Kisah Buaya Riska di Bontang

Buaya Riska Dipindahkan ke Teritip: Satu-satunya Penangkaran Buaya di Kalimantan Timur?

Buaya Riska, yang sebelumnya berhabitat di Perairan Kawasan Guntung, Bontang, kini telah dipindahkan ke Penangkaran Buaya Teritip di Balikpapan.

|
Penulis: Amilia Lusintha | Editor: Amilia Lusintha
TRIBUN KALTIM/FACHMI RACHMAN
Buaya Riska, yang sebelumnya berhabitat di Perairan Kawasan Guntung, Bontang, kini telah dipindahkan ke Penangkaran Buaya Teritip di Balikpapan. 

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Buaya Riska, yang sebelumnya berhabitat di Perairan Kawasan Guntung, Bontang, kini telah dipindahkan ke Penangkaran Buaya Teritip di Balikpapan, Kalimantan Timur.

Ya, Buaya Riska adalah salah satu buaya yang dievakuasi dari Sungai Guntung, Bontang, Kalimantan Timur, pada Selasa (2/10/2023) dini hari lalu.

Buaya yang akrab dengan Pak Ambo selama puluhan tahun, kini telah direlokasi ke Penangkaran Buaya Teritip, Balikpapan.

  Penangkaran Buaya Teritip terletak di Jalan Mulawarman No. 66, RT. 029, Kelurahan Teritip, Balikpapan Timur, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.

Penangkaran buaya ini menjadi salah satu tempat wisata di Balikpapan.

Cukup membayar Rp 20.000 perorang pengunjung sudah dapat melihat aktivitas buaya dari dekat.

Dulu sepengetahuan Tribun Kaltim, penangkaran buaya menjual sate buaya, dan gigi serta minyak buaya.

Baca juga: Benarkah Buaya Riska Ditangkap dan Dipindahkan dari Bontang ke Balikpapan? Simak Berita Terbaru

Gigi buaya dijual cukup mahal, sekitar Rp 100 perbiji, untuk sate buaya sekitar Rp 20.000-Rp 35.000 perposi.

Berdasarkan Perda Nomor 6. Tahun 2016 Tarif Tiket diantaranya:

* Tiket Per orang Rp 20.000

* Kendaraan Roda Dua Rp 2.000

* Kendaraan Roda Tiga Rp 5.000

* Berfoto dengan Reptil kecil Rp 10.000

Melansir laman Sepinggan Airport, Penangkaran Buaya Teritip, terletak 16,4 km dari Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan, pusat penangkaran buaya terkemuka di Kalimantan Timur.

LIHAT BUAYA - Wisatawan dari luar negeri melihat salah satu kandang buaya saat melakukan kunjungan wisata di Penangkaran Buaya Teritip, Balikpapan, Rabu (28/1). Sebanyak 246 wisatawan asal Eropa dan Amerika yang menggunakan Kapal Aegean Oddesey melakukan tur di Kaltim dengan tujuan Balai Konservasi Orang Utan (BOS) Samboja dan penangkaran buaya Balikpapan.
LIHAT BUAYA - Wisatawan dari luar negeri melihat salah satu kandang buaya saat melakukan kunjungan wisata di Penangkaran Buaya Teritip, Balikpapan, Rabu (28/1). Sebanyak 246 wisatawan asal Eropa dan Amerika yang menggunakan Kapal Aegean Oddesey melakukan tur di Kaltim dengan tujuan Balai Konservasi Orang Utan (BOS) Samboja dan penangkaran buaya Balikpapan. (TRIBUN KALTIM/FACHMI RACHMAN)

Berdiri sejak tahun 1991, penangkaran ini bertujuan untuk mengembangbiakkan satwa liar, memajukan industri kulit buaya, dan menjadi destinasi wisata unggulan.

Pada tahun 1997, Penangkaran Buaya Teritip resmi dijadikan obyek wisata utama Balikpapan, menarik ribuan wisatawan lokal maupun mancanegara.

Dengan luas lahan mencapai lima hektare, penangkaran ini menjadi rumah bagi tiga jenis buaya, diantaranya:

1. Buaya muara (crocodylus porosus),

2. Buaya air tawar (crocodylus siamensis), dan

3. Buaya supit (tomistoma segelly).

Meskipun buaya muara mendominasi, buaya air tawar dan supit menjadi langka.

Penangkaran Buaya Teritip ini dibagi menjadi empat kategori, termasuk anakan, penggemukan, remaja, dan induk, memungkinkan pengunjung untuk menyaksikan perilaku buaya dari dekat dan bahkan memberi makan buaya-buaya yang dipelihara.

Fasilitas yang ada di Penangkaran Buaya Teritip diantaranya ada gazebo, mushala, toilet, UKM, warung makan.

Namun, apakah Teritip Balikpapan merupakan satu-satunya penangkaran buaya di Kalimantan Timur?

Tidak, Penangkaran Buaya Teritip Balikpapan bukanlah satu-satunya penangkaran buaya di wilayah ini.

Kalimantan Timur memiliki penangkaran buaya lain, diantaranya Penangkaran Buaya Makroman Samarinda.

Melansir laman Ragam Tempat Wisata, Penangkaran Buaya ini terletak di Desa Pulau Atas, Kelurahan Makroman, Kecamatan Palaran, sekitar 17 km dari pusat Kota Samarinda.

Penangkaran ini menjadi rumah bagi tiga jenis buaya, yaitu:

1. Buaya Siam

2. Buaya Muara, dan

3. Buaya Sepit

Semua jenis buaya yang ada di sini dapat ditemui di berbagai sungai Kalimantan Timur dan daerah lain di Indonesia, menjadikan penangkaran Makroman sebagai destinasi menarik bagi para pengunjung yang ingin melihat beragam jenis buaya. 

Kedekatan Pak Ambo dengan Buaya Riska

Persahabatan Ambo dengan buaya Riska telah terjalin selama 26 tahun.
Persahabatan Ambo dengan buaya Riska telah terjalin selama 26 tahun. (YouTube fitriyani RISKA)

Buaya Riska hampir setiap hari mendatangi rumah Pak Ambo di Sungai Guntung.

Pak Ambo lantas mengetahui bahwa buaya yang mendatangi rumahnya itu merupakan betina.

Dirinya lantas memberikan nama Riska untuk buaya tersebut.

Nama Riska juga seberanya diambil dari tulisan di perahu milik Pak Ambo.

"Ada nama di perahu saya tulisannya Riska. Jadi saya kasih nama Riska karena buaya juga perempuan," ungkapnya.

Kini, persahabatan antara Pak Ambo dengan Buaya Riska telah terjalin selama 25 tahun.

Panjang Buaya Riska sekarang nyaris 5 meter.

Keduanya juga seolah memiliki ikatan batin.

Buaya Riska tak pernah sekali pun menyerang Pak Ambo.

Hal itu juga yang meyakinkan Pak Ambo untuk terus lebih dekat dengan Buaya Riska.

Bahkan, Pak Ambo kerap nekat turun ke air bermain langsung dengan Riska.

Kedekatan Keduanya Jadi Sorotan

Tangkapan layar video Nisya Saasia Ifat, adik Raffi Ahmad, saat menyusuri sungai Guntung untuk bertemu Buaya Riska.
Tangkapan layar video Nisya Saasia Ifat, adik Raffi Ahmad, saat menyusuri sungai Guntung untuk bertemu Buaya Riska. (TRIBUNKALTIM.CO/HO)

Kedekatan antara Buaya Riska dengan Pak Ambo pun kerap menuai sorotan di berbagai platform media.

Banyak warganet dan selebriti yang penasaran dan ingin bertemu langsung dengan Buaya Riska.

"Belum lama ini ada artis yang ikut liat Buaya Riska secara langsung. Saya sudah anggap Riska sebagai anak sendiri dan tidak pernah menyerang saya," terang Pak Ambo.

Kejadian adanya warga yang diserang buaya beberapa waktu lalu di Sungai Guntung, sebenarnya disayangkan Pak Ambo.

Pak Ambo pun yakin betul, jika buaya yang menyerang warga itu bukan Riska, melainkan buaya lain.

Kata Pak Ambo, ada dua buaya yang kerap menampakkan diri di pemukiman warga.

Ukurannya juga cukup besar dan sering bertemu dengan Pak Ambo.

Bahkan tak jarang Pak Ambo sering memberikan makan kala bertemu.

Pak Ambo mengenal buaya tersebut dengan panggilan buaya Ompong.

Itu ada satu namanya Buaya Ompong karena tidak ada giginya. Itu memang buaya liar. "Saya juga takut," tuturnya.

"Jadi kalau saya kasih makan, posisinya harus jauh karena saya bukan pawang,” ungkap Pak Ambo.

Buaya Riska Juga Dekat dengan Anak Pak Ambo

Buaya Riska telah menjalin hubungan sejak kecil dengan Pia, anak Pak Ambo.
Buaya Riska telah menjalin hubungan sejak kecil dengan Pia, anak Pak Ambo. (Youtube/Fitriyani Riska)

Buaya Riska juga telah menjalin hubungan sejak kecil dengan Pia, anak Pak Ambo.

Ya, selain Pak Ambo, rupanya hubungan Pia dan Buaya Riska telah terjalin selama 20 tahun.

Melalui tayangan YouTube Fitriyani Riska pada Senin (2/10/2023), terlihat kedekatan anak Pak Ambo dengan Buaya Riska.

"Sekarang umurku sudah 20 tahun, berarti kamu sudah lebih dari itu," ujar Pia, anak Pak Ambo.

Disampaikan Pia, sedari kecil, ia bersama Buaya Riska sudah main bersama.

"Aku juga sering kasih makan dulu waktu masih kecil. Sekarang besar banget, tetap bersahabat," lanjut Pia.

Tampak dari dalam videonya, anak Pak Ambo begitu menyayangi Buaya Riska, sama seperti ayahnya. (*)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved