakhir dibandingkan dengan malam-malam sebelumnya.” (HR. Muslim)

Nabi sudah bersungguh-sungguh pada malam-malam yang ada di bulan Ramadhan. Akan tetapi kesungguhan beliau di 10 malam yang terakhir lebih besar lagi.

Dan juga dikatakan:

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

“Apabila Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah berada di 10 hari terakhir di bulan Ramadhan, beliau mengencangkan sarungnya (kiasan Nabi mulai menjauhi para istrinya), Nabi menghidupkan malam-malamnya (dengan shalat, dengan dzikir, dengan membaca Al-Qur’an, dengan wirid-wirid, dengan do’a-do’a), dan Nabi membangunkan keluarganya.” (HR. Muslim)

Nabi memiliki perhatian kepada para keluarganya. Jangan sampai mereka terlewatkan malam yang sangat mulia tersebut. Dan selayaknya kita pula demikian.

Bagaimana Seandainya Seorang Wanita Muslimah Haid?
Seandainya seorang wanita Muslimah haid, apakah dia bisa mencari kebaikan Lailatul Qadar? Para ulama menjelaskan, tetap bisa. Yaitu dengan cara dia memperbanyak dzikir, memperbanyak do’a, memperbanyak wirid-wirid, tasbih, tahlil. Dan sebagian ulama mengatakan boleh membaca Al-Qur’an akan tetapi tanpa menyentuh mushaf. Bisa dengan hafalannya atau bisa dengan membaca Al-Qur’an tanpa menyentuh mushaf, intinya adalah membaca Al-Qur’an diperbolehkan dengan tidak menyentuh mushaf Al-Qur’anul Karim.

Para pemirsa yang dirahmati Allah,

Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memudahkan kita dan memberikan taufik kepada kita untuk mendapatkan malam yang lebih baik dari seribu bulan yang apabila seorang diharamkan mendapatkan malam ini sungguh dia telah celaka dan telah rugi besar.

مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ

“Barangsiapa yang dia diharamkan mendapatkan kebaikan malam itu, maka sungguh dia telah diharamkan dari kebaikan yang sangat banyak.” (HR. An-Nasa’i, Ahmad dan dishahikan oleh al-Albani di dalam Shahih Ibnu Majah, 2/456)

Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan taufik kepada kita untuk meringankan menghidupkan malam-malam dalam rangka untuk mendapatkan kebaikan Lailatul Qadar. Dan mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberkahi umum-umur kita, sehingga umur yang barakah penuh untuk ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

7. Tips dan Trik Meraih Malam Lailatul Qadar

Meraih Malam Lailatul Qadar

Semoga anda tidak kehilangan keistimewaan bulan Ramadhan, terlebih kita akan memasuki sepuluh akhir bulan ramadhan. Dalam kaidah kehidupan kita dalam beragama, Nabi kita mengatakan:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيم

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari, no. 6607)

Sehingga akhir Ramadhan menentukan baik-buruknya  Ramadhan yang kita lalui. Sudah menjadi kebiasaan Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau setiap memasuki sepuluh akhir bulan Ramadhan:

شَدَّ مِئْزَرَهُ, وَأَحْيَا لَيْلَهُ, وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

“Beliau bersungguh-sungguh dalam ibadah (dengan meninggalkan istri-istrinya), menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah.” (HR. Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174).

Beliau mengencangkan sarungnya dijelaskan para ulama inayah menjauhi para istrinya, dalam rangka untuk konsen beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, memaksimalkan dalam memperbanyak taqorrub kepada Allah Ta’ala.

Menghidupkan malamnya yakni lebih banyak begadang, dalam rangka untuk menghidupkan malam dengan berbagai macam amal yang bisa mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, qiyamul lail, membaca Al-Qur’an, dzikrullah, istighfar dan semisalnya dari amal sholeh, menjadikan kebanyakan malamnya dihidupkan, tidak di posisi mati/tidur, tapi menghidupkan malamnya yaitu dengan memperbanyaj amal-amal sholeh.

Dan membangunkan keluarganya, yang menunjukkan perhatian Rasullullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam kepada keluarganya, agar tidak terluput dari keistimewaan, kebaikan yang banyak di sepuluh terakhir bulan Ramadhan.

Karena terlewatkan saat-saat spesial di akhir bulan Ramadhan, sungguh merupakan kerugian yang sangat besar:

مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ

“Barangsiapa yang dia terhalang dari kebaikan di malam-malam bulan Ramadhan -terlebih lailatul qadar-, sungguh dia telah terhalang dari kebaikan yang banyak”.

Para pemirsa yang di rahmati Allah.

Kebiasaan kita justru akhir Ramadhan, ibaratnya sudah buyar konsentrasi kita berkaitan dengan Ramadhan. Makanan kemudian baju baru dan semua hal yang baru, dalam rangka menyambuth Ramadhan, bahkan membuyarkan konsentrasi di akhir Ramadhan. Ini tentu sangat disayangkan, kesempatan istimewa bisa terlewatkan karena kesibukkan kita seputar masalah itu.

Para pemirsa yang di rahmati Allah.

Tentu ini membutuhkan persiapan yang lebih ekstra lagi, seandainya ketika kita memasuki Ramadhan, kita siap-siap masuk Ramadhan dengan segala macam yang harus kita siapkan, ilmu kita, hati kita, konsentrasi kita. Bagaimana kita bisa betul memasuki Ramadhan, sehingga tinggal tancap gas. Maka memasuki era sepuluh terakhir Ramadhan, kita bersiap untuk kedua kali. Karena kita ini akan menanjak lagi, akan masuk wilayah tanjakkan yang mesti lebib ekstra lagi kita siapkan.

Ada beberapa hal yang mesti kita lakukan.

1. Pancangkan niat, tancapkan niat, ‘saya mesti dapat lailatul qadar’, ‘saya harus berusaha keras mendapatkannya!’.

Sehingga apapun yang mesti dilakukan, dia siapkan. Siapkan niat baik-baik, tancapkan niat dalam hati kita.

2. Hendaknya kita semakin membersihkan hati kita. Lambatnya kita beramal, beratnya kita beramal, itu adalah merupakan dampak dari kemaksiatan, maksiat itu akan memberikan noktah hitam, mengotori hati, melambatkan semangat kita beramal sholeh. Maka semakin kita banyak beristigfar, banyak bertaubat, agar Allah Subhanahu wa ta’ala membersihkan hati kita, karena bersihnya hati itu modal yang paling pokok, lincahnya kita mendekat kepada Allah Ta’ala. Ibnu qoyyim berkata:

“Ketauhilah bahwa seorang hamba dalam meniti tangga-tangga menuju Allah Ta’ala dengan hati dan cita-cita kuatnya”.

Niat yang kuat, kemauan yang kuat, cita-cita yang tinggi, kemudian hati kita yang bersih, maka ini merupakan penentu kita, mendapatkan apa yang kita harapkan, kemuliaan yang besar di sisi Allah Ta’ala.

3. Segala kebaikan itu ada di tangan Allah Ta’ala, seandainya bukan karena pertolongan Allah, kita tidak akan bisa berbuat apapun. Maka berdo’alah kepada Allah Ta’ala, hendaklah kita berdo’a Allah Subhanahu wa Ta’ala, mintalah kepada Allah, dengan tangisan hati kita, dengan merendah, dengan penuh harap, dengan merengek, dijauhkan dari yang diharamkan, agar Allah memberikan kepada kita lailatul qadar, memberikan kepada kita maksimal amal di sepuluh malam yang terakhir, memberikan kepada kita yang terbaik pada penutupan Ramadhan.

4. Hendaknya kita benar-benar bersangka baik kepada Allah Ta’ala, kata Allah dalam sebuah hadits qudsi:

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي

“Saya bersama dengan sangkaan hambaku”. (HR. Bukhari)

Bagaimana sangkaan hambaku, aku akan berbuat seperti itu kata Allah. Bersangkalah baik kepada Allah, bahwa Allah akan memberikan dari apa yang kita inginkan, dari seribu bulan, amalan yang lebih baik dari seribu bulan, amalan yang istimewa. Barangsiapa, dia dengan jujur hatinya, bersangka baik kepada Allah, insya Allah Allah pun akan berikan apa yang kita inginkan.

Dan ingatlah:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيم

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari, no. 6607)

Bahwa amal kita selama Ramadhan, akan ditentukan nasibnya pada yang terakhir. Jadikan husnul khotimah Ramadhan anda, jadikan penutupan yang terbaik Ramadhan anda.

Semoga Allah mewujudkan cita-cita anda, dan cita-cita kita semuanya. Hanya Allah kita berharap, dan Allah yang bisa mewujudkan semua harapan kita.

 

Artikel ini telah tayang di BangkaPos.com dengan judul Contoh Kultum Singkat Cocok untuk Bahan Ceramah Ramadhan 2023, Ada Tema Lailatul Qadar, 

Sumber: Bangka Pos
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved