Berita Nasional Terkini

Baliho Jokowi Alumni Paling Memalukan di UGM, Ketua BEM Gielbran Ungkap Sederet Alasannya

Baliho Jokowi alumni paling memalukan di UGM terpasang di kampus Universitas Gadjah Mada. Ketua BEM KM UGM ungkap alasannya.

TRIBUNJOGJA.COM/Azka Ramadhan
Penyerahan sertifikat alumni UGM paling memalukan dari BEM KM untuk Presiden Jokowi, di Bundaran UGM, Yogyakarta, Jumat (8/12/2023). Baliho Jokowi alumni paling memalukan di UGM terpasang di kampus Universitas Gadjah Mada. Ketua BEM KM UGM ungkap alasannya. 

Yaitu mengenakan almamater UGM berikut caping berpadu dengan Jokowi memakai jas dan mahkota raja. Baliho tersebut terpasang di 3-4 titik di seputar kampus UGM.

Selain itu, wajah Jokowi dalam bentuk topeng juga dihadirkan dalam kursi kosong di diskusi tersebut.

Baca juga: Ganjar Siap Berkantor di IKN Nusantara Bila Menang Pilpres, Paham Visi Jokowi Pindahkan Ibu Kota

Di akhir acara, panitia menyerahkan kajian berikut sertifikat alumnus paling memalukan kepada manipulasi Jokowi yang diperankan oleh perwakilan massa.

Nantinya sertifikat dan kajian itu bakal dilayangkan melalui Pos ke Istana Presiden.

Gielbran menilai, Joko Widodo tidak mencirikan lagi nilai-nilai UGM.

Joko Widodo, di akhir masa pemerintahan justru menghendaki perpanjangan kekuasaan laiknya seorang raja Jawa. Tanpa memperhatikan nilai etik.

"Belum lagi bicara dinasti politik beliau, yang jelas terpampang di depan mata kita. Sehingga saya rasa seperti tadi tidak ada momentum selain sekarang untuk menobatkan beliau sebagai alumnus paling memalukan," kata dia.

Penyerahan sertifikat alumni UGM paling memalukan dari BEM KM untuk Presiden Jokowi, di Bundaran UGM, Yogyakarta, Jumat (8/12/2023).
Penyerahan sertifikat alumni UGM paling memalukan dari BEM KM untuk Presiden Jokowi, di Bundaran UGM, Yogyakarta, Jumat (8/12/2023). (TRIBUNJOGJA.COM/Azka Ramadhan)

Mimbar diskusi publik di Bundaran UGM ini menghadirkan narasumber Aktivis Hak Asasi Manusia, Fatia Maulidiyanti dan akademisi sekaligus peneliti Hukum Tata Negara Indonesia, Dr. Zainal Arifin Mochtar.

Diskusi ini juga menghadirkan koordinator Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) tahun 2010-2016, Haris Azhar.

Dalam diskusi tersebut, Fatia berbicara tentang indeks demokrasi Indonesia yang mengalami penurunan.

Ia mengawalinya dengan tahun 2014, ketika Presiden Joko Widodo dianggap sebagai new hope karena berangkat dari kebaruan yang tidak memiliki rekam jejak buruk di masa lalu.

Bahkan Jokowi sangat tenar dengan gaya blusukannya dan Nawacita.

Pada saat Pilpres berhasil meraup suara hingga 70 persen di Papua. Namun pada akhirnya, kata Fatia harapan tersebut gugur.

"Karena mengangkangi semua janjinya. Pada akhirnya, membawa Indonesia mengalami penurunan indeks demokrasi," kata Fatia.

Baca juga: Ganjar Siap Berkantor di IKN Nusantara Bila Menang Pilpres, Paham Visi Jokowi Pindahkan Ibu Kota

Sementara itu, Akademisi Zainal Arifin Mochtar bicara tentang praktek pemberantasan korupsi yang dinilai jalan di tempat.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved