Berita Nasional Terkini
Toko Buku Gunung Agung Tutup karena Bangkrut, Kini Diserbu Pemburu Diskon, Antrean Mengular
Toko Buku Gunung Agung tutup karena bangkrut, kini diserbu pemburu diskon, antrean pun mengular.
TRIBUNKALTIM.CO - Toko Buku Gunung Agung tutup karena bangkrut, kini diserbu pemburu diskon, antrean pun mengular.
Salah satu toko buku besar akhirnya harus tutup.
Toko Gunung Agung pun menggelar diskon besar-besaran di salah satu outletnya di Kwitang, Jakarta Pusat.
Alhasil Toko Gunung Agung di Kwitang, Jakarta Pusat ramai diserbu para pemburu diskon, Selasa (29/8/2023).
Baca juga: Tutup Semua Outletnya, Toko Buku Gunung Agung Trending, Ini Sejarahnya: Berawal dari Kios Rokok
Saking ramainya membuat petugas keamanan terpaksa membatasi pengunjung yang hendak berbelanja di Toko Gunung Agung.
Petugas keamanan baru akan memperbolehkan pengunjung masuk jika ada pengunjung yang keluar dari dalam gedung.
Saking berjubelnya pengunjung di Toko Gunung Agung membuat arus lalu lintas di sekitar Kwitang tersendat karena banyak kendaraan yang parkir di bahu jalan.
Para pengunjung menyerbu Toko Gunung Agung bukan tanpa sebab.
Pasalnya, Toko Gunung Agung memberi diskon besar-besaran terhadap semua produknya.
Tak hanya buku, berbagai peralatan mulai dari alat tulis, tas hingga koper juga diobral di Toko Gunung Agung.
Yang paling besar yakni diskon buy 1 get 3.
Promo besar-besaran ini lantaran Toko Gunung Agung akan tutup permanen lantaran bangkrut.
Pantauan TribunJakarta.com Selasa siang, pengunjung di Toko Gunung Agung ini berasal dari berbagai kalangan mulai dari mahasiswa hingga pekerja yang kantornya di sekitaran Kwitang.
"Karena kebetulan kantor saya dekat sini, jadinya mampir pas jam makan siang," ujar Adit yang tengah memilih sejumlah buku di Toko Gunung Agung.
Dari 4 lantai di Toko Gunung Agung, saat ini hanya lantai dasar dan lantai 1 yang dibuka dan masih menyediakan sejumlah barang yang mayoritasnya buku.

Antrean Mengular
Imbas membludaknya pengunjung membuat antrean di kasir Toko Gunung Agung mengular.
Adapun kasir di Toko Gunung Agung hanya berada di lantai dasar.
"Ini udah hampir 1,5 jam antre belum sampai kasir juga. Panjang banget emang antreannya," kata Titis yang sedang antre menuju kasir.
Lantaran begitu mengularnya antrean membuat banyak juga pengunjung yang memutuskan batal untuk membeli.
"Panjang banget antrenya udah malas duluan. Mungkin karena udah viral di medsos ini mau tutup jadinya pada kesini semua," kata Dita yang tak jadi membeli karena antrean begitu mengular.

Sejarah Toko Buku Gunung Agung
Toko BUku Gunung Agung berencana menutup semua outletnya di akhir 2023 ini.
Netizen pun banyak yang menyayangkan dan bernostalgia dengan toko buku ini.
Berikut ini sejarah Toko Buku Gunung Agung, ritel buku yang akan menutup semua cabangnya pada akhir tahun 2023.
Baca juga: Masih Ingat Tiko Anak Ibu Eny yang Sempat Viral? Kini Menikah, Ini Sosok Nadiyah sang Istri
Toko Buku Gunung Agung adalah satu dari sekian toko buku di Indonesia yang pernah berjaya selama puluhan tahun, hingga mengalami kerugian.
Direksi PT GA Tiga Belas menjelaskan alasan penutupan seluruh cabang Toko Buku Gunung Agung.
"(Efisiensi) untuk berjuang menjaga kelangsungan usaha dan mengatasi kerugian usaha akibat permasalahan beban biaya operasional yang besar dan tidak sebanding dengan pencapaian penjualan usaha setiap tahunnya, yang mana semakin berat dengan terjadinya wabah pandemi Covid-19 di awal tahun 2020," jelas Direksi PT GA Tiga Belas secara tertulis, Minggu (21/5/2023).
"Penutupan outlet yang terjadi pada tahun 2020 bukan merupakan penutupan outlet kami yang terakhir karena pada akhir tahun 2023 ini kami berencana menutup outlet milik kami yang masih tersisa," lanjutnya.
Toko Buku Gunung Agung didirikan oleh Tjio Wie Tay atau Haji Masagung pada 1953.
Tjio Wie Tay awalnya membentuk kongsi dagang dengan Lie Tay San dan The Kie Hoat bernama Thay San Kongsie pada 1945, dikutip dari laman Gunung Agung.
Baca juga: Lucu Kita, Bu, Viral Ibu Virgoun Sebut Nasibnya Mirip dengan Ibunda Indah Permatasari
Dari Kios Rokok Menjadi Toko Buku
Kongsi dagang Thay San Kongsie awalnya menjual rokok.
Setelah kemerdekaan Indonesia, permintaan buku-buku menjadi sangat tinggi, seperti dijelaskan dalam buku Sejarah Perbukuan (2022).
Thay San Kongsie memanfaatkan peluang dengan beralih menjual buku dan majalah.
Dengan kios sederhana di Jakarta, Thay San Kongsie mampu menyediakan berbagai jenis buku.
Thay San Kongsie menyadari, keuntungan menjual buku dan majalah jauh lebih banyak daripada keuntungan menjual rokok dan bir.
Mereka kemudian fokus pada usaha toko buku dan menutup penjualan rokok dan bir.
Pada 1951, Tjio Wie Tay membeli rumah sitaan Kejaksaan di Jalan Kwitang Nomor 13, Jakarta Pusat.
Rumah itu kemudian ditata dan dibuat percetakan kecil di bagian belakang.
Baca juga: Viral ASN Terkaya di Banten, Ati Pramudji Punya Harta Rp 24 Miliar Lebih Kaya dari Kadinkes Lampung
Berdirinya Firma Gunung Agung
Seiring berjalannya waktu, Tjio Wie Tay mendirikan perusahaan bernama Firma Gunung Agung pada tahun 1953.
Ide ini ditolak oleh Lie Tay San, sehingga ia mundur dari Thay San Kongsie.
Kemudian, berdirilah Firma Gunung Agung yang ditandai dengan pameran buku di Jakarta pada 8 September 1953.

Pameran Buku Pertama
Dengan modal Rp 500.000, Gunung Agung mampu memamerkan 10.000 buku.
Pameran itu menjadi momentum awal bisnis Toko Buku Gunung Agung pada tahun 1953.
Setahun kemudian, Tjio Wie Tay kembali menggelar pameran buku lebih megah bernama Pekan Buku Indonesia 1954.
Di pameran buku ini, Gunung Agung memulai tradisi penyusunan bibliografi (daftar buku lengkap) dalam bentuk katalog.
Bahkan, Gunung Agung membentuk tim khusus bernama Bibliografi Buku Indonesia yang dipimpin oleh Ali Amran yang menjadi kepala Bagian Penerbit PT Gunung Agung.
Di Pekan Buku Indonesia 1954, Tjoe Wie Tay berkenalan dengan pemimpin Indonesia saat itu, yakni Soekarno dan Hatta.
Dari perkenalan ini, Gunung Agung dipercaya untuk menggelar pameran buku di Medan dalam rangka Kongres Bahasa tahun 1954.
Kejayaan Toko Buku Gunung Agung
Bisnis Gunung Agung kemudian semakin besar yang ditandai dengan pendirian gedung berlantai tiga di Jalan Kwitang Nomor 6, yang diresmikan langsung oleh Bung Karno pada 1963.
Di tahun yang sama, Tjoe Wie Tay mengubah namanya menjadi Masagung.
Gunung Agung pernah menerbitkan buku autobiografi "Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat" karya jurnalis asal Amerika Serikat, Cindy Adams.
Gunung Agung berhasil menjadi memperluas bisnis dengan berbagai produk.
Selain buku, Gunung Agung juga menjual alat tulis, kebutuhan sekolah, barang mewah, barang olahraga, alat musik, otomatisasi/peralatan kantor, dan produk teknologi tinggi.
Gunung Agung memiliki 14 toko yang dibuka di 10 kota besar di Pulau Jawa.
Di wilayah Jabodetabek, ada 20 Toko Buku Gunung Agung.
Baca juga: Viral ASN Terkaya di Banten, Ati Pramudji Punya Harta Rp 24 Miliar Lebih Kaya dari Kadinkes Lampung
Penutupan Toko Buku Gunung Agung
Ketika pandemi Covid-19 melanda dunia, termasuk Indonesia pada 2020, bisnis Toko Buku Gunung Agung menurun.
Toko Buku Gunung Agung telah menutup beberapa toko di Surabaya, Semarang, Gresik, Magelang, Bogor, Bekasi dan Jakarta saat pandemi.
Selain karena pandemi Covid-19, Toko Buku Gunung Agung juga kesulitan mengatasi kerugian karena biaya operasional yang besar. (*)
IKUTI BERITA LAINNYA DI SINI
Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Toko Gunung Agung Diserbu Pengunjung, Antrean Kasir Mengular Sampai 1,5 Jam, Ada Apa? dan Tribunnews.com dengan judul Sejarah Toko Buku Gunung Agung, Berawal dari Kios Rokok di Jakarta Pusat
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.