Berita Balikpapan Terkini
Inilah Sederet Derita Warga Akibat Proyek DAS Ampal dan Pesan Menohok untuk Pemkot Balikpapan
Bukan hanya manfaatnya yang belum bisa dirasakan, proses pembangunan DAS Ampal ternyata merugikan warga, bahkan ada yang usahanya sampai gulung tikar
"Semoga cepat diperbaiki. Kalau tidak diperbaiki, khawatirnya nanti roboh," ujar Doni.
Warga Keluhkan Debu dan Becek
Pengerjaan megaproyek pengendalian banjir atau Daerah Aliran Sungai atau DAS Ampal di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, cukup pelik.
Bagaimana tidak, tenggat pengerjaan proyek yang dimulai sekitar pertengahan tahun 2023 ini masih molor.
Melalui pantauan TribunKaltim.co di kawasan Jalan MT Haryono, tepatnya di depan perumahan Citra City Balikpapan, beberapa jalan masih terlihat berlubang, lengkap dengan sejumlah material proyek pengerjaan yang teronggok di pinggiran jalan.
Intensitas debu dan becek dari genangan berlubang setelah hujan, juga banyak dikeluhkan masyarakat.
"Kalau lagi panas terik jalan jadi berdebu banget. Sampai-sampai rasanya, pakai masker dan kacamata, kadang masih gak membantu sama sekali," ujar salah satu warga Balikpapan yang tinggal di Gang Semeru, MT Haryono, Maulina.
Wanita berusia 24 tahun itu juga mengeluhkan, masalah juga bertambah saat area tersebut diguyur hujan.
Dengan genangan-genangan berlubang kerap membuat jalan itu licin dan menyiprat ke pakaian ataupun kendaraan masyarakat.
"Kalau habis di hujan, jalan jadi becek dan pasti macet. Jadi, mau nyuci motor harus mikir-mikir dulu kalau emang mau lewat situ. Belum lagi kalau kena muka atau pakaian, mahal perawatan,hahaha," ujar wanita yang kerap melewati kawasan tersebut untuk menuju area Jenderal Sudirman.
Baca juga: Optimistis Proyek DAS Ampal Capai Target, Pemkot Balikpapan Akan Evaluasi Kinerja Kontraktor
Ia mengaku, meski tak setia hati melewati kawasan tersebut, namun baginya proyek pengerjaan yang tak kunjung selesai itu cukup meresahkan.
Hal ini, juga dirasakan oleh Pemilik Rumah Makan Minang Raya, Velin Hidayah. Ia mengaku, setiap hari harus melewati jalan tersebut untuk berbelanja keperluan restoran.
Baik debu maupun becek juga ia terjang karena jalan itu menjadi satu-satunya akses menuju pasar terdekat.
"Itu jalan satu-satunya. Karena pasti tiap pagi ke arah BP, Pasar Baru, atau toko-toko langganan buat di resto," ungkapnya.
Lebih lanjut, terkait isu penambahan waktu pengerjaan proyek hingga 50 hari kedepan membuat keduanya cukup pesimis.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.