Tribun Kaltim Hari Ini
Dampak Molornya Proyek DAS Ampal MT Haryono Balikpapan, Pemilik Usaha Ngeluh Omzet Anjlok
Molornya pengerjaan proyek pengendalian banjir atau Daerah Aliran Sungai (DAS) Ampal di kawasan MT Haryono, Balikpapan membuat warga mengeluh
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Molornya pengerjaan proyek pengendalian banjir atau Daerah Aliran Sungai (DAS) Ampal di kawasan MT Haryono, kota Balikpapan menyisakan keluhan warga sekitar lokasi.
Pantauan Tribunkaltim.co di salah satu titik proyek, tepatnya di depan perumahan Citra City Balikpapan, Selasa (2/1), beberapa jalan masih terlihat berlubang,
Sejumlah material proyek juga teronggok di pinggiran jalan.
Belum lagi, sederet kendaraan alat berat yang 'terparkir' di kiri bahkan kanan jalan. Sehingga cukup mengganggu arus lalu lintas di wilayah tersebut.
Baca juga: Warga Balikpapan Keluhkan Debu dan Becek karena Dampak dari Proyek DAS Ampal
Baca juga: Kontrak Proyek DAS Ampal Balikpapan Diperpanjang 50 Hari, Warga: Ini Agak Aneh
Baca juga: Pemkot Perpanjang Kontrak Proyek DAS Ampal Balikpapan Karena Kontraktor Layak untuk Selesaikan
Tak hanya itu, dataran tanah juga ada yang terlihat miring di sejumlah area depan toko atau rumah di pinggir jalan lokasi proyek.
Akibatnya, beberapa usaha milik warga yang berada di pinggir jalan tersebut sempat 'mati suri'. Sebab, akses masuk yang membuat pelanggan tak nyaman dengan rekahan tanah, debu, dan becek dari genangan lubang setelah hujan di area tersebut.
"Awalnya itu, bulan Agustus atau September, pembongkaran pas di depan kita. Waktu itu omset saya anjlok banget. Tapi sekarang sudah mulai dicor, cuma dampaknya masih banyak debu," kata seorang pemilik usaha kuliner yang meminta namanya dirahasiakan.
Ia membeberkan, bisnis kuliner yang ia bangun sejak akhir tahun 2022 sempat mengalami penurunan omset drastis karena pembongkaran area depan warungnya karena proyek pengendalian banjir.
Ia mengaku selama kurang lebih 2 bulan, bisnisnya "merangkak" mencoba bertahan di tengah banyaknya toko atau kios kecil yang tutup saat pengerjaan proyek tersebut.

Ia mencoba bertahan dengan menjual produk kulinernya, yakni pempek melalui media sosial. "Kita buka pemesanan lewat online. Jadi terbantu karena itu. Tapi kalau orang makan di sini, benar-benar gak ada. Dua bulan, kosong. Kalau gak ada online, gak tau sudah gimana," keluh wanita berusia 50 tahun itu
Meski begitu, ia membeberkan, kini area depan warung pempeknya itu telah dicor. Sehingga cukup memudahkan akses pelanggan untuk membeli dan perlahan memulihkan pendapatannya.
"Cuma, karena debu, orang masih takut ke sini. Jadi masih banyak orang gak mau mampir," jelasnya.
Hal serupa juga, dialami oleh Pemilik Blitz Auto Variasi Mobil, Alfian. Ia mengaku, bisnis yang telah ia geluti sejak 2015 itu juga sempat mengalami penurunan omset Rp50 juta hingga Rp60 juta saat pembongkaran area depan bengkelnya dilakukan pada Oktober lalu.
Tak hanya itu, bahkan, ia juga sempat merumahkan sekitar 4 orang dari 15 karyawan yang dimilikinya. Sontak, selama 2 bulan bisnis variasi mobil itu juga 'merangkak'.
"Waktu pembongkaran, ada customer yang sudah di depan, gak berani karena jembatannya gak layak. Tapi kami tetap buka, karena kami juga punya klien perusahaan. Jadi kadang kami kerjakan di luar. Tetap ada customer masuk, tapi tak sebanyak sebelum pembongkaran," jelasnya.
Baca juga: Komentar Walikota Rahmad Masud soal Pengerjaan Megaproyek DAS Ampal Balikpapan Molor
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.