Berita Kutim Terkini

Mengenal Sosok Reni Puspita, Pelopor Gerakan Eco Enzyme dari Sampah di Sangatta Kutim

Apabila menemukan jamur yang tumbuh pada tahap tersebut, bisa diambil secara manual namun dengan hati-hati agar udara tidak masuk

Penulis: Nurila Firdaus | Editor: Budi Susilo
HO/Reni Puspita
Reni Puspita Mandasari, pelopor gerakan pemanfaatan sampah kulit buah dan sayuran menjadi eco enzyme di Sangatta, Kutai Timur, Kalimantan Timur. Eco enzyme memiliki manfaatkan sebagai desinfektan, pupuk cair bagi tanaman maupun peternakan ikan, hingga bisa digunakan untuk kecantikan, Minggu (9/7/2023). 

TRIBUNKALTIM.CO, SANGATTA - Reni Puspita Mandasari, warga Kecamatan Sangatta Utara, yang menjadi pelopor gerakan eco enzyme di Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur.

Reni, sapaan akrabnya, baru sebagai Ketua Relawan Gerakan Eco Enzyme di Sangatta baru sama mendeklarasikan bersama relawan lainnya untuk komitmen mengolah sampah organik dari kulit buah dan sayuran menjadi eco enzyme yang kaya akan manfaat.

Awalnya, Reni melihat melalui sosial media terkait sampah organik kulit buah dan sayuran dimanfaatkan sebagai bahan dasar eco enzyme. Ia banyak menemukan hal itu dipraktikkan di Pulau Jawa.

"Saya menilai pemanfaatan sampah kulit buah dan sayuran menjadi eco enzyime bisa diterapkan, akhirnya saya praktik sendiri," ungkap Reni, Minggu (9/7/2023).

Baca juga: Pupuk Kaltim Gelar Pelatihan Daur Ulang Pembuatan Eco Enzyme dan Maggot di Bontang

Setelah mencoba terlebih dahulu secara individu skala rumah tangga, ia menemukan formula khusus untuk pembuatan eco enzyme tersebut.

Tentu saja memerlukan bahan di antaranya sampah kulit buah dan sayuran, air dan gula merah atau sejenisnya.

Dimana perbandingan komposisinya antara gula merah, sampah kulit buah atau sayuran dan air sebantak 1 : 3 : 10.

"Jadi kalau gulanya 1 kilogram, sampah kulit buahnya 3 kilogram maka airnya 10 liter, nanti jadinya 10 liter eco enzyme," jelasnya.

Setelah ketiga bahan tersebut dicampur, kemudia prosesnya difermentasi selama 3 bulan, dimana syarat mutlaknya harus kedap udara agar hasilnya tidak ditumbuhi belatung.

Namun, pada saat bulan pertama bisa dilakukan pengecekan secara berkala untuk memastikan fermentasi tersebut berhasil.

Baca juga: Manfaatkan Limbah Jadi Berguna, SDN 030 Balikpapan Utara Ajak Siswa Ciptakan Eco Enzyme

Apabila menemukan jamur yang tumbuh pada tahap tersebut, bisa diambil secara manual namun dengan hati-hati agar udara tidak masuk.

"Pada bulan pertama fermentasi tersebut akan menghasilkan alkohol, lalu pada bulan kedua akan menhasilkan asam atau cuka, lalu di bulan ketiga hasilnya berupa eco enzyme," urainya.

Setelah bulan ketiga, eco enzyme akan terbentuk dan terpisah dari ampasnya. Kedua produk itu bisa dimanfaatkan baik dari eco enzyme maupun residu padatannya.

Eco enzyme memiliki manfaatkan sebagai desinfektan, pupuk cair bagi tanaman maupun peternakan ikan, hingga bisa digunakan untuk kecantikan.

Adapun residu padatannya bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik bagi tanaman.

Baca juga: NEWS VIDEO Manfaatkan Sisa Kulit Buah dan Sayuran untuk Jadi Eco Enzyme

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved