Berita Bulungan Terkini

Kurikulum Merdeka Jadi Payung Pemulihan Pembelajaran di Bulungan, Suparmin: Beri Kebebasan Guru

Ratusan guru SD di Kabupaten Bulungan telah terlatih melakukan asesmen diagnostik, pembelajaran berdiferensiasi, dan memfokusan pembelajaran

Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO/HO
ASESMEN DIAGNOSTIK - Jumriani guru kelas III di SD Negeri 008 Desa Binai, Kecamatan Tanjung Palas Timur melakukan asesmen diagnostik untuk menilai tingkat kemampuan membaca siswa. Penggunaan asesmen diagnostik sebagai dasar penyusunan materi belajar merupakan salah satu karakteristik Kurikulum Merdeka. TRIBUNKALTIM.CO/HO/Disdikbud Bulungan 

TRIBUNKALTIM.CO,TANJUNG SELOR - Pengalaman menjalankan program rintisan literasi kelas awal selama tiga tahun (2017- 2020) menjadi modal bagi Pemkab Bulungan, Kalimantan Utara melakukan pemulihan pembelajaran (learning recovery).

Ratusan guru SD di Kabupaten Bulungan telah terlatih melakukan asesmen diagnostik, pembelajaran berdiferensiasi, dan memfokusan pembelajaran pada materi esensial yaitu literasi, numerasi, dan karakter.

Ketiga komponen tersebut merupakan karakteristik Kurikulum Merdeka.

Berkat modal itu pula, Bulungan berhasil melampaui target skor rerata kemampuan literasi SD untuk SPM (Standar Pelayanan Minimal) Pendidikan 2023 dan 2024.

Baca juga: Dua Strategi Syarwani Siapkan SDM Masyarakat Bulungan, Siap Mendukung Pembangunan KIHI Tanah Kuning

Baca juga: Alasan Konsep Food Estate tak Bisa Digunakan di Bulungan Kaltara, Soroti soal IKN Nusantara

Berdasarkan hasil Asesmen Nasional (AN), rerata skor kemampuan literasi SD Bulungan tahun 2023 adalah 58,46.
Skor ini melebihi target tahun 2023 yaitu 53,56 dan melampaui target tahun 2024 yaitu 56,11.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Bulungan Suparmin Setto begitu antusias menjawab pertanyaan soal Kurikulum Merdeka.

“Kami mendukung hadirnya Kurikulum Merdeka,” jawabnya tegas, beberapa waktu lalu.

Suparmin mengatakan, Kurikukum Merdeka memberikan kebebasan yang dibutuhkan guru.

Karakteristik Kurikulum Merdeka, seperti asesmen diagnostik, pembelajaran berdiferensiasi, dan fokus pada materi esensial, sudah terbukti efektif membantu siswa meningkatkan keterampilan literasi, numerasi, dan karakter.

Karakteristik ini sudah digunakan Bulungan jauh hari sebelum Kurikulum Merdeka diluncurkan Kemendikbudristek.
“Kehadiran Kurikulum Merdeka ini seperti memberi kami payung untuk menghadapi musim hujan,” jelasnya.

Suparmin menggunakan metafora ”hujan” guna menjelaskan dampak pandemi Covid-19.

Sejak virus Corona masuk Indonesia pada Maret 2020, jutaan siswa harus belajar dalam kondisi darurat.

Dua tahun belajar dalam kondisi darurat menyebabkan banyak siswa kehilangan kemampuan belajarnya.

Jumlah siswa ini akan terus bertambah jika pemerintah tidak punya senjata untuk melakukan pemulihan kemampuan belajar.

Senjata itulah yang Suparmin maksud sebagai “payung” yang kini bernama Kurikulum Merdeka.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved