Tribun Kaltim Hari Ini
Harga Beras Diprediksi Bisa Tembus Rp20 Ribu/Kg, Penjualan Menurun Gara-gara Warga Kurangi Pembelian
Dalam dua pekan terakhir harga beras di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur terus merangkak naik.
TRIBUNKALTIM.CO - Dalam dua pekan terakhir harga beras di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur terus merangkak naik.
Kondisi ini sangat dikeluhkan masyarakat.
Sebab harganya semakin tak terjangkau untuk masyarakat menengah ke bawah.
Hal itupun dibuktikan dengan kondisi harga eceran di pasaran.
Baca juga: Apa Itu El Nino? Fenomena Cuaca Memengaruhi Dunia, Apakah Ini Penyebab Kenaikan Harga Beras?
Satu minggu lalu, harganya masih berkisar antara Rp14.500 hingga Rp15.000 per kilogram.
Kini sudah Rp16.000 sampai Rp18.000 per kilogram.
Tidak hanya merugikan bagi konsumen atau masyarakat, tetapi juga para pedagang.
Seperti yang diungkapkan oleh Jafar, seorang pedagang beras di Pasar Tangga Arung.
‘’Sudah agak lama naiknya dua mingguan (harga beras). Tapi tiap kali kami ambil, terus naik dikit-dikit. Itupun kalau ada barangnya,’’ ujar Jafar ketika ditemui di kiosnya, Kamis (22/2/2024).
Kepada TribunKaltim, ia mengeluh lantaran tak bisa mendapatkan untung yang sesuai.
Bahkan dari harga yang tinggi, ia hanya mendapatkan untung tak lebih dari Rp500 per kilogram.
Belum lagi sepinya pembeli membuat dirinya khawatir kondisi ini terus berkelanjutan.
Berdasarkan informasi yang ia terima dari agen, harga beras melambung karena kurangnya produksi beras dari Jawa dan Sulawesi.
Sementara tren kenaikan harga beras ini bahkan diprediksi terus terjadi hingga memasuki bulan Ramadan pada 10 Maret 2024.

Berdasarkan informasi dari agen tempat Jafar memperoleh beras, harga beras diperkirakan bakal tembus Rp19 ribu sampai Rp20 ribu per kilogram.
Menurutnya, bila benar beras tembus Rp20 ribu, itu merupakan harga beras termahal yang pernah dia jual selama melakoni profesinya sebagai pedagang.
‘’Sekarang pun sudah mahal sekali. Saya juga tidak habis pikir. Biasanya naik paling sebulan normal, ini malah naik terus. Belum lagi mau dekat Ramadan, bisa
semakin melonjak," ungkapnya.
Akibat mahalnya harga beras, banyak warga yang mengurangi jumlah pembelian beras.
Saat ini sangat jarang warga membeli beras dalam ukuran 25 kilogram.
Rata-rata membeli dalam ukuran 5 kilogram.
Bahkan dirinya mengakui, yang seharinya bisa menjual 10 sak dengan kalkulasi 1 sak berisikan 25 kilogram, kini Jafar menyebut dua hari sekali baru ada yang beli satu sak.
"Sepi sekali yang beli, tidak seperti biasanya. Ini sudah tembus Rp380 ribu, hampir Rp 400 ribu. Mereka sekarang belinya sedikit-sedikit. Katanya tidak sanggup kalau langsung 25 kilo," bebernya.
Jafar pun berharap, kondisi ini bisa segera diatasi oleh pemerintah.
Sebab, menurut Jafar tidak hanya konsumen yang dirugikan, tetapi juga para pedagang beras seperti dirinya yang kini bingung harus menjual beras dengan harga yang terjangkau.
Baca juga: Terjawab Kenapa Beras Mahal dan Langka, Benarkah karena Bansos? Polisi Ungkap Penyebabnya
Harga Gabah Naik
Sementara di Kabupaten Kabupaten Kutai Timur, kenaikan hingga Rp18 ribu per kilogram untuk premium dan Rp17 ribu per kilogram untuk kualitas medium.
Kenaikan harga beras di Kutai Timur dipengaruhi oleh kondisi pasar secara nasional.
Seperti disampaikan Jabfung, Penyuluh Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Kutim, Achmad Doni Erviady.
Menurutnya, harga beras belum bisa dikendalikan.
"Karena harga gabah secara nasional kan memang naik, dari harga gabah naik dua kali lipat maka harga beras juga ikut naik kan begitu," ucapnya, Kamis (22/2/2024).
Lanjutnya, kenaikan harga beras tersebut juga dipengaruhi oleh jumlah stok dan pasokan yang masuk ke Kutai Timur.
Meskipun berkurang, stok beras di Kutai Timur mencukupi untuk satu sampai dua bulan ke depan.
Tetapi pihaknya mengharapkan pada minggu ini ada pasokan beras untuk antisipasi di bulan berikutnya.
Pasalnya, menurut hitungannya stok dua bulan tersebut mampu memenuhi kebutuhan hingga bulan ramadan dengan kondisi normal.
"Kita takutnya di bulan puasa atau menjelang ramadan meningkat, bisa dua kali lipat,” jelasnya.
Dampak El Nino
Lonjakan harga beras di pasaran setidaknya 8 persen dari harga eceran tertinggi (HET) di awal tahun 2024.
Pedagang di Pasar Baqa Samarinda Seberang, Atik (40) menjelaskan, kenaikan beras berkisar antara Rp5.000 hingga Rp7.000.
Per kilogramnya, biasanya beras premium seharga Rp12.500 kini menjadi Rp19.000 karena pasokan dari distributor juga tak banyak.
"Naik harganya. Ya, ya kalau kita ecerannya juga berubah, sudah dari distributornya kan," ujarnya, Kamis (22/2/2024).
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) UMKM Provinsi Kaltim, Heni Purwaningsih mengungkapkan terkait naiknya harga beras di pasaran.
Berdasarkan hasil pemantauan pihaknya, ia menegaskan, stok beras di distributor dan pasar sangat mencukupi.
"Terkait harga, ini disebabkan produksi beras dalam negeri belum masuk panen raya dan bahkan kemarin akibat dampak El Nino produksi beras mengalami penurunan," terangnya.
Heni bakal melakukan koordinasi dengan Pemkab/Pemkot se-Kaltim untuk melakukan operasi pasar beras kerja sama dengan Bulog.
Selain itu, juga pihaknya akan menginisiasi pembentukan Toko Penyeimbang yang akan diresmikan.
"Operasi pasar dan toko penyeimbang dalam rangka menyediakan beberapa komoditi barang pokok diantaranya beras dengan harga sesuai acuan, sehingga bisa mengendalikan inflasi dan memberikan pilihan kepada masyarakat untuk mendapatkan harga bapok (bahan pokok) dengan harga yang bersaing," tegasnya.
Baca juga: Hati-hati Jual Beras untuk Kampanye dan Pilkada Nanti, Perum Bulog Berau Ancam Blacklist Agen
Warung Kurangi Porsi Nasi
Lonjakan harga beras belakangan ini juga berimbas ke para pengusaha warung makan di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Mereka tak menaikkan harga jual, tapi lebih memilih menyiasatinya dengan mengurangi porsi nasi di dalam satu piring agar tak kehilangan pelanggan.
“Saya beli beras sekarang Rp16 ribu per kilogram,” kata Rukayah, seorang pengusaha warung makan di kawasan Timbau, Kecamatan Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kamis (22/2/2024).
Beras yang dibelinya merupakan beras jenis medium yang sebelumnya bisa dibeli dengan harga sekitar Rp13 ribu hingga Rp14 ribu per kilogram.
Beras harga Rp16 ribu itu sudah beras kualitas terbaik. Namun kini, dengan harga Rp16 ribu, beras yang diperoleh dirinya hanya kualitas biasa.
Adapun saat ini, beras jenama Cap Jempol dan Melati Sakura dijual di angka Rp16 ribu per kilogram.
Beras Pandan Wangi dan Ayam Jantan dibanderol Rp17 ribu per kilogram, sementara beras premium seperti Tawon dihargai Rp18 ribu per kilogram.
Kenaikan harga beras ini menurut Rukayah sudah terjadi hampir dua pekan.
“Naiknya memang sedikit-sedikit. Tapi ya tetap naik,” tuturnya.
Bagi pengusaha warung makan skala kecil seperti dirinya, kenaikan harga beras sangat menyusahkan.
Belum lagi harga kebutuhan pokok lainnya yang juga mahal.
"Harga telur juga gak turun-turun sampai sekarang,” tuturnya.
Harga telur masih di harga Rp28 ribu hingga Rp30 ribu per kilogram.
Di tengah kenaikan harga beras, Rukayah mengaku sangat tidak memungkinkan untuk menaikkan harga makanan yang dijualnya.
“Jadi terpaksa porsinya saya kurangi sedikit,” ujar wanita berhijab tersebut.
Bila biasanya satu porsi nasi dijual Rp5 ribu, kini Rukayah mengaku tetap menjual dengan harga yang sama namun porsinya dikurangi.
Dalam sehari, ia mengaku membutuhkan beras 6 hingga 8 kilogram untuk berjualan makanan.
Keluhan yang sama juga diiungkapkan pengusaha warung makan lainnya, Erna.
“Saya dengar kalau harga beras juga bakal terus naik,” ungkapnya.
Erna pun mengaku kesulitan dengan beras yang melambung tersebut. Erna juga tidak tega kalau harus menaikkan harga makanan yang dijual.
“Tapi kalau tidak dinaikkan, ya saya rugi,” katanya.
Senada dengan Rukayah, Erna akhirnya memilih mengurangi porsi nasi saat menjual makanan.
Meski harus menjawab protes para pelanggan terutama pelanggan laki-laki yang porsi makannya cukup banyak.
Ia pun hanya bisa bergeming. “Tapi kalau dijelaskan, mereka mengerti saja,” pungkasnya.
Beras Bulog Bakal Banjiri Pasar
Satgas Pangan Polri telah mengecek ketersediaan beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis (22/2/2024).
Ini ini dilakukan menindaklanjuti isu kelangkaan beras yang belakangan ramai disoroti.
Kasatgas Pangan Polri, Brigjen Pol Whisnu Hermawan memastikan, ketersediaan beras di Gudang Bulog Kelapa Gading melimpah.
"Kami dari Satgas Pangan Pusat mengecek langsung ke Gudang Bulog Jakarta, memastikan bahwa beras banyak dan cukup," kata Whisnu di lokasi.
Whisnu mengatakan, selain memastikan ketersediaan beras di Gudang Bulog, Satgas Pangan Polri juga meninjau hal serupa di pasar tradisional dan ritel modern.
Dia juga memastikan ketersediaan beras di pasar-pasar banyak dan aman.
"Kami pun mengawasi seluruh pasar-pasar becek. Mendapatkan data di seluruh Indonesia bahwa beras pun banyak, jadi tidak khawatir terkait dengan beras," jelas dia.
Adapun mulai Kamis kemarin, Bulog juga mendistribusikan 13.000 ton beras ke pasar-pasar melalui PT Food Station.
Seiring proses distribusi, Whisnu memastikan dalam satu hingga dua hari ke depan stok beras akan membanjiri pasar tradisional dan modern.
"Bulog telah menyalurkan hampir 13 ribu ton beras ke retail modern melalui Food Station. Artinya 1-2 hari ini akan dibanjiri oleh beras di pasar-pasar ata toko ritel modern," katanya.
Kewaspadaan Tinggi
Sementara Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan saat ini harga beras sudah mengalami kenaikan yang tinggi.
Menurutnya, butuh kewaspadaan tinggi terhadap fenomena ini apalagi momen bulan puasa dan Lebaran sudah di depan mata.
Dia mencatat saat ini kenaikan harga beras sudah mencapai 7,7persen sejak awal tahun alias year to date.
Dari awalnya berada di Rp 14.000 per kilogram kini sudah mencapai rata-rata di atas Rp 15.000 per kilogram.
"Kita harus waspada terhadap kenaikan harga beras bulanan yang mencapai 7,7 persen year to date, hingga 21 Februari telah mencapai harga rata-rata Rp 15.175. ini yang berkontribusi pada inflasi volatile food pada headline inflation kita," beber Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual APBN Kita, Kamis (22/2/2024).
Selain beras menurut catatan Sri Mulyani, beberapa komoditas juga mengalami kenaikan.
Mulai dari cabai merah yang naik mencapai 17persen, telur ayam yang naik 3,9persen, daging ayam yang naik 2,2persen, hingga bawang putih yang naik 1,9persen.
Menurutnya kenaikan harga barang pokok ini menjadi tantangan besar menjelang bulan puasa, di mana konsumsi masyarakat mengalami kenaikan.
Bila masalah ini tak terselesaikan bisa-bisa tingkat inflasi Indonesia terus meningkat, dalam hal ini harga-harga akan terus meroket di tengah masyarakat.
"Ini menjadi tantangan menjelang Idulfitri dan Ramadan, maka volatile food mesti segera distabilkan agar headline inflation kita masih bisa dijaga rendah pada saat inflasi dunia dan negara maju mengalami penurunan," papar Sri Mulyani.
Meski begitu, dari catatan Sri Mulyani, inflasi di Indonesia secara keseluruhan masih cukup stabil bahkan masih rendah dibandingkan beberapa negara maju dan juga inflasi rata-rata global.
Core inflation di Indonesia di bulan Januari 2024 tercatat 1,68persen, sementara itu administered prices inflasinya tercatat rendah di 1,74persen, hanya inflasi volatile food yang cukup tinggi mencapai 7,2persen.
"Di dalam negeri kita cukup baik menjaga stabilitas. Inflasi di Indonesia relatif rendah dibandingkan negara maju maupun inflasi global. Inflasi relatif rendah masih terjaga hingga akhir tahun," papar Sri Mulyani.
Perkuat Diversifikasi Pangan
Putu Rusta Adijaya, Peneliti Bidang Ekonomi The Indonesian Institute
Kenaikan harga beras di mayoritas daerah di Indonesia faktor keterbatasan produksi.
Minimnya produksi beras di dalam negeri disebabkan perubahan iklim serta penyakit dan hama.
Kenaikan harga beras di Indonesia itu disebabkan oleh beberapa hal faktor utamanya adalah fenomena iklim El Nino yang semakin diperburuk dengan pendidihan global.
Hal ini menyebabkan kekeringan ekstrem sehingga petani di daerah penghasil beras gagal panen.
Perubahan iklim yang terakselerasi juga memperparah curah hujan sehingga padi tergenang dan mati.
Hal ini membuat produksi padi berkurang dan mengurangi suplai di pasar.
Penyakit dan hama yang menyerang tanaman padi menyebabkan rusaknya tanaman padi, gagal panen, yang berujung pada berkurangnya kuantitas produksi beras.
Permasalahannya mayarakat Indonesia masih sangat tergantung dengan beras sebagai bahan pokok.
Demand beras yang tinggi ini tidak bisa terpenuhi oleh ketersediaan yang ada.
Alhasil, shortage beras membuat harga beras makin mahal, karena kuantitasnya sedikit di pasar.
Walaupun mahal, masyarakat juga tetap membelinya karena sangat bergantung pada beras karena masyarakat sangat butuh, ada potensi penjual bisa mark-up harga.
Dampak restriksi ekspor beras India juga memengaruhi ketersediaan beras dalam negeri.
Waktu India banned export beras beberapa waktu lalu, kuantitas beras global menurun karena ini.
Mau tidak mau dampaknya juga dirasakan oleh Indonesia.
Memang persentase impor beras Indonesia dari India sedikit, tapi setelah ada ban tersebut, hal ini ikut mengurangi ketersediaan beras dalam negeri.
Faktor kampanye Pemilu 2024 juga menjadi potensi pendorong mahalnya harga beras.
Sudah kondisi jumlah berasnya sedikit di pasar, berasnya diborong oleh para caleg untuk tujuan kampanye.
Belum lagi program Bansos Pemerintah yang juga gencar di masa kampanye Pemilu 2024 ini.
Ya, kuantitasnya di pasar jadi makin berkurang. Demand-nya tadi tetap tinggi, harganya jadi makin mahal.
Pemerintah diimbau untuk melakukan impor guna menstabilkan harga beras di Tanah Air.
Impor beras seyogyanya dapat menjadi langkah jangka pendek saat ini untuk menstabilkan harga beras dan memenuhi kebutuhan beras dalam negeri.
Namun tetap harus ada perhitungan jumlah kuantitas beras impor dan jumlah pengeluaran untuk impor beras.
Upaya ini juga untuk memenuhi kuantitas dan ketersediaan beras dalam negeri menjelang Ramadhan dan Lebaran 2024.
Sangat disayangkan, kenaikan harga beras terus menjadi permasalahan Pemerintah yang tidak kunjung usai.
Saya menyarankan beberapa hal, seperti memperkuat kebijakan diversifkasi pangan, memperbaiki sarana dan prasarana pertanian, adaptasi teknologi, serta penelitian dan pengembangan.
Diharapkan agar sebelum berakhirnya masa Pemerintah sekarang, kebijakan diversifikasi pangan dapat diperkuat, tidak hanya untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras, tetapi juga meningkatkan akses dan nilai tambah untuk pangan lokal.
Pemerintah diharapkan dapat memperbaiki dan juga meng-upgrade sarana dan prasarana pertanian yang ada, serta mengadaptasi dan mengimplementasi teknologi guna meningkatkan produktivitas lahan pertanian.
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.