Berita Nasional Terkini

Jokowi Diserang Bertubi-tubi Eks Ketua KPK juga Eks Menteri-menteri, Pemerintah Bentuk Media Center

Jokowi diserang bertubi-tubi eks Ketua KPK juga eks menteri-menteri, pemerintah bentuk media center..

|
Editor: Rafan Arif Dwinanto
Tangkap Layar YouTube Sekretariat Presiden
Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat melepas bantuan kemanusiaan tahap 2 untuk Palestina, Senin (20/11/2023). 

Jadi bukan sekretariat politik tapi ketika ada sekelompok orang atau salah satu kelompok yang memberikan atau mempertanyakan atau katakanlah menyerang pemerintah dengan narasi yang tidak benar kami berhak melakukan klarifikasi.

Tapi saya tegaskan lagi di sini bukan untuk urusan politik," tuturnya.

Baca juga: AMIN Tak Kompak? Anies Terus Kritik IKN Nusantara Saat Kampanye, Tapi Cak Imin Mau Lanjutkan

Serangan eks Ketua KPK dan eks Menteri ESDM

Publik tercegang mendengar kesaksian Agus Rahardjo bahwa Presiden Jokowi ternyata tebang ilih dalam pemberantasan korupsi.

Pengakuan Agus Rahardjo diperkuat oleh eks Menteri ESDM Sudirman Said, yang kini masuk dalam tim sukses Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN).

Bahwa Presiden Jokowi sangat melindungi mantan Ketua DPR RI Setya Novanto (Setnov), yang kala itu mendukung pemerintah lewat Partai Golkar.

Sudirman Said mengaku pernah dimarahi oleh Presiden Jokowi di Istana karena melaporkan Setnov yang saat itu menjabat Ketua DPR RI ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR.

Laporan itu terkait polemik kasus 'papa minta saham' yang turut menyeret nama Setnov.

"Ketika saya melaporkan kasus Pak Novanto ke MKD itu Presiden sempat marah, saya ditegor keras dituduh seolah-olah ada yang memerintahkan atau ada yang mengendalikan," ujar Sudirman kepada wartawan, Minggu (3/12/2023).

Kasus itu adalah skandal politik yang menyeret nama Setnov setelah diduga mencatut nama Presiden Jokowi untuk meminta saham PT Freeport Indonesia.

Sudirman lantas membuka rekaman pembicaraan Setnov dengan pengusaha Riza Chalid, dan Direktur Freeport Maroef Sjamsoeddin dalam sidang laporannya di MKD DPR.

Pada rekaman itu, Setnov turut menyebut nama Luhut Binsar Panjaitan (Kepala Staf Presiden) sebanyak 66 kali.

Luhut membantah terlibat dan sempat dipanggil oleh Majelis MKD.

Dua pekan setelah laporan Sudirman atau tepatnya 16 November 2015, Setnov menyatakan mundur dari jabatannya sebagai Ketua DPR. Kemudian, Setnov pun menjadi tersangka dalam kasus korupsi e-KTP.

Baca juga: Akhirnya Gibran Minta Maaf, Putra Jokowi Ngaku Salah Ucap, Soal Asam Sulfat Dibutuhkan Ibu Hamil

Diserang Eks Menteri Agama

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved