Berita Nasional Terkini

5 Fakta Ratusan Pria Hidung Belang di Samarinda Tertipu 'Luna', Pemilik Akun Ternyata Pria

Ratusan pria hidung belang di Samarinda tertipu akun 'Luna', banyak ada yang sampai jadi korban pemerasan.

|
Editor: Doan Pardede
TRIBUNKALTIM.CO/RITA LAVENIA
Rendi Agustio (34) yang menipu ratusan pria dengan akun bernama Luna untuk melakukan pemerasan saat dihadirkan dalam rilis di Mapolresta Samarinda, Selasa (5/12/2023). 

Namun, dua kali berhasil mendapatkan korban, ia ketagihan dan menjadikan aksi penipuan itu sebagai mata pencahariannya.

"Di Samarinda banyak yang nyari cewe BO (booking). Makanya mudah nyari korban," hanya itu kata yang sempat diucapkan Rendi sebelum dituntun kembali ke dalam sel. 

Baca juga: Polres Paser Bekuk 4 Tersangka Tindak Pidana Perdagangan Orang, Ada 5 Korban Satu di Bawah Umur

Berita Lainnya: Tega Tawarkan Pacar di MiChat 3 Pria di Kukar Diamankan Polisi

Tiga pemuda di Kutai Kartanegara yakni MJ (18), DL (20), dan MH (18) tega menjajakan pacarnya sendiri lewat aplikasi MiChat dengan metode Open Booking Order (BO).

Sekali kencan, ketiga pelaku menberikan tarif yang mencapai Rp350 ribu

Ketiganya diciduk polisi dalam kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di Kutai Kartanegara

Kini 3 orang pelaku prostitusi online lewat aplikasi MiChat tersebut berhasil diringkus anggota Polres Kukar.

Pengungkapan itu, bermula dari adanya laporan masyarakat, mereka melihat aktivitas mencurigakan yang terjadi di salah satu hotel melati.

Setelah ditelusuri pihak kepolisian, didapati adanya tiga orang gadis di bawah umur yang dijual untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. 

"Korban merupakan kekasih dari para tersangka yang menjajakan pacarnya melalui aplikasi Michat," kata Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Kukar, Ipda Irma Ikawati, Sabtu (17/6/2023).

Para pelaku MJ, DL, dan MH menawarkan pacarnya sendiri dengan memposting foto di MiChat.

Tiga korban dan tiga tersangka ini merupakan warga Banjarmasin yang datang ke Kukar untuk melakukan perdagangan manusia. 

“Memang mereka (korban) sudah ber-KTP pada saat ini, tapi setelah kita lihat secara teliti mereka belum 18 tahun,” ujarnya.

Menurut Irma, para korban bekerja atas keinginan sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup, sebab orang tua tidak lagi mencukupi keperluan. Pekerjaan itu dilakoni korban atas kesadaran sendiri tanpa iming-iming dari mucikari. 

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved