Berita Nasional Terkini
7 Fakta Antraks di Gunungkidul, Diduga Berawal dari Tradisi Brandu, Sembelih dan Makan Bangkai Sapi
Penularan antraks dari sapi ke manusia diduga disebabkan berawal dari tradisi Brandu warga di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.
Retno mengungkapkan, hewan ternak yang mati disembelih warga dan dijual per paket.
Baca juga: Jadi Endemik Penyakit Antraks, Dua Ekor Sapi Desa Marumpa Maros Mati Mendadak
"Kalau saya tanya, memang tujuannya baik membantu warga yang kesusahan biar tidak terlampau rugi itu dibagi-bagi, satu paketnya itu Rp 45.000. Dijual," jelasnya, seperti diberitakan Kompas.com, Rabu (5/7/2023).
Uang tersebut kemudian dikumpulkan dan diberikan ke pemilik ternak yang kesusahan.
"Jane (sebenarnya) itu tujuannya apik (bagus). Pas saya di sana bilang kalau mau Brandu ya Brandu barang sehat gitu. Barang bermutu jadi tidak membahayakan manusia," lanjut dia.
Baca juga: Jadi Endemik Penyakit Antraks, Dua Ekor Sapi Desa Marumpa Maros Mati Mendadak
4. Bentuk Simpati Warga
Kepala Desa Candirejo Renik David Warisman mengungkapkan, warga setempat memang melaksanakan tradisi Brandu sebelum kasus antraks muncul di Dusun Jati, Desa Candirejo, Kecamatan Semanu, Gunungkidul.
Menurutnya, tradisi Brandu merupakan bentuk simpati masyarakat terhadap tetangga yang ternaknya mati.
“Kalau para petani itu tabungannya hewan ternak itu, sehingga kalau ternaknya mati itu musibah. Jadi, untuk meringankan beban dari pemilik ternak yang mengalami musibah, caranya seperti itu,” ujarnya.
Baca juga: Bantah Rumahnya Digeruduk Warga Imbas Penolakan Sapi Kurban, Dewi Perssik Singgung soal RT Arogan
Meski bertujuan baik, tradisi ini tak lepas dari risiko penyebaran penyakit dari hewan kepada manusia.
5. Pemkab Kaji Tradisi Brandu
Sementara itu, Wakil Bupati Gunungkidul Heri Susanto mengatakan warga sering mendapatkan sosialisasi terkait bahaya memakan daging hewan mati dalam tradisi Brandu.
"Kalau sosialisasi sudah terus menerus kawan-kawan dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) sudah dilakukan agar tidak dibrandu. Intinya sudah berulang (sosialisasi). Kembali lagi faktor ekonomi, karena biasanya eman-eman (sia-sia dagingnya)," jelasnya.
Baca juga: Terbaru! Perselisihan Sapi Kurban Dewi Perssik vs Ketua RT Masih Berlanjut, DP Tempuh Jalur Hukum
Selain sosialisasi, Heri menyebutkan bahwa pihaknya akan melakukan kajian untuk membahas soal pelarangan tradisi Brandu.
Ia berharap tidak ada lagi warga yang mengkonsumsi ternak mati ataupun sakit.
"Selain itu, kita ada upaya ke depan yang kira-kira nanti bisa meringankan saudara kita yang hewannya sakit sehingga tidak dikonsumsi," ujarnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.