Berita Balikpapan Terkini
Sukses Elleysia, Keliling Jual Kacang Goreng Rp 800 Kini Punya Outlet Oleh-oleh, Dibantu Modal BRI
Sukses Elleysia, dari Keliling Jual Kacang Goreng Rp 800 kini Punya 2 Outlet Oleh-oleh, Dibantu Modal BRI
Penulis: Rita Noor Shobah | Editor: Rita Noor Shobah
TRIBUNKALTIM.CO - Saat menjejakkan kaki di Balikpapan, Kalimantan Timur 10 tahun lalu, Elleysia Miftahul Jannah tak punya mimpi muluk-muluk.
Ia hanya coba bertahan hidup di kota yang tak ada satupun orang yang ia kenal.
Saat itu wanita berusia 40 tahun ini hanya membawa sekoper pakaian dan uang kurang lebih Rp 5 juta saat pergi dari Jombang, Jawa Timur.
Elly, demikian ia biasa disapa, tak menyangka 9 tahun kemudian, ia sudah punya 1 outlet oleh-oleh.
Baca juga: Kisah Maya, Menangguk Laba dan Rasakan Efek Domino jadi Agen BRILink, Capai 100 Transaksi per Hari
Bahkan, akhir Desember 2023 outlet oleh-olehnya akan bertambah 1 lagi.
Uniknya usaha oleh-oleh dan merchandise diawali dari jualan camilan kacang goreng rencengan.
Kacang goreng yang dikemas dengan kemasan plastik lalu dibuat berenceng.
1 renceng isi 10 plastik kemasan kecil yg ia banderol Rp 800 per bungkus.
Dengan modal yang ia bawa sekitar Rp 5 juta, Elly gunakan untuk membayar sewa rumah, dan modal untuk jualan kacang goreng.
"Saat itu saya belum berpikir untuk menetap di Balikpapan. Usaha yang saya lakukan saat itu hanya untuk bertahan hidup," kata perempuan berambut panjang ini.
Semua ia lakoni sendiri, mulai dari belanja, memasak, mengemas, hingga memasarkannya dengan berkeliling dan menitip di warung-warung.
"Saya bikin kacang rencengan gitu, saya jual Rp 800 per bungkus. Titip di warung-warung di pasar dan terminal BP Balikpapan. Alhamdulillah laris," katanya.
Setahun, Elly fokus membangun bisnis kacang gorengnya.
Elly kemudian mulai mengembangkan dagangannya dengan level di atasnya untuk segmen ekonomi menengah.
Elly kemudian mencoba jualan camilan yang dibanderol harga Rp 10 ribu, seperti makaroni, keripik tempe, sus kering, dan lain-lain.
Sayangnya, keberlangsungan diversifikasi usahanya ini tak seindah yang Elly bayangkan.
Pangsa pasar menengah lebih sulit ditembus. Hanya 3 bulan, banyak produknya yang retur.
Elly pun mengaku depresi. Dengan modal tak besar, ia harus menanggung retur produk yang cukup banyak.
Untungnya, Elly tak pernah melepas bisnis kacang gorengnya, meski kemudian kompetitor makin banyak.
Setidaknya, uang dari penjualan kacang goreng masih bisa buat biaya operasional dan bertahan hidup.
Di tengah kekecewaan karena banyak barang dagangannya yang dikembalikan, Elly teringat akan kesukaannya pada pernak-pernik atau merchandise oleh-oleh.
Ia pun mencoba berjualan gantungan kunci dan magnet kulkas sambil tetap memproduksi camilan.
Semua komoditi produksinya tak ada yang ia jual langsung ke end customer.
Semua ia titip di pusat oleh-oleh Kebun Sayur Balikpapan, dan warung-warung.
Pada 2015 Elly bertemu 'jodoh' bisnis merchandise-nya saat ia bertemu teman di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Elly dibawa temannya ke pusat oleh-oleh di Martapura, Kalsel.
Di sana, ia melihat celah usaha yang bisa ia geluti, yakni merchandise oleh-oleh.

Dengan keterampilan berbicara dan marketing yang ia miliki, Elly pun menawarkan produknya ke outlet-oultet oleh-oleh di Martapura itu.
"Mereka mau, tapi buka beli putus, jadi titip jual gitu. Kalau barang laku baru uangnya dibayar. Oke saya setuju, dan saya data puluhan penjual yang mau kerja sama," tutur Elly.
Dari situ ia pun makin giat membuat gantungan kunci, magnet kulkas, asbak, sedotan bambu dan pernak-pernik lainnya.
Elly juga mendesain magnet kulkas dengan ciri daerah masing-masing.
Tak hanya itu, Elly juga mensuplai camilan ke sentra oleh-oleh di Martapura ini.
Sukses di Banjarmasin, Elly juga merambah ke Samarinda (Kalimantan Timur), kota tetangga Balikpapan.
Di tengah perjalanan usahanya yang masih kecil-kecilan, Elly terbentur pada tempat tinggalnya yang masih sewa.
Sementara ia butuh tempat yang permanen dan tetap, karena ia harus menampung karyawan dan tempat produksi dan menyimpan stok barang.
Akhirnya Elly mengajukan pinjaman ke Bank BRI.
Bank BRI menjadi tujuan pertamanya karena dikenal pelayanannya yang cepat dan marketing yang ramah,
Bantuan dari Bank BRI pertama yang sangat ia rasakan adalah ia bisa beli rumahnya saat ini lewat KPR BRI.
"Saya waktu itu takut berhutang. Apalagi saya tidak punya slip gaji karena buka karyawan. Tapi Bank BRI memberi kemudahan. Saya akhirnya bisa punya rumah lewat KPR BRI," tutur Elly.
Saat punya rumah, usahanya makin mantap. Elly jadi lebih tenang dalam bekerja, karena tak khawatir sewa rumah tak boleh diperpanjang pemilik rumah.
Dengan rumah sendiri, ia lebih leluasa berkarya dan berusaha.

Namun, usaha tak selalu berjalan mulus. Elly beberapa kali kena tipu juga.
Ia ditipu vendor kayu, vendor batok kelapa, dan terbaru ia juga tertipu Rp 8 juta.
Hingga pada 2018, Elly memutuskan kembali menerima bantuan Bank BRI lewat pinjaman KUR untuk menambah modal usahanya.
"Sebenarnya saya nggak berani berhutang. Karena dari keluarga tidak dibiasakan seperti itu, tapi BRI memberi banyak kemudahanan untuk UMKM seperti saya. Syaratnya sangat mudah, uang pinjaman cairnya tidak lama. Dan yang paling penting bunganya sangat ringan," tutur Elly.
Di pinjaman pertama ia meminjam KUR Rp 50 juta dengan durasi cicilan 2 tahun.
Uang itu ia gunakan untuk menambah modal usahanya, seperti bikin kemasan produk dan lain-lain.
Pada 2020-2021 badai ekonomi akibat wabah Covid-19 juga juga melanda bisnis Elly.
Barangnya banyak yang stagnan. Resellernya dari berbagai daerah berhenti total. Barang jualannya pun menumpuk di rumah.
Melihat kondisi barang yang menumpuk, Elly memutuskan untuk juga membuka outlet oleh-oleh sendiri.
Selain tetap menjadi suplier di toko-toko atau outlet lain.
Pada Oktober 2022, Elly akhirnya membuka outlet oleh-oleh miliknya sendiri. Ia beri nama Gerai Oleh-oleh Bumi Indonesia Jl Marsma Iswahyudi No 9 RT 16, Sepinggan Raya, Balikpapan.
Elly pun menambah lagi pinjaman KUR BRI Rp 50 juta juga dengan durasi cicilan yang sama, 2 tahun.
Dengan tambahan modal dari BRI, usaha Elly makin moncer.
Kesuksesan Elleysia tak ia nikmati sendiri.
Saat ini ia punya 5 karyawan dan 1 sopir yang bekerja langsung di bawah koordinasinya.
Ia juga memiliki reseller di kota-kota lain yang menikmati dari berbagi keuntungan menjual produk milik Elly.
Produk dengan merk RSA miliknya bisa ditemui di outlet oleh-oleh di Balikpapan, Samarinda, Banjarmasin, dan di bandara-bandara.
Setahun membuka outlet oleh-oleh, Elly bisa memperoleh omzet Rp 40 juta hingga 50 juta sebulan. Belum termasuk produk-produknya yang juga ia pasarkan dan titipkan di luar kota dan outlet-outlet lain, dan juga bandara.
Tak hanya karyawan dan reseller, vendor-vendor yang bekerjasama dengan Elly pun makin banyak.
People helping people, begitu Elly memberi makna dalam bisnisnya, tak pragmatis hanya cuma urusan uang.
Dan yang tak ia duga sebelumnya, outlet oleh-oleh keduanya yang ia beri nama RSA Food & Gift, juga akan segera dibuka pertengahan atau akhir Desember 2023.
Realita yang sebelumnya tak pernah berani ia impikan.
Kini Elly justru makin berani bermimpi, ia memasang target suatu saat produk hasil UMKM Kriya-nya bisa ia pasarkan keluar negeri.
Oleh karena itu ia tetap bersama Bank BRI, karena punya tujuan yang lebih tinggi dan ingin jangkauan usaha yang lebih luas.
Bantuan Modal UMKM di Bank BRI, Syarat Mudah Proses Cepat
Terpisah, Supervisor Bank BRI Unit Manggar, Balikpapan Timur, Muhammad Alfian Rachmad mengatakan ada 3 bantuan modal pinjaman untuk pelaku usaha Ultra Mikro dan Usaha Mikro, Kecil Menengah (UMKM) di Bank BRI.
Pinjaman itu yakni Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang merupakan program Pemerintah, lalu ada Kredit Umum Pedesaan (Kupedes), dan Pinjaman UMI (Ultra Mikro).
BRI memberi makna Indonesia salah satunya dengan membantu dan mendampingi ulta mikro dan UMKM untuk tumbuh berkembang.

Pembiayaan kepada UMKM baik perbankan atau lembaga keuangan merupakan hal terpenting agar UMKM dapat naik kelas.
Produk pinjaman modal Bank BRI jadi salah satu produk favorit di Bank pelat merah ini.
Pasalnya, mekanisme dan syaratnya mudah, pencairannya pun cepat.
Pinjaman KUR misalnya, nasabah bisa meminjam hingga Rp 50 juta di unit Bank BRI, dan 100 juta di cabang Bank BRI.
Sedangkan Kupedes bisa mencairkan pinjaman hingga Rp 250 juta.
Sementara pinjaman UMI untuk Ultra Mikro paling besar Rp 10 juta.
Untuk syarat BRI pun relatif mudah. Untuk pinjaman KUR cukup punya usaha yang sudah berjalan, tak perlu ada jaminan.
Sedangkan Kupedes, harus ada usaha dan jaminan berupa BPKB mobil atau sertifikat tanah.
"Di Balikpapan pinjaman modal KUR dan Kupedes bisa diakses semua kalangan UMKM. Ada nasabah peminjam tukang gorengan, ojek online, penjual ikan, hingga penjual jasa seperti bengkel, dan lain-lain," kata Alfi.
Alfi mengimbuhkan, tak hanya sekadar memberi bantuan pinjaman modal, Bank BRI juga memberikan pendampingan agar usaha para UMKM bisa berkelanjutan. (TribunKaltim.co/Rita)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.