Hari Bulu Tangkis Sedunia 2023

Hari Bulu Tangkis Sedunia 2023, Daftar 7 Pemain yang Masuk The Magnificent Seven Badminton Indonesia

Hari Bulu Tangkis Sedunia 2023 dirayakan setiap tanggal 5 Juli. Daftar 7 pemain yang masuk the Magnificent Seven badminton Indonesia, wajib tahu.

Editor: Amalia Husnul A
Dokumentasi KOMPAS/JB SURATNO
Piala Thomas yang baru saja dikeluarkan dari tempat penyimpanannya di Bank Indonesia ditempatkan di tengah-tengah para pemain bulu tangkis Indonesia, seperti Rudy Hartono, Tjun Tjun, Iie Sumirat, Johan Wahyudi, Liem Swie King, Christian Hadinata, dan Ade Chandra. Tujuh pemain inilah yang disebut sebagai The Magnificent Seven Badminton Indonesia. Fakta World Badminton Day 2023 atau Hari Bulu Tangkis Sedunia 2023 yang wajib diketahui. 

2. Liem Swie King

Liem Swie King adalah junior Rudy Hartono.

Keduanya pernah bertemu di final All England 1976. 

Meski Liem Swie King harus mengakui keunggulan Rudy Hartono di All Indonesian Final All England 1976 tersebut.

Pada masa jayanya, Liem Swie King dijuluki King of Smash atau Si Raja Smash.

Julukan ini muncul lantaran gaya mainnya yang cepat, berani, dan memiliki smash dahsyat. Jumping smash King memang begitu ikonik, bahkan diakui sebagai pukulan paling agresif di bulu tangkis.

Dalam melakukan aksinya, King akan melakukan lompatan vertikal lalu memukul shuttlecock dengan smash-nya yang penuh tenaga.

Smash andalan King itu akan membuat shuttlecock meluncur dan menukik tajam sehingga menyulitkan lawan.

Selain tiga gelar All England, Liem Swie King juga mengoleksi berbagai gelar bergengsi lainnya termasuk tiga kali juara Piala Thomas bersama tim Indonesia.

Prestasi King pun mendapat pengakuan International Badminton Federation (IBF) yang kini berubah nama menjadi Badminton World Federation (BWF).

Pada 2002, nama Liem Swie King masuk dalam Badminton Hall of Fame.

Kemudian pada 2009, kisah hidup Liem Swie King diadaptasi ke dalam film berjudul "King" yang disutradarai oleh Ari Sihasale.

Tunggal putra Indonesia saat ini, Jonatan Christie ikut bermain di film King ini.

Biodata Liem Swie King

Tempat, tanggal lahir: Kudus, 28 Februari 1956

Tinggi: 168 cm

Tahun aktif: 1974-1988

Pegangan raket: Kanan

Prestasi:

Tunggal internasional

- Juara All England 1978, 1979, 1981

- Juara Denmark Open 1977

- Juara Swedia Open 1977

- Juara SEA Games 1977, 1981

- Juara Piala Dunia 1979, 1982

- Juara Asian Games 1978 Bangkok

- Juara Indonesia Open 1983

- Juara Malaysia Open 1983

Ganda internasional

- Juara Piala Dunia 1984, 1985 (bersama Kartono Hariamanto), 1986 (bersama Bobby Ertanto)

- Juara Indonesia Open 1985, 1986 (bersama Kartono Hariamanto), 1987 (bersama Bobby Ertanto)

- Juara Asia 1987 (bersama Bobby Ertanto)

- Juara SEA Games 1987 (bersama Eddy Hartono)

- Juara Japan Open 1987 ((bersama Eddy Hartono)

- Juara Taiwan Open 1987 (bersama Eddy Hartono)

Beregu internasional

- Juara Piala Thomas 1976, 1979, 1984

- Juara SEA Games 1977, 1979, 1983, 1985, 1987

- Juara Asian Games 1978

Baca juga: 30 Ucapan Hari Bulu Tangkis Sedunia 5 Juli 2023 Menarik dan Inspiratif, Cocok Buat Caption IG/WA

3. Iie Sumirat

Ketika Rudy Hartono menjadi Juara All England, nama Iie Sumirat juga menorehkan prestasi di kancah internasional.

Pemain asal Bandung ini menjadi juara Invitasi Bulu Tangkis Asia di Bangkok tahun 1976, di waktu yang bersamaan dengan Rudy Hartono di All England, kejuaraan Badminton tertua di dunia.

Prestasi Iie Sumirat itu menjadi bukti Indonesia mengalahkan China.

Di Invitasi Bulu Tangkis Asia di Bangkok tersebut, Iie Sumirat menundukkan jago-jago bulu tangkis China di eranya seperti Hou Zhiajang, Tang Xienhu, dan kawan-kawan.

Kepulangan Rudy Hartono dan Iie Sumirat disambut dengan meriah.

Dari cerita Christian Hadinata, keduanya bertemu di bandara Singapura, Rudy Hartono dari London sementara Iie Sumirat dari Bangkok.

Mereka yang bertanding di Bangkok datang lebih dulu kemudian menunggu pemain yang datang dari London. Dari Singapura, kedua tim naik pesawat yang sama sehingga dapat tiba di Halim Perdanakusuma bersamaan.

Rudy Hartono dan Iie Sumirat dibawa berkonvoi menumpang mobil kap terbuka, Volkswagen Safari. Masing-masing memegang piala yang baru diraih di London dan Bangkok.

Berkalung bunga, Rudy Hartono (kanan) dan Iie Sumirat, bersama seluruh rombongan tim All England dan tim Asian Badminton Commision tiba di Tanah Air, Kamis (1/4/1976) sore. Mereka diarak dalam suatu pawai kemenangan dari lapangan terbang Halim Perdanakusuma sampai Balai Kota DKI Jakarta.
Berkalung bunga, Rudy Hartono (kanan) dan Iie Sumirat, bersama seluruh rombongan tim All England dan tim Asian Badminton Commision tiba di Tanah Air, Kamis (1/4/1976) sore. Mereka diarak dalam suatu pawai kemenangan dari lapangan terbang Halim Perdanakusuma sampai Balai Kota DKI Jakarta. (Dokumentasi KOMPAS/KARTONO RYADI)

Dilansir dari Wikipedia, Iie Sumirat dikenal sebagai pemain humoris dan eksentrik saat berada di luar maupun di dalam lapangan bulu tangkis, bahkan saat pertandingan.

Salah satu tingkah eksentriknya yang terkenal adalah pada saat final Piala Thomas 1979 melawan Denmark, tiba-tiba Iie menari ala Sunda di depan lawannya Svend Pri.

Iie Sumirat menang atas Pri, dan Indonesia berhak memboyong Piala Thomas.

Tidak jelas apakah kemenangan Iie Sumirat karena konsentrasi lawan terganggu oleh tariannya.

Iie Sumirat pensiun dari bulu tangkis pada tahun 1982 saat berusia 32 tahun.

Dia kemudian menjadi pelatih bulu tangkis dan mendirikan PB Sarana Muda yang kemudian menjadi SGS Elektrik yang kemudian melahirkan Taufik Hidayat.

Diketahui SGS Bandung juga asal klub Anthony Sinisuka Ginting dan Fajar Alfian.

Biodata Iie Sumirat:

Tempat tanggal lahir: Bandung, 15 November 1950

Prestasi:

- Juara Asian Games (1966 dan 1970)

- Juara Dunia (1976)

Baca juga: Hari Bulu Tangkis Sedunia 2023: Siapa yang Pertama Kali Menciptakan Permainan Bulutangkis?

4. Tjun Tjun

Tjun Tjun bernama asli Liang Chun Sheng.

Berbeda dengan Rudy Hartono, Lim Swie King dan Iie Sumirat, Tjun Tjun adalah spesialis pemain ganda.

Pada masa jayanya, Tjun Tjun mencapai puncak bersama Johan Wahyudi.

Ketika itu, Indonesia punya dua pasangan ganda yang masyur. 

Selain Tjun Tjun/Johan Wahyudi Indonesia juga punya Christian Hadinata/Ade Chandra yang mendominasi dunia ganda putra.

Tahun-tahun itu, bersama dengan pemain tunggal Rudy Hartono dan Liem Swie King, tim Indonesia pada tahun hampir tidak terkalahkan.

Dekade 1970-1980, tim Indonesia menjuarai setiap kejuaraan Thomas Cup.

Kakak Tjun Tjun, Liang Chiu Hsia merupakan juara bulu tangkis putri di Tiongkok pada tahun 1960-an.

Hingga kemudian Liang Chiu Hsia menjadi pelatih tim bulu tangkis putri Indonesia dan melatih Susi Susanti dan kawan-kawan memenangkan piala Uber.

Biodata Tjun Tjun

Nama lahir: Liang Chun Sheng

Tempat tanggal lahir: Cirebon, 4 Oktober 1952

Tunggal Putra

- 1973: Semifinalis All England Open

Ganda

- 1971: Finalis Kejuaraan Asia (bersama Tatat)

- 1972: Juara Denmark Open, Juara German Open (bersama Johan Wahjudi)

- 1973: Juara Denmak Open, Finalis All England Open (bersama Johan Wahjudi)

- 1974: Juara Denmark Open, Juara All England Open, Juara Asian Games (bersama Johan Wahjudi)

- 1975: Juara All England Open (bersama Johan Wahjudi)

- 1976: Semifinalis All England Open (bersama Johan Wahjudi), Juara Kejuaraan Asia (bersama Ade Chandra)

- 1977: Juara Dunia, Juara All England Open (bersama Johan Wahjudi), Juara Swedia Open (bersama Ade Chandra)

- 1978: Juara All England Open (bersama Johan Wahjudi)

- 1979: Juara All England Open (bersama Johan Wahjudi)

- 1980: Juara All England Open (bersama Johan Wahjudi)

- 1981: Finalis All England Open (bersama Johan Wahjudi)

Ganda Campuran

- 1974: Juara Denmark Open (bersama Regina Masli), Finalis Asian Games (bersama Sri Wiyanti)

Beregu Putra

- 1973: Juara Piala Thomas (Tim Indonesia - bersama Muljadi, Rudy Hartono, Christian Hadinata, Ade Chandra, A. Nurman)

- 1976: Juara Piala Thomas (Tim Indonesia - bersama Rudy Hartono, Liem Swie King, Johan Wahjudi, Christian Hadinata, Ade Chandra)

- 1979: Juara Piala Thomas (Tim Indonesia - bersama Rudy Hartono, Liem Swie King, Lie Sumirat, Johan Wahjudi, Christian Hadinata, Ade Chandra)

Baca juga: 20 Link Twibbon Hari Bulu Tangkis Sedunia 5 Juli 2023, Cocok Dibagikan ke Media Sosial

5. Johan Wahyudi

Johan Wahyudi lahir di Malang 10 Februai 1953 tahun, ia wafat di usia 66 tahun, wafat pada 15 November 2019.

Berawal dari bermain di tunggal putra, dia menjadi spesialis ganda putra bersama rekannya Tjun Tjun.

Bersama Tjun Tjun, Johan Wahyudi memenangkan gelar pertama pada Kejuaraan Dunia IBF tahun 1977.

Pasangan ganda ini juga memenangi 6 gelar All England antara 1974 hingga 1980 dan menjadi ganda putra peringkat atas.

Ia bermain untuk tim Thomas Cup pada tahun 1976 dan 1979

Dia mulai menekuni dunia bulu tangkis sejak ia berusia 4 tahun.

Di bawah didikan sang ayah, Mangku Prayitno, Johan berhasil menjadi atlet bulu tangkis Jawa Timur.

Di usia 13 tahun, Johan Wahyudi mulai bergabung dengan klub Gajah Putih Malang yang dilanjutkan dengan berlatih bersama klub Rajawali Surabaya di setiap akhir pekan.

Usaha Johan tak sia-sia. Di era 1970an, ia berhasil meraih nama gemilang sebagai pemain ganda terbaik dunia bersama rekannya Tjun-Tjun.

Johan Wahyudi sempat menjadi juara kedua dalam kejuaraan bergengsi level nasional, Wahono Cup.

Berkat prestasinya itu, tahun 1972 ia dipanggil untuk mengikuti training centre atau yang sekarang dikenal dengan nama Pelatnas.

Melansir dari situs PB Djarum, pasangan ganda Johan wahyudi dan Tjun Tjun terbentuk saat persiapan penyelenggaraan Invitasi Dunia 1972 di Jakarta yang hanya diikuti 32 peserta terbaik dunia berdasarkan undangan.

Saat itu skuad yang ditunjuk untuk ganda Indonesia adalah juara All England Christian Hadinata/Ade Chandra dan Rudy Hartono/Tjun Tjun.

Namun, Rudy Hartono meminta agar dirinya fokus untuk bermain di tunggal dan menunjuk Johan sebagai penggantinya. 

Tak disangka, pasangan tersebut mampu meraih prestasi gemilang. mereka mampu mengalahkan juara All England 1972, Christian Hadinata/Ade Chadra.

Sejak saat itu, mereka pun dipercaya untuk mengikuti berbagai ajang internasional.

Mereka berhasil menjuarai menjuarai All England hingga enam kali, juara dunia, juara Asia dan medali emas Asian Games.

Kunci Keberhasilan Johan mengatakan kunci keberhasilannya bersama Tjun Tjun bukan pada permainan cepat dan bertenaga serta mampu mengandalkan refleks.

Tetapi pada kemampuan satu sama lain untuk saling memahami dan mengisi.

"Tjun Tjun dulu lemah kakinya, saya lemah pukulan kiri. Setelah mampu memahami itu, ketika bermain kami bisa saling mengisi," kata Johan Wahyudi seperti dikutip TribunKaltim.co dari TribunJambi.com di artikel berjudul Siapa Sebenarnya Tjun Tjun? Juara All England Enam Kali dari Indonesia Berambut Gondrong.

Proses memahami satu sama lain dan saling mengisi antara Johan dengan Tjun Tjun ternyata tidak terjadi dalam sekejap. Johan mengatakan, setiap malam usai latihan, mereka berdiskusi dan saling memberikan masukan.

Diberitakan Harian Kompas, Rabu (8/5/2002), Johan gantung raket pada tahun 1982, dan menetap di Jakarta hingga 1998, atau selama 17 tahun.

Namun pada 1986, ia sempat menjadi manajer pemain yunior All Enggland.

Di tahun 1998, ia memilih pulang ke kampung halamannya di Malang, Jawa Timur.

Semenjak tinggal di Malang, Johan telah mengembangkan bisnis beberapa komoditas, di antaranya tembakau dan kayu.

Namun usahanya tersebut tidak berjalan lancar.

Johan pun bahkan menderita kerugian hingga ratusan juta rupiah, akibat ulah orang-orang kepercayaannya.

Baca juga: 15 Contoh Background Hari Bulu Tangkis Sedunia 2023 dan Cara Download, Bisa untuk Poster/Banner

6. Christian Hadinata

Pecinta badminton Tanah Air masa kini atau para Badminton Lovers newbie banyak yang kemudian mengaitkan nama Christian Adinata, salah satu pemain tunggal putra muda Indonesia saat ini dengan sosok Christian Hadinata.

Jangan salah sangka, tidak ada hubungan darah atau keduanya.

Kini, salah satu legenda bulu tangkis Indonesia biasa disapa Koh Christ oleh junior-junior, mulai dari Pelatnas hingga PB Djarum tempatnya mengabdi selama 42 tahun.

Christian Hadinata termasuk salah satu pemain yang punya smash unik.

Ia adalah pemain spesialis ganda.

Christian Hadinata pernah berpasangan dengan Atik Jauhari, Retno Kustiyah, Ade Chandra, Imelda Wiguna, Regina Masli, Lius Pongoh, Icuk Sugiarto, Ivana Lie, Bobby Ertanto, Liem Swie King dan Hadiwibowo susanto.

Setelah pensiun, ia berkarier sebagai pelatih dan pengurus di PBSI.

Meskipun di awal kariernya dia adalah pemain tunggal yang bagus yang mencapai final bergengsi All-England Championship pada tahun 1973, keberhasilan Christian Hadinata di nomor ganda membuatnya mendapatkan pengakuan sebagai salah satu pemain ganda yang hebat di sejarah bulu tangkis.

Dia memenangkan dua medali emas di Kejuaraan Dunia IBF 1980 di Jakarta, di ganda putra dengan Ade Chandra, dan di ganda campuran dengan Imelda Wiguna.

Dia bermain untuk Indonesia selama 15 tahun, memulai kariernya pada tahun 1971 di kejuaraan Asia di Indonesia dan berhasil menjadi juara ganda campuran dengan Retno Koestijah.

Rekor Piala Thomas (Kejuaraan Tim Internasional Putra) Christian Hadinata sangat penting.

Bermain dalam enam kampanye berturut-turut dari 1973 hingga 1986, dan dengan berbagai pasangan ganda, ia hanya kehilangan satu pertandingan, sehingga membantu Indonesia merebut piala pada empat kesempatan (1973, 1976, 1979, 1984).

Pada tahun 2001. Chrisitan Hadinata dilantik ke dalam World Badminton Hall of Fame.

Biodata Christian Hadinata

Nama lahir: Tjhie Beng Go'at

Tempat tanggal lahir: Purwokerto, 11 Desember 1949

Pegangan raket:  Kanan

Rekor bertanding:  Ganda Putra & Campuran

Baca juga: Hari Bulu Tangkis Sedunia 5 Juli 2023: Sejarah dan Cara Memperingati

7. Ade Chandra

Dilansir dari laman resmi pbdjarum.org, Ade Chandra lahir di Jakarta tanggal 4 Februari 1950 dari pasangan James Chandra dan Vivi Kumala.

Ade Chandra termasuk pemain yang diangap terlambat belajar bulutangkis.

Ia mulai bermain di umur 12 tahun di lapangan di depan rumahnya.

Dengan postur yang tinggi besar, ia sangat senang melakukan smash dan smashnya terbilang keras untuk seusia-nya. Bahkan ia sempat menjuarai sebuah kejuaraan untuk usia 15 tahun

Dari situlah ia mulai mnekuni bulutangkis secara serius, dan bergbung dengan salah satu klub ternama, Tangkas Jakarta.

Kemampuan Ade Chandara semakin terasa setelah bergabung di klub. Tidak jarang, ia menjuarai kejuaraan level yunior baik tunggal maupun ganda.

Tahun 1969, ia sudah terpilih sebagai anggota tim PON DKI di usia baru 19 tahun. Tahun 1970, ia mewakili DKI Jakarta untuk mengikuti seleksi nasional ganda putra.

Ade Chandra akhirnya terpilih, walaupun pasangannya tidak ikut terpilih masuk Pelatnas. Di Pelatnas, Ade Chandra dipasangkan dengan Christian Hadinata.

Pasangan Christian Hadinata/Ade Chandra ini mengikuti turnamen All England untuk pertama kali tahun 1972.

“Dulu berangkat ke All England, tidak seperti sekarang. Kami berangkat dengan 2 pemain tunggal tanpa didampingi pelatih maupun manajer. Menginapnya pun tidak di hotel tetapi di asrama Kedutaan,” tutur Ade Chandra.

Meskipun baru pertama kali ikut All England, Ade bersama Christian langsung menjadi juara. Tahun berikutnya, All England 1973, Ade/Christian kembali dikirim.

Kali ini mereka berangkat enam orang. Ada penambahan satu pasangan pemain ganda Tjun Tjun/Johan Wahyudi. Ade/Christian kembali menjadi juara setelah mengalahkan rekannya Tjun Tjun/Johan.

Ajang All England 1974, menjadi cerita tersendiri buat Ade. Ia baru saja mengalami kecelakaan motor dan cedera tangan.

Ade tetap diberangkatkan, tetapi setelah di London, ia dilarang main oleh pengurus PBSI karena dikhawatirkan cedera makin parah.

Harapannya untuk mencetak hattrick menjadi kandas. Penampilannya diajang All England kemudian malah sering terjegal rekannya Tjun Tjun/Johan.

Tercatat empat kali kali, Ade/Christian kalah dari pasangan tersebut di final yakni tahun 1974, 1975, 1977 dan 1978. Sedangkan tahun 1976, ganti pasangannya Christian Hadinata yang mengalami cedera.

Seperti beberapa pemain bulutangkis lainnya, Ade Chandra sempat mengalami masalah dengan status kewarganegaraannya.

Meskipun lahir di Indonesia, ia tak lantas mendapat pengakuan sebagai WNI.

Setiap kali ke luar negeri, ia diberikan pasport, lalu setelah pulang harus dikembalikan. Pengakuan sebagai WNI akhirnya ia peroleh tahun 1974, setelah berkali-kali membawa nama Indonesia di podium juara.

Ade Chandra juga merupakan andalan Indonesia diajang Piala Thomas. Ia tiga kali bergabung menjadi anggota tim di kejuaraan beregu putra bergengi tersebut, yakni tahun 1973, 1976 dan 1979.

Selama ia bergabung, tim Thomas Cup Indonesia selalu meraih juara.

Tahun 1980, Ade kembali mencatat prestasi gemilang. Ia dan Christian berhasil merebut gelar juara dunia di pertandingan yang berlangsung di Jakarta.

Menurut Ade, tampil di negeri sendiri merupakan salah satu kebanggaan buatnya. Ia selalu punya motivasi lebih bila tampil di Istora.

“Teriakan dukungan dari penonton membuat saya seolah mendapat tenaga tambahan. Selain itu, saya dapat memberikan kebanggaan buat orang tua,” tutur Ade.

Ade/Christian juga melengkapi gelarnya dengan menjuarai Swedish Open dan Denmark Open 1980.

Salah satu gelar penting lainnya, mereka merebut medali emas Asian Games di Bangkok tahun 1978.

Kemudian, tahun 1982, Ade memutuskan untuk gantung raket meskipun pasangannya Christian Hadinata masih terus bermain hingga beberapa tahun kemudian. 

Biodata Ade Chandra:

Nama lahir: Zhang Xin Yeng

Lahir: 4 Februari 1950

Nama istri: Margaretha Widjaja (menikah tahun 1976)

Anak:  Michael Lovender Chandra, Angela Lovenia Chandra, Aoura Lovenson Chandra, dan Michelle Lovena Chandra

Baca juga: Hari Bulu Tangkis Sedunia 5 Juli 2023: BWF Buka Registrasi Ajak Pecinta Badminton Ramaikan Perayaan

(*)

Update Hari Bulu Tangkis Sedunia 2023

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved