Tribun Kaltim Hari Ini

UU Antideforestasi Ancam Ekspor Karet dalam Negeri, Kontribusi Mencapai 35 Persen

Tekanan di industri karet pada 2024 berpotensi semakin berat. Seiring dengan ancaman berupa penerapan Undang-Undang Antideforestasi Uni Eropa (EUDR).

Penulis: Jino Prayudi Kartono | Editor: Mathias Masan Ola
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
SADAP KARET - Ilustrasi. Presiden Joko Widodo melihat sadapan karet usai Silaturahmi Bersama Petani Karet di Perkebunan Rakyat Desa Lalang, Sembawa, Banyuasin, Sumatera Selatan, Sabtu (9/3/2019). 

TRIBUNKALTIM.CO, JAKARTA - Tekanan di industri karet pada 2024 berpotensi semakin berat. Seiring dengan ancaman berupa penerapan Undang-Undang Antideforestasi Uni Eropa (EUDR).

Dalam regulasi ini, operator yang mengekspor barang komoditas dan produk turunannya ke anggota-anggota Uni Eropa diminta mempersiapkan data geolokasi dari sumber bahan baku. Aturan ini berlaku efektif mulai 1 Januari 2025.

Ketua Umum Dewan Karet Indonesia (Dekarindo) Aziz Pane menyampaikan, UU Antideforestasi Uni Eropa jelas akan mengancam kelangsungan ekspor industri karet maupun produk turunannya seperti sepatu/sandal karet dan ban.

Baca juga: Jadi Komoditas Unggulan, Tanaman Karet di Kutai Kartanegara Potensial untuk Diekspor

Bukan tidak mungkin pabrik-pabrik karet olahan akan terus bertumbangan. Padahal, tanpa aturan tersebut saja pasar karet nasional tetap lesu mengingat tren produksi komoditas tersebut menurun.

"Kontribusi ekspor karet ke Eropa kira-kira sekitar 30 sampai 35 persen, sehingga UU Antideforestasi punya dampak signifikan bagi kelangsungan industri karet Indonesia," ujar Aziz, Minggu (28/1/2024).

Merujuk Laporan Statistik Karet Indonesia, total ekspor karet alam Indonesia ke Eropa tercatat sebesar 340.066 ton pada 2022. Atau berkurang 13,18 persen year on year (YoY) dibandingkan realisasi tahun 2021 yakni 391.683 ton.

Belgia menjadi negara importir karet alam terbesar dari Indonesia pada 2022 lalu dengan volume 54.076 ton. Disusul oleh Slovenia sebanyak 46.536 ton dan Jerman 38.515 ton.

Dekarindo menyebut pemerintah harus aktif dan berani berdiplomasi kepada pihak Uni Eropa. Agar produk-produk sumber daya alam Indonesia bisa diterima di sana, termasuk karet.

Baca juga: Anda Suka Mengunyah Permen Karet, Ini 10 Manfaatnya Bagi Kesehatan Tubuh, Mencegah Infeksi Telinga

Upaya pencarian pasar ekspor baru tidak bisa menjadi solusi tunggal bagi para produsen karet nasional dalam menghadapi dampak UU Antideforestasi Uni Eropa.

"Pihak swasta tidak bisa kerja sendirian. Justru pemerintah yang harus turun tangan mendorong ekspor ke Eropa," imbuh dia.

Waktu yang dimiliki Indonesia untuk mengantisipasi penerapan UU Antideforestasi Uni Eropa tentu tidak banyak. Terlebih lagi, sudah ada beberapa negara Uni Eropa yang mulai menjajaki peluang kerja sama ekspor karet dari produsen selain Indonesia.

Dekarindo pun tidak yakin produksi karet nasional akan membaik pada 2024 bila berkaca pada kondisi terkini sektor industri tersebut.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Erwin Tunas mengungkapkan, produksi karet alam di Indonesia telah menurun sejak 2018 sampai sekarang.

Baca juga: Dinas Perdagangan Kubar Minta Peran Perusahaan Jaga Stabilitas Harga Karet

Bila pada 2017 produksi karet nasional mencapai 3,68 juta ton, maka pada 2023 diperkirakan hanya mencapai 2,44 juta ton.

"Selama 6 tahun terakhir telah terjadi penurunan produksi karet sebesar 1,24 juta ton," kata dia, pekan lalu.

Subsektor yang paling terdampak oleh penurunan produksi karet alam di Indonesia adalah pabrik pengolahan karet yang mengolah bahan baku karet dari perkebunan menjadi crumb rubber (SIR).

Saat ini utilisasi pabrik-pabrik crumb rubber telah berkurang hingga di bawah 50 persen.

Dalam catatan Gapkindo, selama 6 tahun terakhir (2018-2023) terdapat 48 pabrik crumb rubber yang gulung tikar. Dari total 152 pabrik di awal periode tersebut, saat ini tinggal 104 pabrik yang beroperasi di Tanah Air.

Baca juga: Mirip Skytrain, Kereta Api Balikpapan-IKN Nusantara Pakai Roda Karet Tanpa Masinis

Penyebab utama penurunan produksi karet nasional dalam beberapa tahun terakhir antara lain terjadinya konversi tanaman karet ke tanaman lain, adanya penyakit gugur daun Pestalotiopsis sp, kurangnya tenaga penyadap, usia pohon karet yang mayoritas sudah tua, serta harga karet yang relatif rendah.

Berdasarkan situs Trading Economics, harga karet alam di pasar global berada di level US$ 153 sen per kilogram (kg) pada Jumat (26/1), atau turun 0,84 persen dari hari sebelumnya. Belakangan ini harga karet sedang rebound setelah sempat anjlok pada pertengahan tahun lalu.

Berbeda dengan Dekarindo, Gapkindo tetap optomistis produktivitas kebun karet Indonesia akan meningkat pada 2024.

Hal ini sejalan dengan laporan berkurangnya serangan penyakit gugur daun Pestalotiopsis sp dan ekspektasi berakhirnya laju konversi kebun karet.

Lantas, Gapkindo berharap produksi karet nasional dapat meningkat di atas 2,6 juta ton pada tahun ini. (*)

EKSPOR KARET KE EROPA MENYUSUT
- Tahun 2021: 391.683 ton
- Tahun 2022: 340.066 ton

NEGARA PENGIMPOR KARET DARI INDONESIA
1. Belgia: 54.076 ton
2. Slovenia: 46.536 ton
3. Jerman: 38.515 ton. (Sumber: Laporan Statistik Karet Indonesia 2022)

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya

Sumber: Kontan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved