Berita Kukar Terkini
Cerita Guru Honorer di Kukar, Beban Kerja Berat Gaji Tersendat, Upah di Bawah Standar
Sekolahan tersebut hanya berjarak beberapa puluh meter dari rumahnya di Kecamatan Anggana, Kutai Kartanegara.
Penulis: Miftah Aulia Anggraini | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, TENGGARONG - Rahma, bukan nama sebenarnya, masih kuliah di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mulawarman Samarinda, saat memasukkan lamaran kerja ke sekolah dasar.
Sekolahan tersebut hanya berjarak beberapa puluh meter dari rumahnya di Kecamatan Anggana, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Setelah menunggu beberapa hari, ia mendapat kabar diterima sebagai seorang guru honorer di Sekolah Dasar tersebut.
“Pertama kali saya mengajar pada Januari 2016. Motivasi saya mencari pemasukan,” kata perempuan berusia 25 tahun yang enggan disebut nama aslinya itu, Sabtu (25/11/2023).
Baca juga: Kepala Sekolah SMPN 1 Long Bangun Mahulu Pernah jadi Guru Honorer, Harus Cari Kerja Tambahan
Pada awal mengajar, Rahma mengaku, mendapat upah Rp 250 ribu per bulan selama dua tahun.
Pada tahun 2018, upahnya naik menjadi Rp 500 ribu per bulan.
Gaji di atas Rp 1 juta baru dirasakannya setelah mengajar selama empat tahun.
Pada 2020, ia mendapat gaji pokok Rp 1,5 juta plus insentif mengajar dari Pemprov Kalimantan Timur sebesar Rp 1 juta per bulan. Itu pun di bawah UMK Kukar 2023, Rp. 3.394.513,77.
“Gaji Rp 2,5 juta itu tak pernah cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari,” keluhnya.
Saya Jualan Jilbab
Ia juga mengaku, menjadi guru honorer cukup berat karena harus menanggung banyak beban kerja.
Dia menyebut, hampir semua mata pelajaran ditanggungnya, kecuali agama dan olahraga.
“Dalam satu hari, saya bisa mengajar 25 murid selama tiga jam,” sambungnya.
Kecilnya upah guru honorer membuat Rahma harus memutar otak. Agar tetap bisa menyambung hidup, ia membuka les khusus siswa SD di kediamannya.
“Selain itu, saya jualan jilbab,” tambahnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.