Idul Adha
Bacaan Bilal Idul Adha 2023 Lengkap dari Awal hingga Akhir: Arab, Latin, dan Artinya
Inilah bacaan bilal Idul Adha 2023 dari awal hingga akhir lengkap, dengan Arab, Latin, dan artinya.
Meski hidup di masa pandemi terasa berat, bagi yang berkemampuan jangan berat untuk tetap berkurban sebagai panggilan jiwa Islami yang pasrah dan berharap anugerah Allah.
Keikhlasan dan kesabaran dalam berkurban melambangkan ketakwaan.
Jangan merasa sudah bertakwa kalau masih berat berkurban dengan seekor hewan kurban.
Allah berfirman dalam Al-Quran:
لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ – ٣٧
Artinya: "Daging-daging dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik." (QS Al-Hajj/22: 37).
Berkurban hewan kurban wujud ketakwaan. Muslim yang beridul-adha dan berkurban dengan ikhlas berarti dirinya naik derajat menjadi 'al-muttaquun,' yakni orang-oran yang bertakwa.
Takwa adalah puncak segala keutamaan diri setiap muslim dan mukmin dalam menjalankan perintah Allah, menjauhi larangan-Nya, serta menunaikan segala kebaikan hidup yang harmonis antara habluminallah dan habluminannas.
Bukankah setiap muslim ingin dimuliakan dan ditinggikan derajatnya di hadapan Allah?
Orang bertakwa itulah yang derajatnya ditinggiikan Allah sebagai insan mulia.
Kaum Musilim Rahimakumullah
Di era pandemi Covid-19 yang sangat berat saat ini jiwa berkurban sangat tepat untuk dikembangkan dalam berbagai kebajikan.
Menegakkan disiplin protokol kesehatan, peduli terhadap sesama yang berkekurangan, membantu meringankan para dokter dan tenaga kesehatan, serta mengembangkan kebersamaan dalam mengatasi pandemi merupakan bukti kaum muslimin mempraktikkan jiwa berkurban dalam kehidupan nyata.
Termasuk membagikan daging kurban bagi saudara-saudara kita yang sangat memerlukan.
Esensi kurban ialah menebar kebaikan yang tulus dan bermakna.
Pada suatu kali Nabi Muhamamad ditanya: "Wahai Rasulullah SAW, apakah kurban itu?" Rasulullah menjawab: "Kurban adalah sunahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim." Mereka bertanya: "Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan kurban itu?" Rasulullah menjawab: "Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan." Mereka bertanya lagi: "Kalau bulu-bulunya?" Rasulullah menjawab: "Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan." (HR. Ahmad dan Ibn Majah).
Mari wujudkan jiwa berkurban dalam segala kebaikan hidup.
Lebih-lebih di masa pandemi yang banyak orang mengalami penderitaan jiwa, kesehatan, ekonomi, dan lainnya.
Satu sama lain harus memiliki jiwa peduli, berbagi, dan beramal kebajikan lebih-lebih untuk orang-orang yang membutuhkan.
Jangan egois merasa diri tidak terkena Covid, kemudian bersikap sombong dan tidak berdisiplin mengikuti protokol kesehatan, serta mencerca mereka yang disiplin dan taat aturan dengan tudingan penakut dan sejenisnya.
Padahal agama mengajarkan keseksamaan sebagai bagian dari taqwa dan ikhtiar mengatasi musibah.
Kembangkan solidaritas sosial yang memupuk persaudaraan, toleransi, perdamaian, dan kebersamaan yang tulus sebagai sesama anak bangsa.
Wujudkan secara luas kebiasaan gemar menolong, berbagi rizki, melapangkan jalan orang yang kesulitan, mengentaskan mereka yang lemah, membela orang yang terrzalimi, suka meminta dan memberi maaf, mengedepankan kepentingan orang banyak, dan berbagai kebaikan sosial yang utama. Semua kebaikan itu cermin dari ihsan yang diajarkan Allah sebagaimana firman-Nya:
۞ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ – ٩٠
Artinya: "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." (QS An-Nahl: 90).
Baca juga: Jadwal Cuti Bersama Idul Adha 2023, Pemerintah Tetapkan Libur Panjang, Ternyata Ini Alasannya
Setiap muslim harus memberi kebaikan bagi sesama dan kingkungan secara melintasi tanpa diskriminasi.
Bangun kebersamaan dengan sesama secara ikhlas dan bermanfaat.
Sebagai wujud berkurban bagi kepentingan sesama, setiap muslim sebaliknya menghindarkan diri dari segala bentuk egoisme seperti bertindak semaunya sendiri, tidak mengikuti protokol kesehatan karena merasa diri aman, dan berbuat yang merugikan pihak lain.
Jauhi sikap berlebihan dan tamak yang membuat keruskaan di muka bumi, memupuk kekayaan dengan merusak alam dsn merugikan masyarakat, monopoli, oligarki, korupsi, dan menyalahgunakan kekuasaan.
Pasca Idul Adha setiap muslim perlu menyebarluaskan dan mempraktikkan ta'awun dan ukhuwah atau solidaritas sosial sebagai budaya dan praksis sosial untuk membela kaum lemah, menyadarkan kaum kaya agar mau berbagi, dan menebar serba kebajikan dengan sesama yang bersifat melintasi.
Budaya dan praksis solidaritas sosial juga disebarluaskan melalui harmonisasi sosial yang memupuk benih-benih toleransi, welas asih, damai, dan saling memajukan yang membawa pada kebajikan hidup kolektif yang luhur dan utama.
Praktik keagamaan dalam kehidupan sosial yang indah ini jangan mekar sesaat di kala ritual ibadah semata, tetapi harus mewujud dan menyebarluas sepanjang masa dalam kehidupan sebagai pantulan iman dan ihsan yang merahmati semesta alam.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Di akhir khutbah ini marilah kita bermunajat kepada Allah agar pasca Idul Adha kita kaum muslimin makin menjadi insan yang shaleh, yang mau berkorban dalam menunaikan kebajikan dan ketakwaan.
Seraya dengan itu selaku kaum beriman harus berani menjauhi yang buruk dan munkar agar kehidupan dilimpahi berkah Allah.
Hidup di dunia ini sejatinya fana yang harus diisi dengan iman, ilmu, dan amal shaleh yang membawa keselamatan di akhirat kelak nan abadi.
Jalani kehidupan dengan ikhlas dan ihsan yang semakin kokoh yang melahirkan habluminallah dan habluminannas yang semakin baik.
Jadikan kehidupan ini penuh arti dengan fondasi iman, Islam, dan takwa untuk menggapai kebahagiaan di dunia akhirat dengan meraih surga jannatun na'im dalam rengkuhan ridha dan karunia Allah Yang Maha Rahman dan Rahim.
Aamiin ya Rabbal ‘alamin.
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖۚ وَاعْفُ عَنَّاۗ وَاغْفِرْ لَنَاۗ وَارْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ
Selengkapnya, naskah khutbah Idul Adha 1442 H dari Haedar Nashir dapat disimak di sini, KLIK.
Khutbah Idul Adha 2
Assalaamu 'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Walillahil hamd.
Alhamdulillahi Rabbil ‘aalamiin.
Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala aali sayyidina Muhammad.
Ayyuhan naas, ittaqullaha haqqa tuqootih.
Innaa a’thainaakal-kautsar, fashollii li robbika wanhar, innaa syaaniaka huwal abtar.
Jamaah Idul Adha yang senantiasa dirahmati dan diberkahi Allah SWT.
فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ (103) وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ (104) قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (105) إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ (106) وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ (107) وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ (108) سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ (109) كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (110) إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ (111) (الصافات: 103-111)
Perjalanan risalah Nabi Ibrahim AS dalam melakukan perintah Allah SWT berupa pengorbanan hendak menyembelih anaknya, merupakan pelajaran kepatuhan hamba pada Sang Pencipta dengan ketulusan pasrah hati Ibrahim dan Ismail berserah diri pada-Nya.
Siti Hajar istri Nabi Ibrahim juga sepakat meridai kehendak suami dan anaknya untuk berkorban.
Padahal Ismail ialah anak tercinta dinanti-nantikan kelahirannya
Keyakinan melakukan perintah Allah SWT, membuat Siti Hajar dan Ibrahim pasrah menyukupkan keimanan kepada yang Maha Kuasa.
Setelah itu, Allah menggantikan badan Ismail dengan seekor kambing biri-biri.
Kemudian kurban diteruskan dengan Allah SWT gantikan di genggaman tangan Ibrahim berupa seekor kambing.
Dari wahyu ini, banyak pelajaran yang bisa kita petik, di antaranya adalah:
1. Setelah Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah untuk dikarunia anak dari istrinya Sayyidah Hajar, Allah mengabulkan mendapat keturunan Ismail yang kelak akan menjadi Nabi juga.
Kemudian Ibrahim amat mencintai Ismail bersama dengan Hajar.
Dari sinilah Allah memberikan ujian atas kecintaan dan egoistis seorang hamba dicoba oleh Sang Pencipta, bahwa mampukan ia menanggalkan sifat kecintaan hamba melebihi kecintaannya pada Allah?
Maka diujilah Ibrahim dan Ismail dengan mukjizat, dan keduanya telah lolos ujian dengan penuh kepasrahan.
2. Ibrahim dan Ismail adalah calon pemimpin dunia Arab yang akan menjadi bapaknya para Nabi.
Sebelum jadi pemimpin Ibrahim dan Ismail harus mampu menanggalkan kepentingan pribadi untuk kepentingan orang lain.
Maka dicobalah mereka berdua untuk membuang jauh sifat ego pribadi.
Kesadaran kolektif bermasyarakat dimulai dari tiga insan (Ibrahim, Hajar dan Ismail) yang ikhlas berserah diri menerima wahyu Allah SWT dan menjalankannya.
Ujian ini telah berhasil mereka lakukan.
Baca juga: 58 Link Twibbon Ucapan Selamat Idul Adha atau Hari Raya Kurban 2023 dan Cara Membuatnya
3. Nabi Ibrahim AS adalah nabi multi talenta yang menjadi bapaknya para nabi.
Syariatnya banyak diabadikan untuk anak cucu nabi sampai akhir zaman.
Seperti kewajiban haji dan tata cara pelaksanaan manasik haji serta melakukan khitan bagi setiap muslim laki-laki.
Pelajaran keempat yang bisa diambil berupa pendidikan karakter bagi putra putrinya dibangun dari aqidah keimanan Allah SWT.
Semua itu murni tanpa ada campuran musrik.
Selanjutnya mengandung kepatuhan dan tawakal tinggi, bersandarkan wahyu yang dibawa para Rasul-rasul Allah, mengajarkan ilmu-ilmu dari Al Kitab (Alquran) dan Al Hikmah (Asdunnah).
Selalu mensucikan diri dari kemusyrikan dan perbuatan dosa maksiat
Hal ini terekam dalam tafsir Imam Fakhruddin Ar Razi dalam menafsirkan Alquran Surat Al Baqarah ayat 127-129 berbunyi:
وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْراهِيمُ الْقَواعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْماعِيلُ رَبَّنا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (127) رَبَّنا وَاجْعَلْنا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنا مَناسِكَنا وَتُبْ عَلَيْنا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (128) رَبَّنا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولاً مِنْهُمْ يَتْلُوا عَلَيْهِمْ آياتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (129)
"Dan ingatlah ketika Ibrahim meninggikan dasar-dasar Baitullah bersama Ismail, seraya berdoa, ya Tuhan kami terimalah daripada amalan kami. Sesungguhnya Engkaulah yang maha mendengar.
Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang tunduk patuh kepada Engkau, dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya engkau maha penerima taubat lagi maha penyayang.
Ya Tuhan kami, utuslah kepada mereka (anak-cucu kami) seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka Al Kitab (Alquran) dan Al Hikmah (Assunnah) serta mencucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
Jama'ah Idul Adha yang senantiasa dirahmati dan diberkahi oleh Allah.
Keimanan, kesabaran, keikhlasan perjalanan hidup.
Tiga insan (Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan Nabi Ismail) dalam menapak kehidupan mereka menjadi sejarah monumental petunjuk peribadatan bagi umat manusia, yaitu petunjuk ibadah kurban dan kewajiban ibadah haji.
Keimanan, kesabaran, dan keikhlasan dalam menghambakan diri kepada Allah dari kurban Ismail, menjadi teladan abadi ritual ibadah kurban.
Keimanan, kesabaran, keihlasan dan ketaatan siti Hajar pada suaminya Nabi Ibrahim dalam menjalankan perintah Allah di tinggalkan di bumi yang tandus tanpa bekal.
Kemudian terjadilah si bayi Ismail yang kehausan.
Sehingga Siti Hajar dalam kepanikan bolak-balik lari tujuh kali antara Shofa dan Marwa.
Berkah keimanan, kesabaran, keihlasan dan ketaatan Siti Hajar pada suaminya Nabi Ibrahim untuk menunaikan perintah Allah inilah telah diabadikan menjadi ritual sya’i dalam manasik ibadah haji.
Inilah pendidikan karakter yang diletakkan Nabi Ibrahim untuk dasar-dasar kehidupan bagi anak cucu keturunan Nabi Ibrahim, seluruh umat Islam untuk beriman, bersabar, bertawakal pada Allah SWT dengan selalu menjalankan perintah syariat-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Semoga kita semua mampu meneladani pendidikan yang telah diajarkan Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam.
Aamiin ya rabbal 'aalamiin.
(*)
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.