Idul Adha 2023

Apakah Puasa Arafah harus Mengikuti Waktu Wukuf di Arafah? Penjelasan Buya Yahya dan MUI

Apakah puasa Arafah harus mengikuti waktu wukuf di Arafah? Ikut Pemerintah atau Arab Saudi? Simak penjelasan Buya Yahya dan MUI.

|
Editor: Amalia Husnul A
AFP Photo/Sajjad Hussain
Jamaah haji berkumpul di sekitar Ka'bah, 24 Juni 2023 kemarin. Apakah puasa Arafah harus mengikuti waktu wukuf di Arafah? Ikut Pemerintah atau Arab Saudi? Simak penjelasan Buya Yahya dan MUI. 

Pendapat Syafi’iyah inilah yang dianut saat ini di Indonesia karena ketentuan lebaran di Mekah tidak diikuti sebab berbeda tempat terbitnya bulan.

- Penjelasan Buya Yahya

Dikutip TribunKaltim.co dari dari BanjarmasinPost.co.id di artikel berjudul Waktu Puasa Arafah Harus Sama dengan Wukuf? Buya Yahya Beri Penjelasan dalam Ceramahnya, Buya Yahya menjelaskan waktu pelaksanaan puasa Arafah yang  bisa saja terjadi perbedaan antara satu tempat dengan lainnya.

Ini termasuk Indonesia dengan Arab Saudi tepatnya di Padang Arafah.

Hal ini sebab, Buya Yahya menjabarkan terdapat perbedaan metode dalam penentuan hilal, kemungkinan di suatu daerah hilal sudah terlihat, sementara di daerah lain hilal belum muncul.

Bulan Zulhijjah adalah bulan ke-12 dari sistem penanggalan Islam. Di bulan ini ada hari besar yang dinantikan kaum muslimin yakni Hari Raya Idul Adha.

Baca juga: Puasa Arafah Dianjurkan Dikerjakan karena Memiliki Keutamaan Luar Biasa, Ini Jadwal Puasa Arafah

Setiap tanggal 10 Zulhijjah di kalender Islam Hari Raya Idul Adha dirayakan, tahun ini Hari Raya Idul Adha diperkirakan jatuh pada Kamis (29/6/2023), sebelumnya pemerintah akan menggelar sidang isbat. Sedangkan PP Muhammadiyah telah memutuskan Hari Raya Idul Adha jatuh pada Rabu (28/6/2023).

Terdapat amalan-amalan sunnah yang dianjurkan bagi umat Islam di awal bulan Zulhijjah. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

Buya Yahya menjelaskan di Indonesia seringkali terjadi perubahan dalam penetapan awal bulan hijriyah, terutama Syawal dan Zulhijjah.

"Karena bulan hijriyah itu ada dua cara untuk mengetahuinya, yang pertama dengan rukyatul hilal atau melihat hilal secara langsung, metode rukyatul hilal sendiri juga terdapat perbedaan ulama antara zumhur ulama dan Mazhab Maliki," papar Buya Yahya dikutip Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube Buya Yahya.

Sebagian menyatakan setiap wilayah mempunyai perbedaan dengan wilayah lainnya, ini memungkinkan hilal dapat dilihat di sebuah tempat ternyata di tempat lain belum terlihat atau tampak di hari yang berbeda.

Metode lainnya yang sering digunakan adalah cara hisab atau dengan hitungan ilmu falak.

Adanya perbedaan tersebut berdasarkan fenomena alam dan tata surya yang Allah ciptakan yakni bulan.

"Penentuan awal bulan termasuk hari raya dan Puasa Arafah yang berbeda-beda, bukan karena kesalahan orang atau metode yang digunakan melainkan Allah menciptakan bulan kadang terlihat atau tidak yang menjadi sebab perbedaan," ujar Buya Yahya dikutip Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube Buya Yahya.

Perbedaan terjadi bisa saja penanggalan awal bulan Zulhijjah dilakukan dengan metode hisab ilmu falak, namun ternyata secara rukyatul hilal belum nampak hilalnya.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved