Berita Mahulu Terkini

Faskes di Mahakam Ulu Kaltim, Kini Miliki Alat Deteksi Penyakit Menular Bernama Tes Cepat Molekuler

Sejumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu) memiliki alat Pendeteksi Penyakit Menular, alat tersebut bernama Tes Cepat Molekuler

Penulis: Kristiani Tandi Rani | Editor: Mathias Masan Ola
TRIBUNKALTIM.CO/KRISTIANI TANDI RANI
Fasilitas Kesehatan Puskesmas Ujoh Bilang Mahulu. Kadinkes dr Petronela Tugan mengatakan fasilitas kesehatan penyakit menular di Mahulu sudah dilengkapi alat deteksi awal. 

TRIBUNKALTIM.CO, UJOH BILANG - Sejumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu) memiliki alat Pendeteksi Penyakit Menular, alat tersebut bernama Tes Cepat Molekuler (TCM).

TCM adalah alat metode deteksi molekuler berbasis nested real-time PCR.

Kadis Kesehatan Mahulu, dr Petronela Tugan mengatakan fasilitas itu adalah alat yang disiapkan oleh Dinas Kesehatan Mahulu untuk mendeteksi penyakit menular dan tidak menular.

Baca juga: RS Pratama Ujoh Bilang Mahulu akan Naik Status jadi Rumah Sakit Umum

TCM tersebut telah tersedia di Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas Ujoh Bilang.

Tak hanya itu, untuk mengantisipasi terjadinya penularan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), Faskes di Mahulu memiliki Tes NS1.

Tes NS1 adalah sebuah tes yang mampu mendeteksi protein non struktural NS1 dari virus dengue. NS1 terdeteksi selama fase akut infeksi virus dengue.

Protein tersebut disekresikan ke dalam darah selama infeksi DBD. Hasil tes NS1 dapat keluar kurang lebih 20 menit setelah pengujian sampel darah.

"Terkait DBD kita juga punya NS1 untuk mengecek pasien yang mengalami demam sehari," katanya, Minggu (18/2/2024).

 

Hal ini dianggap penting karena biasanya di hari pertama demam dokter tidak bisa memberikan diagnosa jelas mengenai penyakit DBD ini.

Untuk menentukan seseorang terkena penyakit tertentu, dokter harus melakukan pemeriksaan Darah Lengkap (DL) tiga hari setelah demam.

Namun, khusus untuk DBD cukup melakukan pemeriksaan dengan alat NS1 tersebut.  NS1 sangat memudahkan dalam penanganan gejala awal DBD.

"Kita ada, jadi setiap Faskes kita sudah sediakan NS1 itu untuk mendeteksi awal," jelasnya.

DBD adalah sebuah jenis penyakit yang harus segera ditangani, penyakit ini perlu memiliki deteksi awal gejala karena mengingat rain waktunya yang cukup singkat.

 

Gejala penderita biasanya akan timbul 4-7 hari setelah gigitan nyamuk dan dapat berlangsung selama 10 hari.

Untuk tambahan informasi, penyakit ini terdiri dari tiga fase yaitu: Fase demam biasanya akan berlangsung selama 2–7 hari, fase kritis terjadi 3–7 hari sejak demam berlangsung, dan fase pemulihan terjadi selama 48–72 jam setelah fase kritis lewat.

Jika pasien tidak mampu ditangani pada rentang waktu fase masa kritis maka pasien tersebut biasanya tidak dapat diselamatkan. "Makanya kita sediakan di semua Faskes untuk pemeriksaan awal DBD kita punya," ucapnya.

Mengenai pemeriksaan gejala awal penanganan DBD di Mahulu, Ia menyebut fasilitasnya telah disediakan dengan lengkap.

Begitupun dengan malaria, di seluruh Faskes di Mahulu telah memiliki alat pemeriksaan untuk penanganan penyakit ini.

 

"Tinggal tadi apakah ruang rawat inapnya dipisahkan atau apa yang lebih tau persis memang di RSnya," sebutnya.

Ia memastikan semua sarana deteksi awal penyakit menular di Mahulu telah memiliki fasilitas yang lengkap.

Begitupun dengan Rapid Diagnostic Test (RDT) penyakit lainnya telah dimiliki oleh seluruh Faskes di Mahulu.

RDT adalah tes diagnostik yang bertujuan untuk mendeteksi suatu penyakit atau kondisi medis dengan cepat.

"Human Immunodeficiency Virus (HIV), Tuberkulosis (TB), Hepatitis intinya untuk peralatan deteksi awalnya kita ada," tuturnya. (*)

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved