Pileg 2024

Strategi Kelola Stres Hadapi Kegagalan di Pemilu 2024 ala Dosen Psikologi Ayunda Ramadhani

Himpunan Psikologi Indonesia Kalimantan Timur (HIMPSI Kaltim) Ayunda Ramadhani, mengatakan bahwa kegagalan caleg

Penulis: Sintya Alfatika Sari | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO/SINTYA ALFATIKA
Dosen Program Studi Psikologi FISIP Universitas Mulawarman sekaligus Ketua Ikatan Psikologi Klinis Himpunan Psikologi Indonesia Kalimantan Timur (HIMPSI Kaltim), Ayunda Ramadhani beberkan strategi untuk caleg dalam menghadapi potensi kegagalan di Pemilu 2024. 

TRIBUNKKALTIM.CO, SAMARINDA - Memasuki tahun politik, persaingan dalam kontestasi pemilihan umum (pemilu) dirasa semakin ketat.

Dalam situasi ini pun para calon legislatif (caleg) tentu akan dihadapkan pada potensi stres yang signifikan, khususnya bagi caleg yang tak berhasil memenangkan kursi legislatif.

Ketua Ikatan Psikologi Klinis (IPK) Himpunan Psikologi Indonesia Kalimantan Timur (HIMPSI Kaltim) Ayunda Ramadhani, mengatakan bahwa kegagalan caleg dalam kontestasi ini dapat memicu tekanan psikologis, terutama jika mereka tidak mempersiapkan diri secara matang.

"Proses kampanye yang memakan biaya dan waktu, ketidakpastian hasil pemilu, dan penyesuaian dengan tim kampanye yang beragam dapat menjadi beban berat," ungkap Ayunda Ramadhani pada TribunKaltim.co pada Rabu (3/1/2024).

Baca juga: Tahun Politik Pemilu 2024, Caleg di Bontang Ramai Berburu Jagung, Pedagang Untung

Menurutnya, persiapan finansial dan strategi khusus dapat menguras tenaga dan pikiran para caleg.

Ketidakpastian hasil pemilu dan potensi kegagalan membuat mereka rentan mengalami stres.

Sehingga langkah awal untuk mengantisipasi timbulnya stres adalah para caleg harus menyadari konsekuensi.

"Yang jelas kan di awal sekali ketika mendaftar menjadi caleg mereka sudah tau apa konsekuensinya, hanya dua yaitu menang atau kalah," ujar Ayunda Ramadhani yang juga sebagai Dosen Program Studi Psikologi FISIP Universitas Mulawarman.

Ayunda juga membagikan pengalamannya saat menghadapi pasien yang gagal dalam pemilu di tahun 2019 lalu.

Baca juga: Mohammad Khazin Beber Pelanggaran Selama Kampanye Pemilu 2024 di Penajam Paser Utara

"Dari pengalaman saya, yang memang paling penting itu adalah faktor keluarga," kata Ayunda Ramadhani.

Jadi jangan sampai keputusan untuk bertarung di politik kemudian tidak diimbangi dengan adanya dukungan dari keluarga.

"Karena dukungan dari keluarga itu sangat-sangat penting," ungkap Ayunda Ramadhani.

Selain itu, perlunya kemampuan dalam meresiliensi, menakar ekspektasi, dan religiusitas bagi para caleg.

Ilustrasi kotak suara untuk pemilihan caleg Pemilu 2024.
Ilustrasi kotak suara untuk pemilihan caleg Pemilu 2024. (TRIBUNKALTIM.CO/BUDI SUSILO)

Sebab ketiganya juga dinilai sebagai kunci dalam mengelola stres pasca-kegagalan usai kontestasi pemilu nanti.

"Risiko kegagalan itu kan tetap ada, jadi harus membangun resiliensi sebenarnya atau daya bangkit pascakegagalan," beber Ayunda Ramadhani.

Dan jangan lupa pentingnya religiusitas. "Ketika kita mengalami kegagalan kita kembalikan lagi ke sisi spiritual, karena ini juga suatu takdir yang memang harus kita hadapi," kata Ayunda Ramadhani

(*)

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

 

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved