Berita Nasional Terkini
Profil Xanana Gusmao, PM Timor Leste Mendadak Jadi Sorotan usai Cium Tangan Iriana di Depan Jokowi
Perdana Menteri (PM) Timor Leste Xanana Gusmao, mendadak menjadi sorotan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN, di JCC.
TRIBUNKALTIM.CO - Perdana Menteri (PM) Timor Leste Xanana Gusmao, mendadak menjadi sorotan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN, di Jakarta Convention Center (JCC), Selasa (5/9/2023).
Aksi Xanana Gusmao mencium tangan Iriana Joko Widodo saat tiba di gedung acara, menyita perhatian publik.
Ketika masuk ke dalam gedung JCC, Xanana Gusmao yang mengenakan setelan jas warna hitam langsung berjalan menuju Iriana Jokowi yang berdiri sebelah Presiden Jokowi.
Xanana langsung mengulurkan tangan kepada Iriana yang mengenakan kebaya dan kerudung bernuansa biru.
Ketika sudah menjabat tangan Iriana, Xanana Gusmao membungkuk lalu mencium tangan Iriana.
Iriana kemudian terlihat membalas dengan sedikit membungkuk ke arah Xanana.
Setelah itu, Xanana Gusmao baru bersalaman dengan Jokowi.
Lalu, berdiri di sebelah kanan Jokowi untuk berfoto bersama.
Setelah itu, Xanana kembali bersalaman Jokowi lalu berjalan meninggalkan Jokowi dan Iriana menuju ruang pertemuan.
Baca juga: Terungkap di Mata Najwa, Mari Alkatiri Beber Penyebab Hubungannya Renggang dengan Xanana Gusmao
Baca juga: Tolak Timor Leste Merdeka & Jadi Buron PBB, Sosok Ini Dipuji dan Dapat Penghargaan dari Prabowo
Baca juga: JANGAN TERKEJUT Makan di Timor Leste, Segini Mahalnya Harga Air Mineral yang Biasa Dijual Rp 5.000
Sementara itu, Jokowi dan Iriana masih menunggu para pemimpin negara berikutnya.
Total ada 11 perwakilan negara-negara ASEAN, di luar Jokowi, yang sudah hadir di lokasi KTT ASEAN.
Mereka yang hadir adalah PM Laos Sonexay Siphandone; PM Kamboja Hun Manet; Ketua Delegasi Thailand Sarun Charoensuwan; Presiden Filipina Ferdinan Marcos Jr; PM Singapura Lee Hsien Loong; dan PM Malaysia Anwar Ibrahim.
Kemudian, PM Vietnam Pham Minh Chinh; PM Timor Leste Xanana Gusmao, PM Kepulauan Cooks Mark Brown; Presiden Bangladesh Mohammed Shahabuddin; dan Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah.
Baca juga: Inilah Penyebab Timor Leste Menolak Jadi Bagian dari Indonesia, Padahal Dijajah Portugis 400 Tahun
Profil Xanana Gusmao
Xanana Gusmao, yang punya nama asli Jose Alexandre Gusmao, lahir pada 20 Juni 1946 di Manatulo, Timor Leste.
Dia dikenal sebagai pemimpin kemerdekaan dan politisi Timor Leste yang menjabat sebagai presiden pertama (2002–2007) dan perdana menteri keempat (2007–2015) Timor Leste.
Dilansir Ensyclopedia Britannica, berikut sepak terjang sosok yang saat ini berusia 75 tahun ini hingga menjadi presiden pertama Timor Leste.
Xanana Gusmao adalah putra seorang guru.
Baca juga: Operasi Militer Indonesia ke Timor Leste Dicap Genosida Besar Abad 20, Tapi Mengapa Ditutupi Dunia?
Dia menempuh pendidikan SMA di Dili, Timor Timur, yang pada waktu itu dikuasai Portugis.
Selanjutnya, Gusmao sempat bertugas selama tiga tahun di angkatan bersenjata kolonial.
Dia juga sempat bekerja sebagai surveyor dan sebagai guru.
Pada bulan Agustus 1975, setelah percobaan kudeta oleh nasionalis Persatuan Demokratik Timor (UDT) ditumpas kelompok Fretilin, Portugis meninggalkan Timor Timur.
Gusmao, yang juga seorang anggota Fretilin, lantas membantu mengelola wilayah tersebut.
Baca juga: Akhirnya Terkuak Alasan China Tergesa-gesa Akui Timor Leste 2002 Lalu, Diungkap Peneliti Australia
Indonesia kemudian menginvasi Timor Timur pada bulan Desember 1975 dan mencaploknya sebagai sebuah provinsi.
Inilah yang mendasari sebuah perlawanan baru bagi Gusmao.
Perlawanan Xanana Gusmao kemudian berada di garis depan dalam gerakan perlawanan melawan kehadiran Indonesia.
Dia lantas menjadi kepala Falintil atau Angkatan Bersenjata untuk Pembebasan Nasional Timor Timur.
Mereka adalah sebuah kelompok revolusioner yang beroperasi dari persembunyian dan tempat-tempat di pegunungan.
Baca juga: Jadwal Acara TV Hari ini Kamis 27 Januari 2022, Jangan Lupa Indonesia vs Timor Leste di Indosiar
Pada tahun 1992, Gusmao ditangkap pasukan Indonesia, dan pada tahun berikutnya ia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.
Dia dinilai berkomplot melawan pemerintah Indonesia dan memiliki senjata secara ilegal.
Hukuman itu kemudian dipersingkat menjadi 20 tahun.
Dan, sebagai bagian dari penyelesaian yang ditengahi PBB, ia dibebaskan menjadi tahanan rumah pada Februari 1999.
Gusmao dikenal mengambil bagian aktif dalam pembicaraan dengan pemerintah Indonesia.
Baca juga: Ibu Kota Nusantara Punya Potensi Hubungkan Lintas Asean dan Perekat Kota
Gencatan senjata pun ditetapkan pada 18 Juni 1999.
Pada 30 Agustus, orang Timor Timur berpartisipasi dalam referendum untuk memilih antara otonomi di Indonesia dan kemerdekaan.
Suara mayoritas rakyat pun memilih kemerdekaan.
Akhirnya, Indonesia mulai menarik pasukannya.
Pada tanggal 25 Oktober 1999, Dewan Keamanan PBB mendirikan pemerintahan transisi, yakni UNTAET.
Baca juga: Menpan RB Terbitkan Aturan ASN WFH di Jakarta Selama KTT ASEAN, Ternyata Bukan karena Polusi Udara
Sebagai presiden Dewan Nasional Perlawanan Timor, Gusmao segera diangkat menjadi seorang pejabat senior di UNTAET.
Pada April 2002, Timor Timur mengadakan pemilihan presiden.
Gusmao pun memenangkannya dengan mudah.
Ia menjabat pada 20 Mei, ketika Timor Timur resmi merdeka.
Sebagai presiden, dia mengawal masuknya negara itu ke dalam PBB pada tahun 2002 dan ke ASEAN pada tahun 2005.
Baca juga: PLTU Suralaya dan 5 Pembangkit Raih 7 Penghargaan Tingkat ASEAN
Dia juga bekerja untuk mengembangkan ekonomi Timor Leste, yang sangat bergantung pada industri perminyakan.
Alasan BJ Habibie Lepas Timor Leste
BJ Habibie mengutarakan alasan pelepasan Timor Timur dengan fakta yang sangat cerdas.
1. Alasan Pertama
"Timtim dengan populasi sekitar 700.000 rakyat telah menarik minat dunia. Tapi saya punya 210 juta rakyat. Jika saya biarkan tentara asing mengurus Timtim, secara implisit saya berarti mengakui bahwa TNI tak bisa menjalankan tugasnya dan ini bisa berakibat buruk bagi stabilitas negara. Dan saya tak mau ambil risiko ini."
"Masalah Timor Timur sudah harus diselesaikan sebelum Presiden ke-4 RI dipilih, sehingga yang bersangkutan dapat mencurahkan perhatian kepada penyelesaian masalah nasional dan reformasi yang sedang kita hadapi."
2. Alasan Kedua
"Saya menganggap Australia sejak lama telah menjadi 'sahabat' Indonesia sejak proklamasi kemerdekaan 1945. Saya yakin bila saya biarkan tentara Australia masuk ke Indonesia, saya tidak hanya akan menghina dan mempermalukan TNI, tapi juga bila Australia masuk, apa pun keputusannya nanti, yang kalah akan menyalahkan Australia."
Atas alasan cerdas inilah Habibie pun mendapat respons yang baik dari belahan dunia, karena tidak mengandalkan kekerasan dan menumpahkan darah.
Bahkan jika dilihat dari segi ekonomi, Indonesia mendapatkan hal yang baik dari Timor-Timur. (*)
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.