Berita Kaltara Terkini

Kurikulum Fleksibel Bantu Puji Pulihkan Kemampuan Membaca Siswa di Tana Tidung

Studi terbaru Pusat Standar Kebijakan Pendidikan (PSKP) Kemendikbudristek dan Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI).

Editor: Aris
HO
Praktik Baik - Puji Lestari, guru kelas 1 SD Negeri Terpadu Unggul 2, Tana Tidung, Kaltara berbagi praktik baik pemulihan pembelajaran kepada guru madrasah se Jawa Timur di Surabaya Juni lalu. Puji adalah salah satu guru yang merasakan manfaat dari penggunaan kurikulum yang lebih fleksibel. HO 

”Penggunaan LAS berbeda ini kemudian hari kami kenal sebagai pembelajaran terdiferensiasi,” ujarnya.

LAS didistribusikan kepada siswa seminggu sekali. Selain LAS, guru juga meminjamkan buku cerita anak yang levelnya disesuaikan dengan kemampuan membaca siswa. Pendistribusian LAS dan buku cerita dilakukan dengan dua cara yang dilakukan bergantian. Pertama, orangtua dan siswa datang mengambil LAS ke sekolah.

Kedua, guru mengantarkan LAS ke rumah siswa. Kebijakan ini dilakukan agar guru bisa melakukan pendampingan belajar di rumah siswa. Melalui pendampingan, guru dan orangtua bisa melihat perkembangan kemampuan belajar anak. Penggunaan LAS, pendampingan, dan kegiatan membaca buku cerita ternyata berhasil meningkatkan kemampuan siswa.

Salah satu siswa yang kemampuan membacanya meningkat signifikan adalah Fauzan. Pada Juli 2020 lalu, Fauzan baru bisa membaca huruf. Puji dan orangtuanya bekerja sama membantu Fauzan. Setiap minggu sekali Puji mengantarkan LAS dan mendampingi Fauzan belajar membaca. Orangtua Fauzan mendukung dengan rutin membacakan buku cerita untuknya. Selain membacakan buku cerita, orangtua juga membantu Fauzan mengerjakan LAS.

Baca juga: Judi Online Hanya Untungkan Bandarnya, Polres Tana Tidung Kesulitan Tindak Pemainnya

Sinergi antara guru dan orangtua siswa terbukti efektif. Hanya dalam waktu tiga bulan kemampuan membaca Fauzan sudah naik ke level membaca suku kata. Lima bulan kemudian kemampuan membaca Fauzan kembali meningkat, dari level membaca suku kata menjadi lancar membaca kata. Perlahan Fauzan mulai mengenal lebih banyak huruf, suku kata, dan kata. Pada September 2020, Fauzan sudah bisa membaca buku cerita sederhana. Ia bahkan sudah bisa menceritakan isi cerita buku tersebut. Bukan hanya Fauzan yang berhasil, siswa-siswa lain juga mengalami peningkatan kemampuan membaca. Hasil asesmen diagnostik secara reguler menunjukkan perkembangan positif.

Pada Juli 2020, dari 21 siswa baru, terdapat 86 persen siswa yang hanya mengenal huruf. Jumlah tersebut berkurang menjadi 29 persen hanya dalam lima bulan. Dari 18 siswa, kini tinggal 6 siswa yang baru bisa mengenal huruf saja.

“Begitu pula pada level membaca pemahaman. Jika pada Juli 2020 hanya 10 persen yang paham membaca, pada November 2020 jumlahnya sudah meningkat menjadi 24 persen,” kata Puji mengungkapkan rasa bangganya.

Pengalaman Puji melakukan pemulihan pembelajaran menjadi modal penting mengimplementasikan kurikulum merdeka. Sekalipun kurikulum ini baru, karakteristiknya sudah lama Puji gunakan di kelas.

Studi PSKP Kemendikbudristek dan INOVASI menemukan bahwa kurikulum yang fleksibel mendorong pemulihan pembelajaran dua kali lebih cepat dibanding kurikulum 2013.

Metode pembelajaran yang menggunakan asesmen diagnostik, pembelajaran berdiferensiasi, dan penyederhanaan kurikulum yang menitikberatkan pada kemampuan dasar esensial seperti literasi dan numerasi berkontribusi kepada pemulihan pembelajaran.

Yang menggembirakan faktor-faktor kunci ini menjadi karakteristik dan prinsip utama dalam Kurikulum Merdeka.
Hasil yang mengembirakan ini telah dirangkum dalam buku Bangkit Lebih Kuat; Studi Kesenjangan Pembelajaran (2023). Buku ini telah diluncurkan Mendikbudristek Nadiem Makarim dan Wakil Duta Besar Australia Steve Scott, beberapa waktu lalu di Jakarta. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved