Berita Samarinda Terkini
Dapat Dukungan Pemkot Samarinda, Obstacle Dekat Bandara APT Pranoto Diupayakan Segera Selesai
Dapat dukungan Pemkot Samarinda, obstacle dekat Bandara APT Pranoto diupayakan segera selesai.
Penulis: Mohammad Fairoussaniy | Editor: Diah Anggraeni
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Obstacle atau hambatan penerbangan dekat bandara APT Pranoto Samarinda di sekitar Kelurahan Budaya Pampang, Kecamatan Samarinda Utara, diupayakan segera selesai.
Untuk menyelesaikan obstacle tersebut, pengelola Bandara APT Pranoto telah meminta dukungan Pemkot Samarinda dan Pemprov Kalim.
Demikian yang disampaikan kepala seksi (kasi) masing-masing sektor kepada TribunKaltim.co di Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) APT Pranoto, Kamis (23/11/2023).
Dipaparkan bahawa keselamatan merupakan hal utama dalam layanan penerbangan.
Safety first adalah slogan sehingga menjadi kewajiban penyelenggara bandara.
Hal itu berdasarkan Undang-undang No 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor 83 Tahun 2017 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan sipil bagian 139 tentang Bandar Udara.
Oleh karena itu, Bandara APT Pranoto terus berbenah memperbaiki layanan, utamanya safety.
Baca juga: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kaltim Gandeng Bandara APT Pranoto Sosialisasi CBP Rupiah dan QRIS
Baca juga: Arus Balik Lebaran 2023 Mulai Alami Kenaikan di Bandara APT Pranoto Samarinda
Baca juga: Arus Balik Lebaran 2023 di Bandara APT Pranoto Samarinda Diprediksi Ramai pada H+4 Besok
Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) APT Pranoto Maeka Rindra Hariyanto mengatakan bahwa obstacle tersebut berupa permukiman, fasilitas umum, dan pohon.
Ketinggian obstacle mencapai 6,9 persen atau 60 meter dengan jarak sekitar kilometer dari ujung permukaan runway strip.
Hal itu tak sesuai jika jika mengacu pada aturan kawasan keselamatan operasional penerbangan (KKOP) yang seharusnya pada radius 15 kilometer.
Sedangkan tinggi bangunan memiliki batas aman yang diizinkan dan dapat diatur pada jarak tersebut yang idealnya minimal sekitar 2 persen atau 28,91 meter.
"Padahal area ini kerap menjadi titik untuk take off maupun landing atau critical area," sebutnya, Kamis (23/11/2023).
Pihaknya pun menyambut baik keinginan Pemkot Samarinda untuk membenahi obstacle tersebut.
Hal itu disampaikan Pemkot Samarinda saat rapat dengan pihaknya pada Rabu (22/11/2023).
Menindaklanjuti hasil rapat, pihaknya akan membentuk tim bersama OPD terkait dan segera melakukan tinjauan lapangan.
"Kami berharap bisa dibantu sebagaimana kemampuan pemkot. Semua demi meningkatkan keamanan dan keselamatan dalam operasional penerbangan di Bandara APT Pranoto" harap Maeka.
Baca juga: Dukung Optimalisasi Layanan Mudik Lebaran, Pupuk Kaltim Serahkan 25 Troli ke Bandara APT Pranoto
Lebih lanjut, ia juga berharap aturan bangunan bisa dituangkan dalam peraturan daerah atau peraturan walikota.
Hal ini mengingat obstacle itu masuk dalam radius KKOP, sehingga berada di daerah lingkungan kepentingan (DLKp) dan menjadi kewenangan pemerintah daerah.
Nantinya ketika ada usulan bangunan baru setelah bandara beroperasi, minimal mendapat rekomendasi atau izin dari Kantor Otoritas Bandar Udara wilayah VII Balikpapan.
"Saat ini kami menjamin penerbangan dari dan menuju APT Pranoto aman, safety sekali. Semua yang kini dilakukan untuk lebih meningkatkan keamanan dan keselamatan penerbangan," tegasnya.
Sebelumnya, Pemkot Samarinda memberi respons positif terhadap usulan pengelola Bandara APT Pranoto terkait kebutuhan lahan untuk mitigasi obstacle dan pemasangan instrument landing system (ILS).
Baca juga: Puncak Arus Mudik melalui Bandara APT Pranoto Samarinda Diprediksi Tiga Hari Jelang Idul Fitri
Sementara itu, Kepala Seksi Teknik dan Operasi Bandara APT Pranoto Dwi Muji Raharjo mengatakan, obstacle di sekitar runway 22 berupa dua tower pemancar base transceiver station (BTS) yang memiliki ketinggian melewati batas area KKOP telah dipangkas melalui koordinasi baik antara bandara dan operator selular.
"Tersisa obstacle di runway 04 (sekitar Pampang). Kalau dalam pengecekan lapangan nanti obstacle lebih dulu ada ketimbang kehadiran bandara, diharapkan ada toleransi ketinggiannya. Misal dengan memotong pohon atau relokasi rumah dan tiang listrik dan memangkas bukit," jelas Dwi Muji.
Jika obstacle bisa dikurangi, maka faktor risiko tentu juga berkurang.
Namun jika bicara operasional bandara saat ini aman saja.
Sekitar runway 04 merupakan daerah critical saat take off maupun landing.
Penanganan obstacle penting untuk penempatan instrument landing system (ILS) oleh Airnav Indonesia.
Dengan begitu, sisi udara Bandara APT Pranoto semakin lengkap, terlebih ada penambahan fasilitas PAPI.
"Kalau ada yang bertanya apakah Bandara APT Pranoto bisa digunakan malam hari, saya tegaskan bisa. Tinggal maskapai, apakah bersedia atau berminat melayani penerbangan malam," pungkas Dwi Muji. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.